Tuesday, May 21, 2013

CORPSE PAINTED: atribut pementasan atau atribut keyakinan?

Image seram / jahat / keburukan memang tampak sekali sengaja untuk ditampilkan. Guratan garis hitam yang tegas mengornameni sekitaran warna dasar putih. Tampilan tersebut secara awam mengingatkan kta akan tampilan pemain-pemain musik rock yang harus menunjukkan sisi idealisme atau setidaknya sisi ke cadasannya. Di jalur musik rock, riasan jenis ini seringkali dipakai oleh kalangan bergenre black metal yang mengalami masa kebangkitan di era 80-an. 




Di dalam dunia nya, Corpsepaint bermaksud untuk menciptakan citra mayat dalam diri mereka, atau secara ideologi mereka ingin mengutarakan konsep inhumanity yang immortal, melawan sifat mortal alami dalam diri manusia. Selain konsep immortality tersebut, corpsepaint juga dipakai dalam pernyataan diri sebagai seorang satanis.“ 

Satanis, seorang penggemar setan atau seorang penyembah setan?
Ketika menjadi seorang penggemar setan, memakai kaos, semisal bergambar Lucifer pun dirasa sudah cukup. Tetapi jika untuk menyembah setan, maka akan lebih 
afdol jika menggunakan kaos bergambar setan. Banyak yang bilang bahwa penyembah adalah titik klimaks dari proses sekedar menggemari. Akan tetapi dalam hal ini, baik penggemar dan penyembah sama-sama mempunyai tendensi kepentingan konsumsi. Dalam berebagai kesempatan Corpsepaint yang diidentikan dengan black metal, dihubungkan dengan aktivitas-aktivitas anti kristus. Tapi apakah itu juga berlaku di luar pementasan atau dunia bermusik? 


Corpsepaint memang tak bisa lepas dari dunia musik terlebih lagi dari dunia metal. Setidaknya saya belum mempunyai referensi pasti tentang sejarah kebudayaan asal mula corpse paint. Menurut wikipedia, corpse paint merupakan bagian dari sejarah mitologi bangsa nordik-skandinavia. Disebutkan bahwa bangsa nordik merupakan bangsa dimana pada saat itu kekuatan supranatural mempunyai peran penting. Saat-saat dimana kekristenan mengalami masa kejayaan dan toleransi keumatan sangat tinggi.

No comments:

Post a Comment