Kagum dengan kepemimpinan Ahmadinejad? Terinspirasi dengan Revolusi Iran? Itulah makar Syi’ah dan
tipuan Dajjal menjelang perang akhir zaman. Sebagaimana karakter Dajjal
penipu dan pendusta, maka para pengikutnyapun melakukan hal yang sama.
Al Haq (kebenaran) disalahkan dan al bathil (kesesatan) dibela. Di
tangan Dajjal, air menjadi api dan api menjadi air, bersama Dajjal surga
dan neraka, namun nerakanya adalah surga dan surganya adalah neraka.
Kaum Muslimin tidak boleh tertipu dengan penampilan “luar” Ahmadinejad
yang mempesona, tapi lihatlah “dalam”nya makar syi’ah sebagaimana tipu
daya Dajjal di akhir zaman. Waspadalah!
Ahmadinejad, turunan Yahudi pembela Israel!
Mengapa banyak kaum Muslimin
terkagum-kagum pada Ahmadinejad, pemimpin negara syi’ah Iran dan
menganggapnya sebagai seorang pahlawan Islam? Inilah salah satu
keberhasilan tipu daya Dajjal menjelang akhir zaman. Fitnah Dajjal
adalah fitnah terbesar sepanjang perjalanan hidup manusia di muka bumi
sampai hari kiamat tiba. Salah satu fitnah Dajjal yang “aneh” yang
diciptakan Allah SWT., adalah melakukan penipuan dengan mengubah wujud
seseorang.
Siapa
menyangka, Ahmadinejad yang lahir pada 28 Oktober 1956 adalah keturunan
Yahudi. Dia sebenarnya adalah “Sabourjian” yang berarti penenun dari
Sabour, nama untuk selendang Tallit Yahudi di Persia. Namanya berubah
menjadi Ahmadinejad ketika dikonversi untuk memeluk Islam setelah
kelahirannya.
Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam tulisan berjudul “Hakekat Ahmadinejad: Mengungkap Tabir Hitam Pemimpin Syi’ah Ahmadinejad”
seorang ahli yang berpusat di London Yahudi Iran mengatakan, “Dia telah
mengubah namanya karena alasan agama, atau setidaknya orangtuanya,”
kata kelahiran Yahudi Iran yang tinggal di London itu . “Sabourjian
dikenal sebagai nama Yahudi di Iran.”
Tipuan Dajjal berikutnya yang dijalankan
para pengikutnya adalah dagelan atau sandiwara politik Iran melawan
Amerika. Umat Islam dikecoh dan diperdaya dengan mengesankan Ahmadinejad
adalah pemimpin yang anti Amerika, anti Israel, dan membela Palestina.
Semua itu adalah dusta, tipuan Dajjal menjelang akhir zaman.
Ahmadinejad, Syi’ah dengan kekuatan
negara Iran, dibantu sekutu sejatinya, media-media Barat, telah
menjalankan skenario Dajjal menipu umat Islam dengan membesar-besarkan
Ahmadinejad, Syi’ah, dan Iran. Sebagai bukti, ketika Ahmadinejad
berpidato di Universitas Harvard, media-media Amerika langsung meliput
dan menyiarkan langsung pidato tersebut. Padahal selama ini tidak ada
Presiden yang diperlakukan seperti itu, ujar Rizki Ridyasmara, mantan
wartawan Sabili.
AS dan Iran, kata mantan aktivis kiri
itu, saat ini hanyalah memainkan peran ‘polisi jahat’ dan ‘polisi baik’.
Polisi Jahat, kata Rizki, dimainkan oleh AS sedangkan ‘Polisi Baik’
dimainkan oleh Iran. “Mereka seolah-olah mau perang, padahal sebenarnya
‘cincai’”.
Rizki berkesimpulan seperti itu setelah
memaparkan panjang lebar tentang keberadaan dan konspirasi antara
pasukan elit Syi’ah, Assassins (Hashyashyin), dengan pasukan Salib
“Knights Templar”. Menurut Rizki, sejak berdiri, masa berjaya, bubar
hingga menyebar ke penjuru dunia, kedua jenis pasukan elit itu terus
melakukan konspirasi.
“Banyak sejarawan Barat yang menuding di
antara kedua sekte khusus pencabut nyawa ini sesungguhnya terjalin satu
kerjasama dalam bentuk yang tersembunyi. Salah satu yang memunculkan
dugaan ini adalah Profesor Carole Hillenbrand, Guru Besar Studi Islam
dan Bahasa Arab University Edinburgh, Skotlandia”, kata jurnalis
spesialis investigasi itu.
Pengamat
Syi’ah Prof DR.H.Mohammad Baharun, SH,MA mengaku heran, jika banyak
umat Islam terkagum-kagum dengan Revolusi Iran. Ia mempertanyakan,
apakah benar Revolusi Iran itu Revolusi Islam? Kenyataannya, sejarah
mencatat, Revolusi Iran justru memakan anak kandungnya sendiri. Revolusi
tersebut mengorbankan ratusan manusia, mulai dari anak-anak, wanita,
hingga orang tua.
Di bawah kepemimpinan Ahmadinejad, kaum Muslimin Sunni di
Iran mengalami penderitaan yang belum pernah dialami sejak Revolusi
Rafidi Khomeini. Parahnya lagi, Ahmadinejad yang dianggap pahlawan Islam
yang anti AS, ternyata secara terang-terangan menghina dua orang
sahabat Rasulullah Muhammad SAW.
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam
sebuah acara televisi secara langsung di Shabaka 3, saluran televisi
Iran, hanya beberapa hari sebelum pelaksanaan pemilu Iran. Dalam acara
itu, Ahmadinejad dengan lugas mengatakan bahwa Talhah dan Zubair adalah
dua orang pengkhianat. “Talhah dan Zubair adalah dua orang sahabat
Rasul, tapi setelah kepergian Rasul, mereka berdua kembali kepada ajaran
sebelumnya dan mengikuti Muawiyah!”
Kebohongan berikutnya Ahmadinejad adalah
ketika mengatakan hapus peta Israel di dunia! Bagaimana mungkin, turunan
Yahudi tersebut akan menghapus Israel? Padahal, satu butir pelurupun
tidak pernah ditembakkan Iran ke zionis Yahudi Israel, apalagi peluru kendali atau nuklir. Mustahil!
Apalagi sudah banyak bukti yang
menjelaskan hubungan gelap antara Ahmadinejad dengan Israel. Seorang
ulama Syiah mengatakan presiden Iran ingin menjalin “persahabatan dengan
Israel,” . Menurut ulama Syiah Mahmud Nubia, penasehat teras atas
Ahmadinejad, Esfandiar Rahim Mashaei tiga tahun lalu menyatakan bahwa
Iran harus memiliki “hubungan yang bersahabat” dengan Negara Yahudi,
namun Ahmadinejad menahan diri dari persoalan ini di depan umum karena
pemimpin tinggi Syiah Iran Ayatollah Ali Khamenei sangat keberatan
dengan hal ini.
Menurut Husain Ali Hasyimi, dalam tulisannya, Al-Harbul Musytarakah Iran wa Israil bahwa
sejak zaman Syiah Pahlevi, Iran telah menjalin hubungan perdagangan
dengan Zionis Yahudi. Dan hubungan dagang ini berkelanjutan hingga
setelah revolusi Syiah yang dipimpin oleh Khumaini.
Jadi, perlawanan semacam apa yang telah
dilakukan Ahmadinejad kepada Amerika dan yahudi Israel? Kalaulah memang
Ahmadinejad serius melawan Amerika dan menjadikan Amerika sebagai musuh
utamanya, mengapa tidak ada tindakan kongkrit darinya, misalnya dengan
membantu puluhan ribu mujahidin Afghanistan yang saat ini sedang
mengusir Amerika dan cengkraman zionis Israel? Padahal, Afghanistan
tidak jauh dari Iran, bahkan berbatasan langsung.
Yang terjadi justru sebaliknya. Satu
contoh saja, kita ketahui bersama hubungan Ahmadinejad dengan Nouri Al
Maliki dekat sekali. Padahal Nouri adalah kaki tangan Amerika dan Israel
di Irak, dan musuh mujahidin Irak yang berada di Daulah Islam Irak.
Jadi amat wajar jika spekulasi kemudian berkembang: apakah karena Nouri
Al Maliki juga orang Syiah?
Bahkan 18 April lalu, lima belas orang
tewas di Ahwaz, Iran oleh pasukan keamanan Iran didukung oleh milisi
pakaian sipil. Mereka melakukan serangan terhadap aksi demonstrasi
dengan kekerasan yang menuntut hak bagi mayoritas etnis Arab di provinsi
Khuzestan Iran yang berpenduduk mayoritas Sunni.
Kalaulah Iran masih menganggap Sunni
adalah saudaranya kenapa harus dengan membunuh, bukankah lebih baik
senjata itu diarahkan kepada musuh sebenarnya yakni Gedung Putih yang
kini bercokol di Irak, Afghanistan, dan Palestina?
Hal ini semakin membuktikan bahwa Iran,
yang tak lebih besar dari pada Iraq yang sudah digempur habis-habisan
oleh AS dan sekutunya masih baik-baik saja. Dalam artian, AS tidak
pernah melakukan suatu tindakan yang nyata terhadap Iran. Karena semua
itu adalah sandiwara dagelan politik belaka dan merupakan tipuan dari
fitnah Dajjal di akhir zaman. Wallahu’alam bis showab!
Makar Syi’ah dan Perang Akhir Zaman
Kembali kepada Dajjal, sang pembawa
fitnah akhir zaman. Dari sisi bahasa, makna Dajjal berarti banyak
berdusta dan menipu. Siapa pun yang banyak berdusta dan menipu, ada
pengikutnya ataupun tidak, maka dia adalah Dajjal.
Demikianlah yang diistilahkan oleh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang mereka. Beliau
menjelaskan hal ini dalam banyak hadits seperti yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullahu dalam dua tempat (no. 3340 dalam
Kitabul Manaqib dan no. 6588 dalam Kitab Al-Fitan) dan Muslim
rahimahullahu dalam dua tempat (no. 8 dalam Muqaddimah dan no. 5205
dalam Kitab Al-Fitan Wa Asyrathis Sa’ah) dari sahabat Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu:
“Tidak akan terjadi hari kiamat
sehingga dua kelompok besar saling berperang dan banyak terbunuh di
antara dua kelompok tersebut, yang seruan mereka adalah satu. Dan hingga
dibangkitkannya para Dajjal lagi pendusta hampir 30 orang, semuanya
mengaku bahwa dirinya Rasulullah, dicabutnya ilmu, banyak terjadi gempa,
zaman berdekatan, fitnah menjadi muncul, banyak terjadi pembunuhan,
berlimpah ruahnya harta di tengah kalian sehingga para pemilik harta
bingung terhadap orang yang akan menerima shadaqahnya. Sampai dia
berusaha menawarkannya kepada seseorang namun orang tersebut berkata:
‘Saya tidak membutuhkannya’; orang berlomba-lomba dalam meninggikan
bangunan. Ketika seseorang lewat pada sebuah kuburan dia berkata:
‘Aduhai jika saya berada di sana’; terbitnya matahari dari sebelah barat
dan apabila terbit dari sebelah barat di saat orang-orang melihatnya,
mereka beriman seluruhnya (maka itulah waktu yang tidak bermanfaat
keimanan bagi setiap orang yang sebelumnya dia tidak beriman atau dia
tidak berbuat kebaikan dengan keimanannya).”
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa
kata Dajjal sering dipakai untuk menamai seseorang yang banyak berdusta
dan banyak menipu umat. Para dedengkot kesesatan yang memproklamirkan
diri sebagai nabi setelah Rasulullah SAW., adalah para Dajjal.
Sedangkan apabila disebutkan Dajjal
secara mutlak, tanpa keterangan tambahan, maka tidak ada yang tergambar
dalam benak setiap orang melainkan Ad-Dajjal Al-Akbar (yang terbesar),
yang akan muncul di akhir zaman sebagai tanda dekatnya hari kiamat
dengan sifat-sifat yang sudah jelas sebagaimana dijelaskan Rasulullah
SAW.
Makar Syi’ah yang paling dahsyat di akhir zaman dan kini mulai terungkap adalah kerjasamanya dengan Amerika dalam Perang Salib.
Artinya, diwaktu para mujahidin berusaha untuk bergabung dari seluruh
penjuru dunia Islam dan menyatukan barisan mereka dalam menghadapi
pasukan Zionis Salibis, Syi’ah malah berkhianat, membuat makar untuk
menghantam kaum Muslimin.
Dalam buku “Fakta-Fakta
Sewindu Perang Salib Baru” Syekh Aiman Azh-Zhawahiri (hfz) mengungkap
hakikat Syiah dan perannya membantu Amerika dalam Perang Salib.
“Hal itu terus terjadi, hingga menjadi
lebih buruk lagi dengan memberikan fasilitas kepada pasukan Amerika
untuk menyerang Iraq dan Afghanistan. Kemudian memberikan bantuan kepada
kedua pemerintahan bonekanya dengan mengakui eksistensinya, mengusir
Syekh Hikmaktyar-semoga Allah menjaganya-dari Iran ketika Karzai
menyebutnya sebagai pengkhianat. Kemudian dia menggunakan kekuasaannya
dengan sikap kooperatif bersama pemerintahan boneka Iraq untuk memerangi
mujahidin lalu lari pada hari peperangan dengan melarang dakwah menuju
jihad melawan Amerika di Iraq dan Afghanistan. Sebelumnya telah saya
sebutkan bahwa pemerintahan Iran memberikan bantuan kepada Ahmad Syah
Mas’ud yang telah diakui oleh Amerika secara resmi sebagai anteknya, di
dalam laporan konggres setelah kejadian 11 September.”
DR. Abdullah An Nafisi menjelaskan
politik Iran : “Iran bertanggung jawab atas hal itu, karena Iran di
antara dua isu, isu membuka diri yaitu isu Islam dan isu umum yaitu isu
anti Amerika, anti Israel dan seterusnya. Ini sudah mafhum dan dapat
diterima. Akan tetapi isu berkaitan rakyat Iran sebenarnya memiliki isu
lain : isu kekuasaan, isu kontrol, isu penugasan Syiah di Iraq.
Aku tidak percaya bahwa rencana Iran
adalah rencana Syiah selamanya. Bukan! Itu adalah rencana Persia di
dalam negeri Iraq (nasionalisme). Ya, menugaskan Syiah di Iraq demi
kemaslahatan rencana Persia Iran.”
Kalau begitu, Syi’ah adalah ancaman
paling nyata di akhir zaman. Perkembangan demi perkembangan, khususnya
di Timur Tengah semakin memantapkan bahaya dan ancaman besar Syi’ah dan
Iran.
Sejarah akan berulang. Jika di masa lalu,
persaingan laten terjadi antara Arab dan Persia, hari ini, sejarah
berulang. Orang-orang Arab yang diwakili oleh Arab Saudi dan Persia
diwakili oleh Iran. Iran, alias Syi’ah, sejak dahulu, selalu menjadi
penyebab utama masalah, Syi’ah ditakdirkan untuk menjadi lahan subur
bagi perluasan berbagai penyimpangan dan kejahatan. Ini tidak
mengherankan dalam sejarah Persia, mereka paling sering melibatkan diri
dan selalu saling kooperatif dengan orang-orang Zionis-Yahudi, Israel.
Sebagaimana dalam “Antara Syi’ah, Barat, dan Jihad Global“,
dijelaskan bahwa Iran dengan Syi’ahnya saat ini berada dalam zaman
keemasan. Sejak berhenti melancarkan perang melawan Irak di 80-an,
konsentrasi prakteknya hanya menyebarkan pengaruh melalui
ajaran-ajarannya ke seluruh daerah, bahkan dunia.
Iran dengan Syi’ahnya yang akan terus
mengepakkan sayapnya ke sejumlah wilayah di Timur Tengah dan Afrika
Utara untuk menanamkan hegemoninya. Era pergolakan dan hasil sesudahnya,
dalam bentuk keterbukaan, dapat dimanfaatkan untuk potensi penuh oleh
Iran, pada saat negara-negara regional lainnya yang mayoritas Sunni
sibuk dengan bisnis mereka sendiri.
Sementara itu, Ketika Al-Qaeda dan para
aktivis jihad global sedang diuji dalam hal ketahanan mereka, dengan
memerangi melawan negara adidaya dunia – Amerika – di beberapa tempat
sekaligus, Syi’ah dengan dukungan Iran sudah menggeliat dan siap
menunggu menjadi musuh berikutnya.
Peperangan antara aktivis jihad global yang
saat ini diwakili oleh Al Qaeda tidak bisa dihindari berhadapan dengan
Syi’ah Iran yang menjadi antek dan kaki tangan Amerika beserta
sekutu-sekutunya dalam perang salib.
Hal ini mengingat tujuan utama Iran
sebenarnya adalah mencari pengaruh politik di manapun yang memungkinkan.
Syekh Aiman menjelaskan kondisi Lebanon setelah terjadi perang dengan
Israel :
“Ketika terjadi perang di Lebanon yang
mampu meraih eksistensi politik bagi pengikutnya, maka mereka ikut
berperang dan ketika pasukan internasional menyanggupi untuk menjaga
keberadaan politik dan militer mereka maka mereka menyetujui pasukan
internasional menjajah Lebanon. Mereka juga setuju menggunakan cara
kekerasan bagi Palestina, dimana Hassan Nashrullah mengaku sudah begitu
lama berusaha untuk membebaskannya, akan tetapi sekarang dia menghindar
darinya. Dan ketika bersepakat dengan Amerika dan mengakui akan
pemerintahan mereka serta kerjasama dalam pemerintahan dan menghentikan
jihad kaum Muslimin, serta berperang dibawah Salib mereka, mewujudkan
sikap politik mereka di Iraq dan selalu berusaha mencarinya, mereka
berkerjasama dengan Amerika dan berperang di bawah Salib mereka.”
Pasukan Panji Hitam, Generasi Yang Dijanjikan
Perang akhir zaman, atau Al Malhamah Al
Kubro, akan terjadi antara pasukan Al Mahdi yang sering disebut sebagai
pasukan panji hitam, berhadapan dengan pasukan Dajjal yang dibantu
sekutu-sekutunya.
Dalam sebuah riwayat tentang Thaifah manshurah disebutkan, “Akan
senantiasa ada sekelompok umatku yang berperang di atas kebenaran.
Mereka meraih kemenangan atas orang-orang yang memerangi mereka, sampai
akhirnya kelompok terakhir mereka memerangi Dajjal.” (HR. Abu Daud: Kitab al-jihad no. 2125, Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 1959.)
Riwayat tersebut menjelaskan bahwa di
akhir zaman, kelompok Thaifah Manshurah adalah mereka yang bergabung
dengan Al-Mahdi untuk memerangi musuh-musuh Islam, dimana Dajjal adalah
salah satu yang akan dikalahkan oleh kelompok ini.
Parameter kebenaran saat itulah adalah
mereka yang bersama Al-Mahdi, sedang mereka yang menolak Al-Mahdi adalah
munafik (hal itu sebagaimana yang telah dijelaskan dalam hadits fitnah
duhaima’). Sedangkan kelompok Thaifah Manshurah yang memberikan dukungan
kepada Al-Mahdi telah dijelaskan ciri-ciri mereka dalam beberapa
riwayat yang kemudian dikenal dengan nama Ashabu Rayati Suud atau
Pasukan Panji Hitam dari Khurasan.
Lalu siapakah mereka yang disebut sebagai
Pasukan Panji Hitam? Apakah mereka semua itu adalah aktivis jihad
global yang tergabung dalam Al Qaeda, dan juga Taliban?
Tidak bisa dipungkiri, aktivitas jihad
global saat ini yang diprakarsai oleh Al Qaeda dalam melawan hegemoni
Amerika, dan antek-anteknya, termasuk kelompok sesat dan pengkhianat
Syi’ah telah membuat gentar Barat dan sekutu-sekutu mereka.
Cita-cita mereka juga mencengangkan,
menegakkan negara Islam, Khilafah Islamiyyah, dari ujung Asia Tenggara
hingga barat Maroko. Mereka adalah kaum Muslimin yang saat ini paling
kuat melaksanakan hukum Islam sebagaimana yang pernah berlaku di Madinah
pada masa Rasulullah SAW.
Merekalah satu-satunya kelompok yang
paling mendekati gambaran kehidupan Rasulullah SAW., dan para
sahabatnya; beriman, hijrah, perang, mendirikan daulah Islam,
melaksanakan semua kewajiban tanpa terkecuali, mendapat boikot dan
kecaman internasional, mendapat ujian paling berat dan menyatakan
keimanannya, dikepung oleh pasukan ahzab dan banyak lagi sejarah
kehidupan generasi assabiqunal awwalun yang hari ini tergambar dalam realitas hidup mereka.
Beberapa analis pemerhati hadits-hadits
fitnah menduga; bahwa merekalah yang lebih layak untuk menyandang gelar
kehormatan itu (Ath Thoifah Al Manshurah) sesuai dengan beratnya ujian
keimanan yang mereka hadapi.
Saat ini, Al-Qaeda dan seluruh anasirnya yang sangat komitmen menegakkan semua bentuk syari’at Islam dalam
masyarakatnya sangat wajar bila dibenci oleh bangsa Barat. Termasuk
sebagian kaum Muslimin yang termakan oleh isu dan propaganda bangsa
barat yang dibisikkan Dajjal tentang “kekejian dan kejahatan” mereka.
Padahal, bukan tidak mungkin, tanpa
bermaksud memastikan, aktivis jihad global yang dijalankan oleh Al Qaeda
dan Mujahidin lainnya tersebutlah yang dimaksud sebagai Pasukan Panji
Hitam dari Khurasan, yang dijanjikan kelak akan menjadi pasukannya Al
Mahdi, lalu memerangi Dajjal dan para pengikutnya dalam Perang Akhir
Zaman (Al Malhamah Al Kubro). Wallahu’alam bis showab
No comments:
Post a Comment