Image
seram / jahat / keburukan memang tampak sekali sengaja untuk
ditampilkan. Guratan garis hitam yang tegas mengornameni sekitaran
warna dasar putih. Tampilan tersebut secara awam mengingatkan kta
akan tampilan pemain-pemain musik rock yang harus menunjukkan sisi
idealisme atau setidaknya sisi ke cadasannya. Di jalur musik rock,
riasan jenis ini seringkali dipakai oleh kalangan bergenre black
metal yang mengalami masa kebangkitan di era 80-an.
“Di
dalam dunia nya, Corpsepaint bermaksud untuk menciptakan citra mayat
dalam diri mereka, atau secara ideologi mereka ingin mengutarakan
konsep inhumanity yang immortal, melawan sifat mortal alami dalam
diri manusia. Selain konsep immortality tersebut, corpsepaint juga
dipakai dalam pernyataan diri sebagai seorang satanis.“
Satanis,
seorang penggemar setan atau seorang penyembah setan?
Ketika
menjadi seorang penggemar setan, memakai kaos, semisal bergambar
Lucifer pun dirasa sudah cukup. Tetapi jika untuk menyembah setan,
maka akan lebih afdol jika
menggunakan kaos bergambar setan. Banyak yang bilang bahwa penyembah
adalah titik klimaks dari proses sekedar menggemari. Akan tetapi
dalam hal ini, baik penggemar dan penyembah sama-sama mempunyai
tendensi kepentingan konsumsi. Dalam berebagai kesempatan Corpsepaint
yang diidentikan dengan black metal, dihubungkan dengan
aktivitas-aktivitas anti kristus. Tapi apakah itu juga berlaku di
luar pementasan atau dunia bermusik?
Corpsepaint
memang tak bisa lepas dari dunia musik terlebih lagi dari dunia
metal. Setidaknya saya belum mempunyai referensi pasti tentang
sejarah kebudayaan asal mula corpse paint. Menurut wikipedia, corpse
paint merupakan bagian dari sejarah mitologi bangsa
nordik-skandinavia. Disebutkan bahwa bangsa nordik merupakan bangsa
dimana pada saat itu kekuatan supranatural mempunyai peran penting.
Saat-saat dimana kekristenan mengalami masa kejayaan dan toleransi
keumatan sangat tinggi.
No comments:
Post a Comment