Wednesday, July 31, 2013

8 perayaan Sabbath yang sebenarnya ditujukan untuk perayaan kepada Ba'al setiap tahun


8 Ajaran Pagan Yang Masih Dilestarikan Di Dalam Kekristenan, Benarkah?



:
APA ITU BA'AL ===> BACA DISINI dan DISINI

Apa sebenarnya yang membuat Tuhan marah pada ayat Amos diatas?, Apa yang membuat Tuhan mengirim Mereka dalam pembuangan?. Sejak adanya menara Babel di Jaman Banilonia, perayaan pagan yang sama masih dilakukan. Yaitu adanya 8 perayaan yang sebenarnya masih berhubungan dengan Dewa Ba'al atau Setan.


Imbolic: Saint Valentine’s Day (Hari Valentine) ; Hari Ba'al atau Saturnus; 2 Februari 2 - 15 February. 
   Ostara: Easter (Paskah) ; Roma merubahnya menjadi Minggu Pakah sebagai identitas dengan kebangkitan Mesiah 21 Maret - 25 Maret.
    Beltane: Mayfest;the “Ratu Surga” yaitu "Semiramis" Dewa Kesuburan, diubah oleh Katolik sebagai Maria, 1 Mei.
  
     Midsummer Solstice: First Day of Summer (Hari pertama musim panas); 21 June (Katolik menyebutnya Hari Yohanes).
     Lugnasadh: Catholic Mary’s Ascension (Kenaikan Maria-katolik);1August -15 August 15 
     Mabon: First Day of Autumn (Hari pertama musim gugur) ; 21 September 
   Samhain: Halloween;Catholic “All-Saints Day” or “All-Souls Day” (Hari seluruh Santo) 31Oktober.
   Yule: Christmas; Birthday of false Christ (Hari Lahir Mesiah Palsu) :21 Desember - 25 December.
 

Anti-Tritunggal

Anti-Tritunggal (disebut juga Nontrinitarianisme) merupakan sebuah kepercayaan kristen yang menyatakan penolakan atas doktrin Tritunggal, baik sebagian atau keseluruhan doktrin, karena dianggap tidak tercantum secara eksplisit di Alkitab.
Keberadaan Tritunggal tidak dianggap penting sama sekali oleh semua penganut anti-Tritunggal. Unitarian merupakan salah satu cabang dari anti-Tritunggal, yang menyatakan bahwa Tuhan hanya memiliki satu kepribadian. Penganut anti-Tritunggal modern berbeda pendapat mengenai Allah Bapa, Yesus, dan Roh Kudus.
Beberapa kepercayaan yang mendukung anti-Tritunggal telah ada sejak Yesus masih hidup, di antaranya adopsionisme dan Arianisme, yang bertahan hingga Tritunggal didefinisikan secara formal pada Konsili Nicea I pada tahun 325.[1] Anti-Tritunggal kemudian diperbaharui oleh Gnostikme dari Katharisme, yang muncul pada abad ke 11 hingga 13, di Abad Pencerahan (abad 18), dan pada Restorasionisme selama abad 1

Semua penganut anti-Tritunggal meyakini bahwa doktrin di awal masa kekristenan (lihat Masa Apostolik) bukanlah Tritunggal. Secara umum, anti-Tritunggal juga meyakini bahwa Kristen merupakan hasil dari campur tangan Konstantinus I, baik secara langsung atau tidak langsung, dengan kompensasi menetapkan Kristen Tritunggal sebagai agama resmi pada Kekaisaran Romawi. Karena pada masa dimana ditetapkannya doktrin Tritunggal itu status kristen melonjak secara dramatis (dari sebuah agama yang dilarang menjadi agama resmi Kekaisaran Romawi), anti-Tritunggal sering mempertanyakan doktrin tersebut. Karena alasan yang sama pula, Doa Syahadat Nicea—yang salah satu isinya adalah doktrin Tritunggal—dianggap oleh anti-Tritunggal sebagai sebuah dokumen politik yang penting, yang merupakan hasil dari pengubahan doktrin asli menjadi doktrin yang menguntungkan kekaisaran oleh para pemimpin Gereja Katolik, sehingga gereja menjadi alat bagi Kekaisaran Romawi.
Meskipun penganut anti-Tritunggal pada masa Kekaisaran Romawi semakin bertambah, namun saat itu Tritunggal mendapatkan sokongan penuh dari Kekaisaran. Anti-Tritunggal berpendapat bahwa kepercayaan murni dari kekristenan telah ditekan secara sistematis oleh kekaisaran hingga mendekati kemusnahan, dan sebagai konsekuensinya, semua catatan sejarah telah diubah, termasuk mungkin di dalamnya Perjanjian Baru.
Penganut anti-Tritunggal secara garis besar bisa dibagi menjadi empat kelompok:
  • Kelompok yang meyakini bahwa Yesus bukanlah Tuhan, melainkan hanya utusan Tuhan, atau rasul (sebagaimana dijelaskan dalam Yoh 17:3), atau seorang manusia yang diciptakan sempurna. Yang menganut paham ini di antaranya adalah Ebionit, yang mengganggap Yesus hanyalah utusan Tuhan sebagaimana Musa (seperti yang telah diramalkan sebelumnya pada Ulangan 18:14-22).[2][3] Arianisme, yang populer di beberapa wilayah pada masa Kekaisaran Romawi, juga dimasukkan ke dalam kelompok ini. Arianisme mengajarkan bahwa, berbeda dengan Allah Bapa, Yesus tidak sama-sama kekal dengan Sang Bapa. Golongan lainnya yang termasuk dalam kelompok ini adalah Monarkianisme.
  • Kelompok yang berpendapat bahwa tiga pribadi pada Tritunggal adalah tiga individu yang berdiri sendiri dan terpisah, namun dapat beraksi bersama pada tujuan yang sama persis sebagai sebuah entitas monotheis. Tujuan itu adalah menyelamatkan umat manusia, dan Yesus dipercaya telah menerima perintah ketuhanan dari Allah Bapa sebelum penciptaannya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah sebagian besar dari denominasi Mormonisme (Latter Day Saint), termasuk denominasi terbesarnya, Gereja Mormon (The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints).[4]
  • Kelompok yang meyakini ketuhanan Allah Bapa dan Yesus, namun tidak menerima eksistensi Roh Kudus. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah Gereja Tuhan (Church of God). Sebagai contoh, Living Church of God mengajarkan bahwa "Roh Kudus merupakan esensi utama, kehendak, dan kekuatan dari Tuhan. Dia bukanlah sebuah entiti. Dia adalah sifat yang melekat pada Allah Bapa dan Yesus, dan keluar dari keduanya ke seluruh penjuru semesta.[5] Kepercayaan seperti ini secara historis sering disebut sebagai Semi-Arianisme atau Dwitunggal (Binitarianisme).


Menurut buku The Outline of History karangan H.G. Wells:
"Kita dapat menyaksikan belakangan ini banyak penganut Kristen yang terpecah belah tentang Tritunggal. Tidak ada sedikitpun bukti yang menyatakan bahwa para rasul pernah mendengar kata 'Tritunggal' langsung dari Yesus."[6]
Penganut anti-Tritunggal berpendapat bahwa kepercayaan mereka telah lebih dulu ada jauh sebelum Tritunggal menjadi doktrin. Debat di antara kedua kubu—yang sama-sama mengajukan dasar Alkitab—lebih banyak berpusat pada sifat ketuhanan Yesus. Anti-Tritunggal berpendapat, Yesus bahkan merendah dan menolak disebut sebagai Anak Tuhan,[7] dan dia menjelaskan kedudukannya dengan menyatakan bahwa dia akan pergi kepada "Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu."[8] Selain itu, Yesus juga menyatakan bahwa "hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa",[9] dan juga ketika mengutip Ulangan 6:4 pada Markus 12:29 dia berkata, "Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa."
Sebagaimana halnya penganut anti-Tritunggal, para ahli Alkitab yang meneliti mengenai Yesus dilihat dari sudut pandang sejarah selalu menekankan bahwa ajaran Yesus tidak pernah menyatakan bahwa dirinya setara dengan Tuhan, dan tidak pula mengajarkan mengenai Tritunggal (sebagai contoh, Yesus Seminari (Jesus Seminar)).
Lafal dari Doa Syahadat Nicea menyatakan bahwa tiga oknum dalam Tritunggal adalah "setara"; ini adalah ekspresi yang digunakan dalam doktrin Tritunggal. Sebagai gambaran, mungkin dapat dibayangkan sebuah perusahaan yang dimiliki bersama oleh beberapa orang, namun masing-masing pemilik memiliki peran yang berbeda dalam menjalankan bisnis. Anti-Tritunggal menekankan pada satu pernyataan Yesus yang menyangkal "kesetaraan", yaitu ketika Yesus menyatakan secara eksplisit bahwa posisinya lebih rendah dari Allah Bapa: "sebab Bapa lebih besar dari pada Aku (Yoh 14:28)."
Sebagai informasi, Doa Syahadat Nicea dirumuskan kira-kira 300 tahun setelah Yesus wafat, sebagai akibat dari konflik yang terjadi pada masa awal kekristenan. Anti-Tritunggal juga menyatakan bahwa Alkitab telah mengingatkan umat Kristiani untuk berhati-hati terhadap ajaran sesat buatan manusia (contoh: Matius 15:9, Efesus 4:14).

Tidak masuk akal

Penganut Tritunggal sering menyatakan bahwa "doktrin Tritunggal adalah sebuah misteri yang tidak dapat dijangkau oleh akal pikiran manusia yang terbatas."[10][11][12] Kritik terhadap Tritunggal berargumen bahwa "misteri" pada dasarnya adalah salah satu bentuk dari ketidak-masuk-akalan. Yang dimaksud di sini adalah klaim dimana Tuhan telah berbagi satu substansi ketuhanan, yaitu "menjadi Tuhan", dan bahkan tidak ikut campur antara satu pribadi dengan yang lainnya. Anti-Tritunggal menyatakan bahwa kerumitan dari argumen penganut Tritunggal, yang memerlukan konsep filosofi untuk dijelaskan, bertentangan dengan prinsip Alkitab mengenai kesederhanaan dan kejelasan dalam doktrin.[13]
Menurut New Catholic Encyclopedia:
“Hanya sedikit di antara guru-guru teologi Tritunggal di seminari-seminari Katolik Roma yang pada suatu waktu tidak dipojokkan oleh pertanyaan, ‘Tetapi bagaimana kita akan berkhotbah tentang Tritunggal?’ Dan jika pertanyaan itu merupakan gejala kebingungan di pihak para siswa, kemungkinan hal itu juga merupakan gejala kebingungan yang serupa di pihak guru-guru mereka.”[14]

Kurangnya dasar dari Alkitab

Anti-Tritunggal juga berpendapat bahwa, untuk doktrin yang sedemikian sentral dan fundamental dalam agama Kristen, doktrin Tritunggal sedikit sekali didukung oleh Alkitab secara eksplisit. Bahkan beberapa pendukung dari doktrin Tritunggal menyadari sedikitnya dasar dari Alkitab mengenai doktrin tersebut.[15] Sebagai contoh, The New Catholic Encyclopedia menyatakan bahwa "Doktrin Tritunggal tidak diajarkan secara eksplisit di Perjanjian Lama,"[15] dan juga "Perumusan mengenai 'Satu Tuhan dalam Tiga Pribadi' tidak terbentuk secara kokoh,..hingga akhir abad ke 4."[16] Selain itu, Ensiklopedi Encarta menyatakan bahwa, "Doktrin ini tidak diajarkan secara eksplisit di Perjanjian Baru, dimana kata Tuhan hampir selalu merujuk kepada Allah Bapa."[17]
Encyclopedia Britannica juga menyatakan bahwa, "Kata 'Tritunggal' dan doktrin Tritunggal secara eksplisit tidak ada pada Perjanjian Baru. Yesus dan para pengikutnya juga tidak memiliki keinginan untuk membantah pernyataan di Perjanjian Lama: 'Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!' (Ulangan 6:4)."[18] Anchor Bible Dictionary menulis, "Pada Perjanjian Baru tidak ditemukan paradoks Tritunggal mengenai eksistensi tiga pribadi—Allah Bapa dan Yesus dan Roh Kudus—dalam satu Tuhan."[19]
Pertanyaan yang sama—yaitu mengapa doktrin sentral pada agama Kristen seperti Tritunggal tidak pernah dinyatakan atau diajarkan secara eksplisit oleh Yesus sendiri—juga ditanyakan oleh sosok bersejarah pada abad 16 seperti Michael Servetus. Dalam buku-bukunya, Servetus menyatakan bahwa dia menolak doktrin Tritunggal, karena tidak berdasar kepada Alkitab, melainkan lebih berdasar kepada ajaran filsuf Yunani.[20] Dewan Kota Jenewa, selaras dengan putusan dewan-dewan kota Zürich, Bern, Basel, dan Schaffhausen, menetapkan dia sebagai sesat dan memutuskan untuk membakarnya di tiang hukuman.

Sifat Ketuhanan Yesus

Sebagian kelompok yang memperdebatkan doktrin Tritunggal dengan menggunakan dasar Alkitab lebih terpusat kepada sifat ketuhanan Yesus. Mereka yang menolak ketuhanan Yesus berpendapat bahwa, bahkan dalam kapasitasnya sebagai guru, Yesus sendiri pun menolak disebut "yang baik" untuk membedakan dirinya dengan Tuhan, karena menurut Yesus sebutan "yang baik" hanyalah untuk Allah (Markus 10:17-18; Matius 19:16-17; Lukas 18:18-19).[21] Selain itu, Yesus juga menyangkal sifat Maha Tahu sebagai Allah Anak, "belajar menjadi taat" (Ibrani 5:8), dan juga menyatakan posisinya yang tidak setara dengan Allah, "kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (Yoh 20:17), "Bapak lebih besar daripada Aku" (Yoh 14:28).

Argumen Elohim

Anti-Tritunggal menyanggah pernyataan bahwa kata "Elohim" menandakan kemajemukan, karena hampir di semua bagian dari Alkitab "Elohim" selalu disandingkan dengan kata kerja tunggal. Anti-Tritunggal berargumen bahwa penggunaan kata "Elohim" lebih ditujukkan sebagai penghormatan kepada "Tuhan Yang Esa."[22] Lebih lanjut lagi, anti-Tritunggal juga beranggapan bahwa interpretasi kata "Elohim" sebagai kata majemuk akan mengacaukan interpretasi bagian lain dari Alkitab yang menyatakan Tuhan dengan kosakata non-majemuk "El." Sebagai contoh, pada Kejadian 17:1 Tuhan disebut dengan "El" (tunggal) dan Dia menyatakan bahwa "Akulah Allah Yang Mahakuasa"; jika menggunakan interpretasi Tritunggal, maka salah Satu Pribadi dari Yang Tiga telah merendahkan Dua Pribadi yang lainnya dengan menyatakan bahwa Dialah Yang Mahakuasa (paling berkuasa atas segala sesuatu).[23]

Yesus menyatakan keterbatasannya dibanding Tuhan

Pernyataan Yesus bahwa "Bapa lebih besar dari diri-Nya" (Yoh 14:28), dan "Yang mengetahui hari akhir hanyalah Bapa, bahkan malaikat- malaikat di surga dan Anak pun tidak tahu" (Markus 13:32) sering ditekankan oleh anti-Tritunggal. Selain itu, sifat ketuhanan yang "tanpa awal dan akhir" dari Yesus juga dipertanyakan pada Kolose 1:15 (anak yang lahir pertama) dan Wahyu 3:14 (permulaan dari ciptaan Allah). Ahli teologi Kristen juga menyatakan bahwa ayat-ayat Markus 10:18, Lukas 18:19, Matius 19:17, Markus 15:34, Matius 27:46, Yohanes 20:17, Efesus 1:17, 2 Korintus 1:3, 1 Petrus 1:3, Yohanes 17: 3, 1 Korintus 8:6, Efesus 4:4-6, 1 Korintus 12:4-6, 2 Korintus 13:14, 1 Timotius 2:5, Yohanes 14:28, Markus 13:32, Filipi 2:5-10, 1 Korintus 15:24-28 adalah "teks yang terlihat seperti menyiratkan bahwa kata Tuhan di situ bukan ditujukkan untuk Yesus" dan "bukti negatif yang sering diabaikan Katolik dalam menjelaskan Tritunggal."[24]

Yesus menurut Iglesia ni Cristo

Iglesia ni Cristo, sebuah sekte Kristen yang bermula dari Filipina, menyatakan bahwa "Yesus adalah Tuhan" adalah ajaran buatan manusia, sebuah dogma yang tidak berdasar pada Alkitab, melainkan dibuat oleh Gereja Katolik pada abad ke 4 melalu Konsili Nicea. Mereka juga berpendapat bahwa Yesus sendiri mengakui bahwa dirinya tidak dapat berbuat apa-apa kecuali melalui Tuhan.[25]

Yesus adalah manusia dan juga sekaligus Tuhan

Penganut Tritunggal, dan beberapa anti-Tritunggal yang mengakui sifat ketuhanan Yesus seperti Modalisme, berargumen bahwa kepercayaan mereka didasarkan pada kenyataan bahwa Yesus ada sebagai Anak Bapa dalam daging manusia. Oleh karena itu, Yesus adalah manusia dan juga sekaligus Tuhan, yang menjadi "lebih rendah dari malaikat, demi keselamatan kita" (Ibrani 2:6-8, Mazmur 8:4-6) dan yang mendapat cobaan sebagaimana manusia, namun tidak berdosa (Ibrani 4:14-16). Akan tetapi, sebagian dari anti-Tritunggal menyanggah argumen tersebut dengan berpendapat bahwa daging manusia dari Anak adalah terbatas hanya selama kehidupan duniawi, meski pendukung Tritunggal berpendapat bahwa Yesus tetap pada sifat manusiawinya setelah kebangkitannya. Selain itu, pada 1 Korintus 11:3 ("Kepala dari Kristus ialah Allah") disebutkan posisi Yesus yang tidak setara, melainkan di bahwa Allah Bapa. Ditambah lagi, mereka mengutip Kisah 5:31 dan Filipi 2:9 yang menunjukkan bahwa Yesus menjadi agung setelah kenaikan ke surga, dan Ibrani 9:24, Kisah 7:55, 1 Korintus 15:24, 28, yang mengungkapkan tentang Yesus sebagai pribadi yang berbeda setelah kenaikanNya ke surga.[26]

Terminologi

Tidak ditemukan pada Alkitab

Kristen Unitarian, Restorasionis, dan beberapa golongan lainnya meragukan doktrin Tritunggal karena bersandar pada kosakata yang tidak terdapat dalam Alkitab. Kata "Tritunggal" tidak ditemukan di bagian Alkitab manapun.[27] Selain itu, angka tiga yang ditemukan dalam Alkitab juga sama sekali tidak pernah berkaitan dengan Tuhan[28], kecuali pada bagian Alkitab yang telah dihapus sejak akhir abad 19 karena dipertanyakan keasliannya, Comma Johanneum (1 Yoh 5:7-8).[29] Anti-Tritunggal juga berargumen bahwa satu-satunya angka yang berkaitan dengan Tuhan dalam Alkitab hanyalah angka Satu, sehingga Tritunggal yang menjelaskan Tiga oknum Tuhan bukanlah berdasar pada Alkitab.
Beberapa contoh istilah lainnya yang tidak ditemukan di dalam Alkitab adalah beberapa "Pribadi" dalam kaitannya dengan Tuhan, istilah "Anak Allah" dan "Allah Roh Kudus", dan "Anak Allah yang Tunggal". Sebagai contoh, dasar dari ajaran Tritunggal adalah bahwa Tuhan terdiri dari tiga pribadi (hipostasis). Istilah hipostasis yang merujuk kepada Allah ini hanya digunakan satu kali dalam Alkitab (Ibrani 1:3), yang menyatakan bahwa Yesus adalah merupakan gambaran instan dari Pribadi Tuhan Yang Maha Esa. Alkitab tidak pernah menggunakan istilah ini untuk hal yang berkaitan dengan Roh Kudus dan tidak pernah secara eksplisit menyebutkan bahwa Anak merupakan hipostasis yang berbeda dari Bapa.[30]

Hasil pemikiran Konstantin

Tentang istilah penting dalam Tritunggal, homoousios (esensi yang sama antara Anak dan Bapa), yang diperkenalkan ke dalam Kredo pada Konsili Nicea Pertama, Pier Franco Beatrice menyatakan: "homoousios merupakan hasil pemikiran langsung dari Konstantin yang berlatar belakang Hermetisisme. Plato yang dijadikan dasar oleh Konstantin hanyalah untuk menampung aspirasi rakyat Mesir. Selain itu, Teologi Hermetik konsubstantialitas, yang berbicara mengenai hubungan antara Logos-Anak dengan Nous-Bapa, hanyalah berputar balik kepada argumen tradisional apologetik. Konstantin telah mencoba menjelaskan teologi Plato dengan dasar Hermetismenya, yang menjadi alasan bagi sang kaisar untuk memasukan istilah homoousios pada Doa Syahadat Nicea."[31]
Penganut Tritunggal mempertahankan hasil pemikiran Konstantin tersebut, karena beranggapan bahwa pemikiran tersebut berdasar pada Alkitab. Selain itu, pemikiran tersebut merupakan tambahan yang diperlukan pada Era Nicene untuk melawan doktrin Arianisme.

Ayat-ayat Alkitab yang dianggap bertentangan dengan Tritunggal

Di antara ayat-ayat Alkitab yang dikutip para penentang Tritunggal adalah ayat-ayat yang menyatakan bahwa hanya ada satu Tuhan, yaitu Allah Bapa. Ayat-ayat lainnya menyatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia biasa. Meskipun para penganut Tritunggal berpendapat bahwa kontradiksi-kontradiksi tersebut adalah bukti dari misteri dan paradoks dari Tritunggal itu sendiri, anti-Tritunggal berargumen bahwa sedikit sekali—jika bukan sama sekali tidak ada—ayat-ayat Alkitab yang mendukung Tritunggal. Berikut adalah sebagian dari daftar yang dianggap bertentangan dengan konsep Tritunggal.

Hanya ada satu Tuhan

  • Matius 4:10 : "Maka berkatalah Yesus kepadanya: 'Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!.'"
  • Yohanes 17:3 : "Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus."
  • 1 Korintus 8:5-6 : "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi—dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian.
Namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup."
  • 1 Timotius 2:5 : "Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,"
  • Yakobus 2:19: "Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun juga percaya akan hal itu dan mereka gemetar."

Anak dan Bapa tidak setara

  • Markus 13:32 : "Tetapi tentang hari atau saat itu tidak seorangpun yang tahu, malaikat-malaikat di sorga tidak, dan Anakpun tidak, hanya Bapa saja."
  • Yohanes 14:28 : "Kamu telah mendengar, bahwa Aku telah berkata kepadamu: Aku pergi, tetapi Aku datang kembali kepadamu. Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar dari pada Aku."
  • Yohanes 17:20-23 : "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka; Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku. Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu, agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus Aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku."
  • Yohanes 20:17 : "Kata Yesus kepadanya: 'Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.'"
  • Kisah Para Rasul 7:55-56 : "Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus, menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah kanan Allah. Lalu katanya: 'Sungguh, aku melihat langit terbuka dan Anak Manusia berdiri di sebelah kanan Allah.'"
  • Kolose 1:15 : "Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,"
  • 1 Korintus 15:24-28 : "Kemudian tiba kesudahannya, yaitu bilamana Ia menyerahkan Kerajaan kepada Allah Bapa, sesudah Ia membinasakan segala pemerintahan, kekuasaan dan kekuatan. Karena Ia harus memegang pemerintahan sebagai Raja sampai Allah meletakkan semua musuh-Nya di bawah kaki-Nya. Musuh yang terakhir, yang dibinasakan ialah maut. Sebab segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya. Tetapi kalau dikatakan, bahwa "segala sesuatu telah ditaklukkan", maka teranglah, bahwa Ia sendiri yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah kaki Kristus itu tidak termasuk di dalamnya. Tetapi kalau segala sesuatu telah ditaklukkan di bawah Kristus, maka Ia sendiri sebagai Anak akan menaklukkan diri-Nya di bawah Dia, yang telah menaklukkan segala sesuatu di bawah-Nya, supaya Allah menjadi semua di dalam semua.

Senarai Ulama’ Ahli Sunnah Dunia Terkini



Bagaimanapun, perlu diingat bahawa senarai tokoh-tokoh yang disebut ini disusun atas dasar beberapa contoh kumpulan ulama terpilih (menurut penulis) dan bukan terhad jumlahnya seperti dalam senarai. Dan bukan juga merangkumi kesemua nama ulama yang wujud . Ia dibuat atas kaedah ‘Ala sabil al-mithal wa laisa ala sabil al-hasr.
Ulama terhebat kurun kini yang telah wafat (sekitar selepas 50 an):
Bil Nama Negara Kemahiran Tahun Wafat / Lahir

1. Syeikh Imam Prof. Muhd Abu Zuhrah Mesir Mesir – Pakar Bidang Fiqh, Usul fiqh dan semua bidang Islam. Fatwa ‘Am Wafat 1974 M

2 Syeikh Prof. Abd Wahab al-Khallaf Mesir Fiqh dan Usul Wafat sekitar 60-70 an

3 Syeikh Muhammad al-Ghazali Mesir Ulama besar Mesir, bidang fiqh, ‘am dan dakwah Wafat 1998 M

4 Syeikh Mustafa As-Sobri Turki Syeikh Islam bagi Kerajaan Islam Khilafah Uthmaniah dulu Wafat sekitar 60-70 an

5. Syeikh Muhd Amin as-Shanqiti Asal Mawratania,Mekah Tafsir, Fiqh, Aqidah Wafat thn 1973 m

6 Syeikh Muhammad Makhluf Al-Maliki Mesir Ulama Besar Mesir, wafat tahun 1936 m

7 Syeikh Mahmud as-Syaltut (Ulama Besar Mesir dan Syeikh Al-Azhar yang lalu Mesir Fiqh dan Fatwa ‘am, penggerak kepada gerakan Taqrib mazhab sunni –syiah

8 Syeikh Sayyid Abu Hasan Ali An-Nadawi India Keturunan Nabi. Bidang Fiqh, Dakwah dll Wafat

9 Imam As-Syahid Hasan Al-Banna Mesir Mujaddid kurun ke 19. Pengasas Jemaah Ikhwan Muslimin, Bidang Fiqh, Dakwah, semua bidang Islam. 1948 M

10 Syeikh Abul A’la Al-Mawdudi India Hadith, Fiqh , Dakwah, Mualamalat dll 1989 M

11 Syeikh Hasan Al-Habannakah Syria Aqidah, Fiqh dll wafat

12 Syeikh Imam Prof Mustafa Az-Zarqa Syria (lahir) & Jordan Fatwa ‘Am, Fiqh, Usul Fiqh, Undang2 Civil & Islam dan lain2. Di anggap sampai tahap Mujtahid. 1998 M

13 Syeikh Abd Razak As-Sanhuri Mesir Undang2 dan Fiqh

14 Syeikh Abd Aziz Bin Baz Saudi Fiqh, Aqidah dan umum Islam. Pakar Fatwa ‘Am . Ex Mufti Am Saudi, Ex Majma Fiqh Sedunia Wafat

15 Syeikh Muhaddith Nasiruddin Al-Albani Jordan Pakar bidang Hadith dan Rijalnya Tokoh Ulama Salafi Moden 2000 M

16 Syeikh Abd Hayy Al-Katani Mesir Ulama Besar Hadith & Pakar Hadith Mesir , Nizom al-Mal

17 Syeikh Ahmad Muhd Syakir Mesir Pakar Hadith Mesir, juga bidang Fiqh

18 Syeikh Prof. Dr Mustafa As-Siba’ie Syria Fiqh dan Undang2 dan Hadith, ex Dekan Kuliah Syariah Univ. Dimasqh. Pendakwah .Pemimpin Ikhwan

19 Syeikh Ahmad Bin Muhd Bin As-Sadiq Al-Ghumari Maghribi,Mesir Pakar Hadith dan Ulum nya Wafat 1959 m

20 Syeikh Abd Fatah Abu Ghuddah Syria Pakar Hadith Wafat 1996 m

21 Syeikh Tohir Muhammad ‘Asyur Tunisia Pakar Tafsir pengarang kitab tafsir Tahrir wa Tanwir lebih 15 jilid , Usul Fiqh, Lughah & tokoh Maqasid Syariah kurun ini Wafat 1973 M

22 Syeikh Nuruddin Ar-Raniri Acheh Fiqh Kurun ke 17

23 Syeikh Muhd Arsyad Al-Banjari Acheh, Banjarmasin Fiqh 1808 M

24 Syeikh Daud Al-Fatani Nusantara Fiqh Kurun ke 19

25 Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani Indonesian Pakar Tafsir, Usul Fiqh Kurun ke 18

26 Syeikh Dr. Abd Halim Mahmud Mesir Ex-Syeikh al-Azhar, Fiqh, Tasauf , Falsafah

27 Syeikh Mawlana Muhd Zakaria Al-Kandahlawi India Pakar Hadith dan Ulumnya Wafat 90 an
Manakala yang masih hidup, di antara yang teralim dan pakar serta menonjol di dunia Akademik dan Dakwah
1 Syeikh Imam Prof. Dr Yusoff Al-Qaradhawi Mesir (lahir)Skrg di Qatar BA – UsuluddinMA (Ulum Quran & Sunnah), Dip. Tinggi (Sastera & Bahasa Arab) & PhD (Fiqh Muqaran Al-Azhar , thn 1973 )*Pakar Fatwa ‘Am.*Paling menonjol Fiqh & Hadith, Dakwah. * Mudir Markaz Sirah dan Sunnah di Univ. Qatar . * Ex- Ahli Majma’ Fiqh Sedunia.* Di anggap sampai ke tahap Mujtahid Lahir 1926

2 Syeikh Prof. Dr Sa’id Ramdhan Al-Buti Syria PhD (Fiqh dan Usul Fiqh 1965 di Azhar )Fatwa am, Bidang Fiqh, Sirah, Tafsir dan lain2 . Ex- Majma Fiqh. Dekan Kuliah Usuluddin Univ. Dimasqh. Tahap Mujtahid Lahir 1929

3 Syeikh Prof. Dr Wahbah Mustafa Az-Zuhayli Syria PhD (Syariah Islamiah & Law, Univ Qaherah, thn 1963 ). Ex Majma Fiqh. Dekan Kuliah Syariah Univ Dimasqh. Lahir 1932

4 Prof. Dr Muhammad Az-Zuhayli Syria, UAE Bidang Fiqh & Usul. Dekan Kuliah Syariah UAE

5 Prof. Dr Muhammad Uthman Syabir Jordan , skrg Qatar Pakar bidang Fiqh Mu’amalat, Fiqh Perubatan .Fiqh dan Usul Fiqh secara am. Pensyarah Univ Qatar skrg.

6 Syeikh Al-Muhaddith Syuaib Al-Arnauot Syria ,Jordan Pakar Bidang Hadith. Muhaqqiq lebih 70 kitab besar termasuk Musnad Ahmad, Zaad al-Ma’ad dll.

7 Syeikh Dr Mustafa Al-Khinn Syria Fiqh dan Usul Fiqh (PhD Al-Azhar 1969)

8 Syeikh Dr Mustafa Al-Bugha Syria Fiqh dan Usul Fiqh (PhD Al-Azhar 1970)

9 Syeikh Dr Fathi Yakan Lubnan Pendakwah. Pengarang yang hebat

10 Prof. Dr. Nazih Hammad SyriaSaudiSkrg di Univ Kanada Ex- Pensyarah Umm QuraPakar Bidang Muamalat dan Ekonomi Islam. Ahli Majma Fiqh Dunia

11 Prof. Dr. Abd Wahab Abu Sulaiman Saudi Univ. Ummul QuraPakar Muamalat. Fiqh dan Usul Fiqh

12 Syeikh Dr. Bakar Abu Zaid Saudi Pakar Muamalat, dan lain2 bidang Islam. Ex. Pengerusi Majma Fiqh Dunia13 Syeikh Prof. Dr. Abd Muhsin At-Turki Saudi Ketua Gabungan Univ2 Islam Sedunia skrg.

14 Syeikh Sodiq Al-Habannakah Syria Adik Syeikh Hasan Habannakah.Pakar bidang Fiqh dan Lughah

15 Syeikh Prof. Dr Abd Fatah Husayni Mesir Fiqh dan Usul Fiqh

16 Syeikh Prof. Dr Toha Rayyan Mesir Fiqh Muqaran

17 Prof. Dr Muhammad al-Baltaji Mesir Phd Al-azhar tahun 60 an. Pensyarah Univ. Al-Qaherah Pakar Fiqh dan Usul Fiqh.

18 Syeikh Prof. Dr. ‘Atiya Saqr Mesir Pengerusi Majma Buhuth Islamiah. Pakar Fiqh dan Fatwa ‘Am

19 Syeikh Prof Dr. Muhd Fathi Ad-Durayni Syria, Jordan PhD Al-Azhar 1965 (Fiqh &Usul Fiqh) Dip Tinggi (Sastera, Bahasa Arab, Undang-undang). Pakar Usul Fiqh,Undang2 dan Bahasa Umur 80 an20 Syeikh Prof Dr Fadl Hasan ‘Abbas Jordan PhD Tafsir Al-Azhar thn 72. Ulama Buta. Pakar Tafsir di rantau Arab seluruhnya .Univ. Jordan & Al-Yarmouk
21 Syeikh Dr. Solah Abd Fattah Al-Khalidi Jordan PhD tafsir thn 84, Pakar Tafsir, Sirah dan ‘Ulum Quran

22 Syeikh Ibrahim al-‘Ali Jordan Pakar Hadith dan Sirah

23 Syeikh Prof. Dr Muhd ‘Uqlah al-Ibrahim Jordan PhD (Fiqh Muqaran al-Azhar 1978) Fiqh dan Usul. Pakar Bidang Ahwal Syakhsiyyah. Dekan Kuliah Syariah Univ. Irbid dan Pensyarah Univ. Al-Yarmouk

24 Prof. Dr Rafiq Al-Masri Syria Pakar Ekonomi Islam dan Konvensional

25 Prof. Dr Kurshid Ahmad Skrg UK Univ Markfield , UK . Pakar Ekonomi Islam

26 Prof. Dr Umar Chapra Dulu UK Ex Pensyarah di Univ Markfield , UK . Pakar Ekonomi Islam
27 Prof. Dr Nejatullah As-Siddiqie India, UK Univ Markfield , UK . Pakar Ekonomi Islam
29 Syeikh Dr Muhd Ali As-Sobuni Saudi (dulu) Ex- Univ Madinah. Ulum Quran

30 Syeikh Prof. Dr. Abd Karim Zaidan Iraq, Skrg di Yaman Fiqh dan usul, Dakwah, Fatwa ‘Am

31 Prof. Dr Sodiq Dharir Sudan Univ. Al-Kharthoum SudanAhli Majma’ Fiqh , Pakar Mu’amalat .

32 Prof. Dr Ali Ahmad Salus MesirQatar (skrg) Ahli Majma Fiqh , Pakar Muamalat

33 Syeikh Prof Dr Hasan As-Syazili Kuwait Ahli Majma’ Fiqh

34 Prof Dr Ali Ahmad Salus Qatar Ahli Majma Fiqh , Pakar Muamalat

35 Prof Dr Haron Din Malaysia Pakar Fiqh (PhD Univ Qaherah) , Pakar Perubatan Islam

36 Syeikh Prof Dr Abd Malik As-Sa’di Iraq, Jordan Phd Ummul Qura dgn First Class.Pakar Fiqh Muqaran, Fatwa ‘Am. Ex Mufti Iraq. Pensyarah di Univ Mu’tah, Jordan

37 As-Syeikh al-Akbar Tuan Guru Hj Hashim Malaysia Tuan Guru Pondok Pasir Tumboh.

38 Syeikh Prof. Dr Muhd Naim Yasin Jordan Punyai 2 MA iaitu Fiqh & Undang2, PhD Fiqh (al-Azhar) thn 72 Pensyarah Univ. Jordan. Digelar Ulama teralim Jordan skrg. Bidang Fiqh, Usul, Aqidah, Siyasah Syariyyah. Fiqh Perubatan Kontemporari.39 Syeikh Prof. Dr. Umar Sulaiman Al-Asyqar Jordan PhD Al-azhar tahun 80, Univ. Zarqa Ahalliah. Fiqh, Usul Fiqh, Mu’amalat, Aqidah, Tafsir . Fatwa ‘Am.Terkenal di Jordan.
Sekian,
Hj Zaharuddin Hj Abd Rahman
Kaunselor Shariah, Ingress Corporation Berhad
M.A (Jayyid Jiddan), Univ Al-Yarmouk, Jordan
Email : zaharuddin@yahoo.com
Kuala Lumpur

Syiah Pembunuh Sayyidina Husain Di Karbala


Seorang tokoh Islam yang terkenal di Pakistan, Maulana Ali Ahmad Abbasi menulis di dalam bukunya "Hazrat Mu'aawiah Ki Siasi Zindagi" bahawa di dalam sejarah Islam, ada dua orang yang sungguh kontroversial. Seorang daripadanya Amirul Mukminin Yazid yang makin lama makin dimusnahkan imejnya walaupun semasa hayatnya beliau diterima baik oleh tokoh-tokoh utama di zaman itu. Seorang lagi ialah Mansor Al Hallaj. Di zamannya dia telah dihukum sebagai mulhid, zindiq dan salah seorang daripada golongan qaramithah oleh masyarakat Islam yang membawanya disalib. Amirul Mukminin Al Muqtadir billah telah menghukumkan beliau murtad berdasarkan fatwa sekalian ulama dan fuqaha' yang hidup pada waktu itu, tetapi imejnya semakin cerah tahun demi tahun sehingga akhirnya telah dianggap sebagai salah seorang ' aulia illah'.

Bagaimanapun semua ini adalah permainan khayalan dan fantasi manusia yang jauh daripada berpijak di bumi yang nyata. Semua ini adalah akibat daripada tidak menghargai dan memberikan penilaian yang sewajarnya kepada pendapat orang-orang pada zaman mereka masing-masing.

Pendapat tokoh-tokoh dari kalangan sabahat dan tabi'in yang sezaman dengan Yazid berdasarkan riwayat-riwayat yang muktabar dan sangat kuat kedudukannya menjelaskan kepada kita bahawa Yazid adalah seorang anak muda yang bertaqwa, alim, budiman, saleh dan pemimpin ummah yang sah dan disepakati kepemimpinannya. Baladzuri umpamanya dalam "Ansabu Al Asyraf" mengatakan bahawa, " Bila Yazid dilantik menjadi khalifah maka Abdullah bin Abbas, seorang tokoh dari Ahlul Bait berkata : " Sesungguhnya anaknya Yazid adalah daripada keluarga yang saleh. Oleh itu tetaplah kamu berada di tempat-tempat duduk kamu dan berilah ketaatan dan bai'ah kamu kepadanya" (Ansabu Al Asyraf, jilid 4, m.s. 4).

Sejarawan Baladzuri adalah di antara ahli sejarah yang setia kepada para Khulafa' Abbasiah. Beliau telah mengemukakan kata-kata Ibnu Abbas ini di hadapan mereka dan menyebutkan pula sebelum nama Yazid ' Amirul Mukminin'.

Abdullah Ibn Umar yang dianggap sebagai orang tua di kalangan sahabat pada masa itu pula bersikap tegas terhadap orang-orang yang menyokong pemberontakan yang dipimpin oleh Ibn Zubair terhadap kerajaan Yazid dan sikap yang begini disebut di dalam Sahih Bukhari bahawa, bila penduduk Madinah membatalkan bai'ah mereka terhadap Yazid bin Muawiyah maka Ibn Umar mengumpulkan anak pinak dan sanak saudaranya lalu berkata, " Saya pernah mendengar Rasulullah S.A.W bersabda, " Akan dipacakkan bendera untuk setiap orang yang curang (membatalkan bai'ahnya) pada hari kiamat. Sesungguhnya kita telah berbai'ah kepadanya dengan nama Allah dan RasulNya. Sesungguhnya saya tidak mengetahui kecurangan yang lebih besar daripada kita berbai'ah kepada seseorang dengan nama Allah dan RasulNya, kemudian kita bangkit pula memeranginya. Kalau saya tahu ada sesiapa daripada kamu membatalkan bai'ah kepadanya dan turut serta di dalam pemberontakan ini, maka terputuslah perhubungan di antaraku dengannya". (Sahih Bukhari -Kitabu Al Fitan)

Sebenarnya jika dikaji sejarah permulaan Islam kita dapati pembunuhan Sayyidina Husain di zaman pemerintahan Yazidlah yang merupakan fakta terpenting mendorong segala fitnah dan keaiban yang dikaitkan dengan Yazid tidak mudah ditolak oleh generasi kemudian. Hakikat inilah yang mendorong lebih banyak cerita-cerita palsu tentang Yazid diada-adakan oleh musuh-musuh Islam. Tentu sekali orang yang membunuh menantu Rasulullah s.a.w yang tersayang-dibelai oleh Rasulullah dengan penuh kasih sayang semasa hayatnya kemudian ditatang pula dengan menyebutkan kelebihan dan keutamaan-keutamaannya di dalam hadis-hadits Baginda- tidak akan dipandang sebagai seorang yang berperi kemanusiaan apalagi untuk mengatakannya seorang soleh, budiman, bertaqwa dan pemimpin umat Islam.

Kerana itulah cerita-cerita seperti Yazid sering kali minum arak, seorang yang suka berfoya-foya, suka mendengar muzik dan menghabiskan waktu dengan penari-penari, begitu juga beliau adalah orang terlalu rendah jiwanya sehingga suka bermain dengan monyet dan kera, terlalu mudah diterima oleh umat Islam kemudian.

Tetapi soalnya, benarkah Yazid membunuh Sayyidina Husain? Atau benarkah Yazid memerintahkan supaya Sayyidina Husain dibunuh di Karbala?

Selagi tidak dapat ditentukan siapakah pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya dan terus diucapkan ' Yazidlah pembunuhnya' tanpa soal selidik yang mendalam dan teliti, maka selama itulah nama Yazid akan terus tercemar dan dia akan dipandang sebagai manusia yang paling malang. Tetapi bagaimana jika yang membunuh Sayyidina Husain itu bukan Yazid ? Kemanakah pula akan kita bawakan segala tuduhan-tuduhan liar, fitnah dan caci maki yang selama ini telah kita sandarkan pada Yazid itu ?

Jika kita seorang yang cintakan keadilan, berlapang dada, sudah tentu kita akan berusaha untuk membincangkan segala keburukan yang dihubungkan kepada Yazid selama ini dan kita pindahkannya ke halaman rumah pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain yang sebenar. Apalagi jika kita seorang Ahlus Sunnah Wal Jamaah, sudah tentu dengan dengan adanya bukti-bukti yang kuat dan kukuh daripada sumber-sumber rujukan muktabar dan berdasarkan prinsip-prinsip aqidah yang diterima di kalangan Ahlus Sunnah, kita akan terdorong untuk membersihkan Yazid daripada segala tuduhan dan meletakkannya ditempat yang istimewa dan selayak dengannya di dalam rentetan sejarah awal Islam.

Sekarang marilah kita pergi ke tengah-tengah medan penyelidikan tentang pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala bersama-sama dengan sekian ramai ahli keluarganya.


PEMBUNUH SAYYIDINA HUSAIN ADALAH SYIAH KUFAH

Terlebih dahulu kita akan menyatakan dakwaan kita secara terus terang dan terbuka bahawa pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya bukanlah Yazid tetapi adalah golongan Syiah Kufah.

Dakwaan ini berdasarkan beberapa fakta dan bukti-bukti daripada sumber-sumber rujukan sejarah yang muktabar. Kita akan membahagi-bahagikan bukti-bukti yang akan dikemukakan nanti kepada dua bahagian :

(1) Bukti-bukti utama

(2) Bukti-bukti sokongan


I. BUKTI-BUKTI UTAMA

Dengan adanya bukti-bukti utama ini, tiada mahkamah yang dibangunkan untuk mencari kebenaran dan mendapatkan keadilan akan memutuskan Yazid sebagai pesalah dan sebagai penjenayah yang bertanggungjawab di dalam pembunuhan Sayyidina Husain. Bahkan Yazid akan dilepaskan dengan penuh penghormatan dan akan terbongkarlah rahsia yang selama ini menutupi pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain yang sebenarnya di Karbala.

Bukti pertamanya ialah pengakuan Syiah Kufah sendiri bahawa merekalah yang membunuh Sayyidina Husain. Golongan Syiah Kufah yang mengaku telah membunuh Sayyidina Husain itu kemudian muncul sebagai golongan "At Tawwaabun" yang kononnya menyesali tindakan mereka membunuh Sayyidina Husain. Sebagai cara bertaubat, mereka telah berbunuh-bunuhan sesama mereka seperti yang pernah dilakukan oleh orang-orang Yahudi sebagai pernyataan taubatnya kepada Allah kerana kesalahan mereka menyembah anak lembu sepeninggalan Nabi Musa ke Thur Sina.

Air mata darah yang dicurahkan oleh golongan "At Tawaabun" itu masih kelihatan dengan jelas pada lembaran sejarah dan tetap tidak hilang walaupun cuba dihapuskan oleh mereka dengan beribu-ribu cara.

Pengakuan Syiah pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain ini diabadikan oleh ulama-ulama Syiah yang merupakan tunggak dalam agama mereka seperti Baaqir Majlisi, Nurullah Syustri dan lain-lain di dalam buku mereka masing-masing. Baaqir Majlisi menulis :

"Sekumpulan orang-orang Kufah terkejut oleh satu suara ghaib. Maka berkatalah mereka, " Demi Tuhan! Apa yang telah kita lakukan ini tak pernah dilakukan oleh orang lain. Kita telah membunuh "Ketua Pemuda Ahli Syurga" kerana Ibn Ziad anak haram itu. Di sini mereka mengadakan janji setia di antara sesama mereka untuk memberontak terhadap Ibn Ziad tetapi tidak berguna apa-apa". (Jilaau Al'Uyun, m.s. 430)

Qadhi Nurullah Syustri pula menulis di dalam bukunya Majalisu Al'Mu'minin bahawa selepas sekian lama (lebih kurang 4 atau 5 tahun) Sayyidina Husain terbunuh, ketua orang-orang Syiah mengumpulkan orang-orang Syiah dan berkata, " Kita telah memanggil Sayyidina Husain dengan memberikan janji akan taat setia kepadanya, kemudian kita berlaku curang dengan membunuhnya. Kesalahan kita sebesar ini tidak akan diampunkan kecuali kita berbunuh-bunuhan sesama kita ". Dengan itu berkumpullah sekian ramai orang-orang Syiah di tepi Sungai Furat sambil mereka membaca ayat yang bermaksud, " Maka bertaubatlah kepada Tuhan yang telah menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu ". (Al Baqarah :54). Kemudian mereka berbunuh-bunuhan sesama sendiri. Inilah golongan yang dikenali dalam sejarah Islam dengan gelaran "At Tawaabun".

Sejarah tidak melupai dan tidak akan melupai peranan Syits bin Rab'ie di dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala. Tahukah anda siapa itu Syits bin Rab'ie? Dia adalah seorang Syiah pekat, pernah menjadi duta kepada Sayyidina Ali di dalam peperangan Siffin, sentiasa bersama Sayyidina Husain. Dialah juga yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk mencetuskan pemberontakan terhadap kerajaan pimpinan Yazid, tetapi apakah yang telah dilakukan olehnya?

Sejarah memaparkan bahawa dialah yang mengepalai 4,000 orang bala tentera untuk menentang Sayyidina Husain dan dialah orang yang mula-mula turun dari kudanya untuk memenggal kepala Sayyidina Husain. (Jilaau Al'Uyun dan Khulashatu Al Mashaaib, m.s. 37)

Adakah masih ada orang yang ragu-ragu tentang Syiahnya Syits bin Rab'ie dan tidakkah orang yang menceritakan perkara ini ialah Mulla Baaqir Majlisi, seorang tokoh Syiah terkenal ? Secara tidak langsung ia bermakna pengakuan daripada pihak Syiah sendiri tentang pembunuhan itu.

Lihatlah pula kepada Qais bin Asy'ats ipar Sayyidina Husain yang tidak diragui tentang Syiahnya tetapi apa kata sejarah tentangnya? Bukankah sejarah mendedahkan kepada kita bahawa itulah orang yang merampas selimut Sayyidina Husain dari tubuhnya selepas selesai pertempuran ? (Khulashatu Al Mashaaib, m.s. 192)

Selain daripada pengakuan mereka sendiri yang membuktikan merekalah sebenarnya pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain, kenyataan saksi-saksi yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain sebagai saksi-saksi hidup di Karbala yang terus hidup selepas peristiwa ini juga membenarkan dakwaan ini termasuk kenyataan Sayyidina Husain sendiri yang sempat dirakamkan oleh sejarah sebelum beliau terbunuh. Sayyidina Husain berkata dengan menujukan kata-katanya kepada orang- orang Syiah Kufah yang siap sedia bertempur dengan beliau :

" Wahai orang-orang Kufah! Semoga kamu dilaknat sebagaimana dilaknat maksud- maksud jahatmu. Wahai orang-orang yang curang, zalim dan pengkhianat! Kamu telah menjemput kami untuk membela kamu di waktu kesempitan tetapi bila kami datang untuk memimpin dan membela kamu dengan menaruh kepercayaan kepadamu maka sekarang kamu hunuskan pedang dendammu kepada kami dan kamu membantu musuh-mush di dalam menentang kami ". (Jilaau Al' Uyun, ms 391).



Beliau juga berkata kepada Syiah:

"Binasalah kamu! Bagaimana boleh kamu menghunuskan perang dendammu dari sarung-sarungnya tanpa sebarang permusuhan dan perselisihan yang ada di antara kamu dengan kami? Kenapakah kamu siap sedia untuk membunuh Ahlul Bait tanpa sebarang sebab? " (Ibid).

Akhirnya beliau mendoakan keburukan untuk golongan Syiah yang sedang berhadapan untuk bertempur dengan beliau:

"Ya Allah! Tahanlah keberkatan bumi dari mereka dan selerakkanlah mereka. Jadikanlah hati-hati pemerintah terus membenci mereka kerana mereka menjemput kami dengan maksud membela kami tetapi sekarang mereka menghunuskan pedang dendam terhadap kami ". (Ibid)

Beliau juga dirakamkan telah mendoakan keburukan untuk mereka dengan kata-katanya: "Binasalah kamu! Tuhan akan membalas bagi pihakku di dunia dan di akhirat……..Kamu akan menghukum diri kamu sendiri dengan memukul pedang-pedang di atas tubuhmu dan mukamu akan menumpahkan darah kamu sendiri. Kamu tidak akan mendapat keberuntungan di dunia dan kamu tidak akan sampai kepada hajatmu. Apabila mati nanti sudah tersedia azab Tuhan untukmu di akhirat. Kamu akan menerima azab yang akan diterima oleh orang-orang kafir yang paling dahsyat kekufurannya". (Mulla Baqir Majlisi-Jilaau Al'Uyun, m.s. 409).

Daripada kata-kata Sayyidina Husain yang dipaparkan oleh sejarawan Syiah sendiri, Mulla Baqir Majlisi, dapat disimpulkan bahawa:

(i) Diayah yang disebarkan oleh musuh-musuh Islam menerusi penulisan sejarah bahawa pembunuhan Ahlul Bait di Karbala merupakan balas dendam dari Bani Umayyah terhadap Ahlul Bait yang telah membunuh pemimpin-pemimpin Bani Umayyah yang kafir di dalam peperangan Badar, Uhud, Siffin dan lain-lain tidak lebih daripada propaganda kosong semata-mata kerana pembunuh-pembunuh Sayyidina Husain dan Ahlul Bait di Karbala bukannya datang dari Syam, bukan juga dari kalangan Bani Umayyah tetapi dari kalangan Syiah Kufah.

(ii) Keadaan Syiah yang sentiasa diburu dan dihukum oleh kerajaan-kerajaan Islam di sepanjang sejarah membuktikan termakbulnya doa Sayyidina Husain di medan Karbala ke atas Syiah.

(iii) Upacara menyeksa tubuh badan dengan memukul tubuhnya dengan rantai, pisau dan pedang pada 10 Muharram dalam bentuk perkabungan yang dilakukan oleh golongan Syiah itu sehingga mengalir darah juga merupakan bukti diterimanya doa Sayyidina Husain dan upacara ini dengan jelas dapat dilihat hingga sekarang di dalam masyarakat Syiah.

Adapun di kalangan Ahlus Sunnah tidak pernah wujud upacara yang seperti ini dan dengan itu jelas menunjukkan bahawa merekalah golongan yang bertanggungjawab membunuh Sayyidina Husain.

(iv) Betapa kejam dan kerasnya hati golongan ini dapat dilihat pada tindakan mereka menyembelih dan membunuh Sayyidina Husain bersama dengan sekian ramai ahli keluarganya walaupun setelah mendengar ucapan dan doa keburukan untuk mereka yang dipinta oleh beliau. Itulah dia golongan yang buta mata hatinya dan telah hilang kewarasan pemikirannya kerana sebaik saja mereka selesai membunuh, mereka melepaskan kuda Zuljanah yang ditunggangi Sayyidina Husain sambil memukul-mukul tubuh untuk menyatakan penyesalan. Dan inilah dia upacara perkabungan pertama terhadap kematian Sayyidina Husain yang pernah dilakukan di atas muka bumi ini sejauh pengetahuan sejarah. Dan hari ini tidakkah anak cucu golongan ini meneruskan upacara perkabungan ini setiap kali tibanya 10 Muharram?

Ali Zainal Abidin anak Sayyidina Husain yang turut serta di dalam rombongan ke Kufah dan terus hidup selepas berlakunya peristiwa itu pula berkata kepada orang-orang Kufah lelaki dan perempuan yang merentap dengan mengoyak-ngoyakkan baju mereka sambil menangis, dalam keadaan sakit beliau dengan suara yang lemah berkata kepada mereka, " Mereka ini menangisi kami. Tidakkah tidak ada orang lain yang membunuh kami selain mereka ?" (At Thabarsi-Al Ihtijaj, m.s. 156).

Pada halaman berikutnya Thabarsi menukilkan kata-kata Imam Ali Zainal Abidin kepada orang-orang Kufah. Kata beliau, " Wahai manusia (orang-orang Kufah)! Dengan Nama Allah aku bersumpah untuk bertanya kamu, ceritakanlah! Tidakkah kamu sedar bahawasa kamu mengutuskan surat kepada ayahku (menjemputnya datang), kemudian kamu menipunya? Bukankah kamu telah memberikan perjanjian taat setia kamu kepadanya? Kemudian kamu membunuhnya, membiarkannya dihina. Celakalah kamu kerana amalan buruk yang telah kamu dahulukan untuk dirimu".

Sayyidatina Zainab, saudara perempuan Sayyidina Husain yang terus hidup selepas peristiwa itu juga mendoakan keburukan untuk golongan Syiah Kufah. Katanya, " Wahai orang-orang Kufah yang khianat, penipu! Kenapa kamu menangisi kami sedangkan air mata kami belum lagi kering kerana kezalimanmu itu. Keluhan kami belum lagi terputus oleh kekejamanmu. Keadaan kamu tidak ubah seperti perempuan yang memintal benang kemudian dirombaknya kembali. Kamu juga telah merombak ikatan iman dan telah berbalik kepada kekufuran...Adakah kamu meratapi kami padahal kamu sendirilah yang membunuh kami. Sekarang kamu pula menangisi kami. Demi Allah! Kamu akan banyak menangis dan sedikit ketawa. Kamu telah membeli keaiban dan kehinaan untuk kamu. Tompokan kehinaan ini sama sekali tidak akan hilang walau dibasuh dengan air apapun". (Jilaau Al ' Uyun, ms 424).

Doa anak Sayyidatina Fatimah ini tetap menjadi kenyataan dan berlaku di kalangan Syiah hingga ke hari ini.

Ummu Kulthum anak Sayyidatina Fatimah pula berkata sambil menangis di atas segedupnya, " Wahai orang-oang Kufah! Buruklah hendaknya keadaanmu. Buruklah hendaklah rupamu. Kenapa kamu menjemput saudaraku Husain kemudian tidak membantunya bahkan membunuhnya, merampas harta bendanya dan menawan orang-orang perempuan dari ahli rumahnya. Laknat Allah ke atas kamu dan semoga kutukan Allah mengenai mukamu".

Beliau juga berkata, " Wahai orang-orang Kufah! Orang-orang lelaki dari kalangan kamu membunuh kami sementara orang-orang perempuan pula menangisi kami. Tuhan akan memutuskan di antara kami dan kamu di hari kiamat nanti". (Ibid, ms 426-428)

Sementara Fatimah anak perempuan Sayyidina Husain pula berkata, " Kamu telah membunuh kami dan merampas harta benda kami kemudian telah membunuh datukku Ali (Sayyidina Ali). Sentiasa darah-darah kami menitis dari hujung-hujung pedangmu……Tak lama lagi kamu akan menerima balasannya. Binasalah kamu! Tunggulah nanti azab dan kutukan Allah akan berterusan menghujani kamu. Siksaan dari langit akan memusnahkan kamu akibat perbuatan terkutukmu. Kamu akan memukul tubuhmu dengan pedang-pedang di dunia ini dan di akhirat nanti kamu akan terkepung dengan azab yang pedih ".

Apa yang dikatakan oleh Sayyidatina Fatimah bt. Husain ini dapat dilihat dengan mata kepala kita sendiri di mana-mana Syiah berada.

Dua bukti utama yang telah kita kemukakan tadi, sebenarnya sudah mencukupi untuk kita memutuskan siapakah sebenarnya pembunuh Sayyidina Husain di Karbala. Daripada keterangan dalam kedua-dua bukti yang lalu dapat kita simpulkan beberapa perkara :

1.    Orang-orang yang menjemput Sayyidina Husain ke Kufah untuk memberontak adalah Syiah.

2.    Orang-orang yang tampil untuk bertempur dengan rombongan Sayyidina Husain di Karbala itu juga Syiah.

3.     Sayyidina Husain dan orang-orang yang ikut serta di dalam rombongannya terdiri daripada saudara- saudara perempuannya dan anak-anaknya menyaksikan bahwa Syiahlah yang telah membunuh mereka.

4.     Golongan Syiah Kufah sendiri mengakui merekalah yang membunuh di samping menyatakan penyesalan mereka dengan meratap dan berkabung kerana kematian orang-orang yang dibunuh oleh mereka.

Mahkamah di dunia ini menerima keempat-empat perkara yang tersebut tadi sebagai bukti yang kukuh dan jelas menunjukkan siapakah pembunuh sebenar di dalam sesuatu kes pembunuhan, iaitu bila pembunuh dan yang terbunuh berada di suatu tempat, ada orang menyaksikan ketika mana pembunuhan itu dilakukan. Orang yang terbunuh sendiri menyaksikan tentang pembunuhnya dan kemuncaknya ialah pengakuan pembunuh itu sendiri. Jika keempat-empat perkara ini sudah terbukti dengan jelas dan diterima oleh semua mahkamah sebagai kes pembunuhan yang cukup bukti-buktinya, maka bagaimana mungkin diragui lagi tentang pembunuh- pembunuh Sayyidina Husain itu ?


II. BUKTI-BUKTI SOKONGAN

Walaubagaimanapun kita akan mengemukakan lagi beberapa bukti sokongan supaya lebih menyakinkan kita tentang golongan Syiah itulah sebenarnya pembunuh Sayyidina Husain. Di antaranya ialah :

1. Tidak sukar untuk kita terima mereka sebagai pembunuh Sayyidina Husain apabila kita melihat kepada sikap mereka yang biadap terhadap Sayyidina Ali dan Sayyidina Hasan sebelum itu. Begitu juga sikap mereka yang biadap terhadap orang-orang yang dianggap oleh mereka sebagai Imam selepas Sayyidina Husain. Bahkan terdapat banyak pula bukti yang menunjukkan merekalah yang bertanggungjawab terhadap pembunuhan beberapa orang Imam walaupun mereka menuduh orang lain sebagai pembunuh Imam- imam itu dengan menyebar luaskan propaganda- propaganda mereka terhadap tertuduh itu.

Di antara kebiadapan mereka terhadap Sayyidina Ali ialah mereka menuduh Sayyidina Ali berdusta dan mereka pernah mengancam untuk membunuh Sayyidina Ali. Bahkan Ibnu Muljim yang kemudiannya membunuh Sayyidina Ali itu juga mendapat latihan serta didikan untuk menentang Sayyidina Utsman di Mesir dan berpura-pura mengasihi Sayyidina Ali. Dia pernah berkhidmat sebagai pengawal Sayyidina Ali selama beberapa tahun di Madinah dan Kufah.

Di dalam Jilaau Al' Uyun disebutkan bahawa Abdul Rahman Ibn Muljim adalah salah seorang daripada kumpulan yang terhormat yang telah dikirimkan oleh Muhammad bin Abu Bakr dari Mesir. Dia juga telah berbai'ah dengan memegang tangan Sayyidina Ali dan dia juga berkata kepada Sayyidina Hasan, " Bahawa aku telah berjanji dengan Tuhan untuk membunuh bapamu dan sekarang aku menunaikannya. Sekarang wahai Hasan jika engkau mahu membunuhku, bunuhlah. Tetapi kalau engkau maafkan aku, aku akan pergi membunuh Muawiyah pula supaya engkau terselamat daripada kejahatannya". (Jilaau Al U'yun, ms 218)


Tetapi setelah golongan Syiah pada ketika itu merasakan perancangan mereka semua akan gagal apabila perjanjian damai di antara pihak Sayyidina Ali dan Muawiyah dipersetujui, maka golongan Syiah yang merupakan musuh-mush Islam yang menyamar atas nama Islam itu memikirkan diri mereka tidak selamat apabila perdamaian antara Sayyidina Ali dan Muawiyah berlaku. Maka segolongan dari mereka telah mengasingkan diri daripada mengikuti Sayyidina Ali dan mereka menjadi golongan Khawarij sementara segolongan lagi tetap berada bersama Sayyidina Ali. Perpecahan yang berlaku ini sebanarnya satu taktik mereka untuk mempergunakan Sayyidina Ali demi kepentingan mereka yang jahat itu dan untuk berselindung di sebalik beliau daripada hukuman kerana pembunuhan Khalifah Utsman.

Sayyidina Hasan pula pernah ditikam oleh golongan Syiah pehanya sehingga tembus kemudian mereka menunjukkan pula kebiadapannya terhadap Sayyidina Hasan dengan merampas harta bendanya dan menarik kain sejadah yang diduduki oleh Sayyidina Hasan. Ini semua tidak lain melainkan kerana Sayyidina Hasan telah bersedia untuk berdamai dengan pihak Sayyidina Muawiyah. Bahkan bukan sekadar itu saja mereka telah menuduh Sayyidina Hasan sebagai orang yang menghinakan orang-orang Islam dan sebagai orang yang menghitamkan muka orang-orang Mukmin.

Kebiadaban Syiah dan kebusukan hatinya ditujukan juga kepada Imam Jaafar As Shadiq bila seorang Syiah yang sangat setia kepada Imam Jaafar As Shadiq iaitu Rabi' menangkap Imam Jaafar As Shadiq dan membawanya kehadapan Khalifah Al-Mansur supaya dibunuh. Rabi' telah memerintahkan anaknya yang paling keras hati supaya menyeret Imam Jaafar As Shadiq dengan kudanya. Ini tersebut di dalam kitab Jilaau Al ' Uyun karangan Mulla Baqir Majlisi.

Di dalam kitab yang sama pengarangnya juga menyebutkan kisah pembunuhan Ali Ar Ridha iaitu Imam yang ke lapan di sisi Syiah, bahawa beliau telah dibunuh oleh Sabih Dailamy, seorang Syiah kental dengan perintah Al Makmun. Bagaimanapun diceritakan bahawa selepas dibunuh itu Imam Ar Ridha dengan mukjizatnya terus hidup kembali dan tidak ada langsung kesan-kesan pedang di tubuhnya.

Bagaimanapun Syiah telah menyempurnakan tugasnya untuk membunuh Imam Ar Ridha. Oleh itu tidaklah hairan golongan yang sampai begini biadapnya terhadap Imam-imam boleh membunuh Sayyidina Husain tanpa belas kasihan di medan Karbala.

Boleh jadi kita akan mengatakan bagaimana mungkin pengikut-pengikut setia Imam-imam ini yang dikenali dengan 'syiah' boleh bertindak kejam pula terhadap Imam-imamnya? Tidakkah mereka sanggup mempertahankan nyawa demi mempertahankan Iman-imam mereka? Secara ringkas bolehlah kita katakan bahawa 'perasaan kehairanan' yang seperti ini mungkin timbul dari dalam fikiran Syiah, yang tidak mengetahui latar belakang kewujudan Syiah itu sendiri. Mereka hanya menerima secara membabi buta daripada orang-orang terdahulu. Adapun orang-orang yang mengadakan sesuatu fahaman dengan tujuan-tujuan yang tertentu dan masih hidup ketika mana ajaran dan fahaman itu mula dikembangkan tentu sekali mereka sedar maksud dan tujuan mereka mengadakan ajaran tersebut. Pada lahirnya mereka menunjukkan taat setia dan kasih sayang kepada Imam-imam itu, tetapi pada hakikatnya adalah sebaliknya.

2. Di antara bukti yang menunjukkan tidak ada peranan Yazid dalam pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala, bahkan golongan Syiahlah yang bertanggungjawab membunuh beliau bersama dengan ramai orang-orang yang ikut serta di dalam rombongan itu, ialah adanya hubungan persemendaan di antara Bani Hasyim dan Bani Umayyah, selepas berlakunya peperangan Siffin dan juga selepas berlakunya peristiwa pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala.


Tidak mungkin orang-orang yang bermaruah seperti kalangan Ahlul Bait akan berkahwin dengan orang-orang yang diketahui oleh mereka sebagai pembunuh-pembunuh atau orang-orang yang bertanggungjawab di dalam membunuh ayah, datuk atau bapa saudara mereka Sayyidina Husain. Hubungan ini selain daripada menunjukkan pemerintah-pemerintah dari kalangan Bani Muawiyah dan Yazid sebagai orang yang tidak bersalah di dalam pembunuhan ini, ia juga menunjukkan mereka adalah golongan yang banyak berbudi kepada Ahlul Bait dan sentiasa menjalinkan ikatan kasih sayang di antara mereka dan Ahlul Bait.

Di antara contoh hubungan persemendaan ini ialah:

(1) Anak perempuan Sayyidina Ali sendiri bernama Ramlah telah berkahwin dengan anak Marwan bin Al-Hakam yang bernama Muawiyah iaitu saudara kepada Amirul Mukminin Abdul Malik bin Marwan. (Ibn Hazm-Jamharatu Al Ansab, m.s. 80)

(2) Seorang lagi anak perempuan Sayyidina Ali berkahwin dengan Amirul Mukminin Abdul Malik sendiri iaitu khalifah yang ke empat daripada kerajaan Bani Umaiyah. (Al Bidayah Wa An Nihayah, jilid 9 m.s. 69)

(3) Seorang lagi anak perempuan Sayyidina Ali iaitu Khadijah berkahwin dengan anak gabenor 'Amir bin Kuraiz dari Bani Umaiyah bernama Abdul Rahman. (Jamharatu An Ansab, m.s. 68). 'Amir bin Kuraiz adalah gabenor bagi pihak Muawiyah di Basrah dan dalam peperangan Jamal dia berada di pihak lawan Sayyidina Ali.

Cucu Sayyidina Hasan pula bukan seorang dua yang telah berkahwin dengan pemimpin-pemimpin kerajaan Bani Umaiyah bahkan sejarah telah mencatatkan 6 orang daripada cucu beliau telah berkahwin dengan mereka iaitu:-

1.     Nafisah bt Zaid bin Hasan berkahwin dengan Amirul Mukminin Al Walid bin Abdul Malik bin Marwan.

2.     Zainab bt Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali juga telah berkahwin dengan Khalifah Al Walid bin Abdul Malik. Zainab ini adalah di antara orang yang turut serta di dalam rombongan Sayyidina Husain ke Kufah dan dia adalah salah seorang yang menyaksikan peristiwa pembunuhan Sayyidina Husain di Karbala dengan mata kepalanya sendiri.

3.    Ummu Qasim bt Hasan Al Mutsanna bin Hasan bin Ali berkahwin dengan cucu Sayyidina Uthman iaitu Marwan bin Aban. Ummu Qasim ini selepas kematian suaminya Marwan berkahwin pula dengan Ali Zainal Abidin bin Al Husain.

4.     Cucu perempuan Sayyidina Hasan yang keempat telah berkahwin dengan anak kepada Marwan bin Al-Hakam iaitu Muawiyah.

5.     Cucu Sayyidina Hasan yang kelima bernama Hammaadah bt Hasan Al Mutsanna berkahwin dengan anak saudara Amirul Mukminin Marwan bin Al Hakam iaitu Ismail bin Abdul Malik.

6.     Cucu Sayyidina Hasan yang keenam bernama Khadijah bt Husain bin Hasan bin Ali juga pernah berkahwin dengan Ismail bin Abdul Malik yang tersebut tadi sebelum sepupunya Hammaadah.


Perlu diingat bahawa semua mereka yang tersebut ada meninggalkan zuriat.

Dari kalangan anak cucu Sayyidina Husain pula ramai yang telah menjalinkan perkahwinan dengan individu-individu dari keluarga Bani Umaiyah, antaranya ialah:-

(1) Anak perempuan Sayyidina Husain yang terkenal bernama Sakinah. Selepas beberapa lama terbunuh suaminya Mus'ab bin Zubair, beliau telah berkahwin dengan cucu Amirul Mukminin Marwan iaitu Al Asbagh bin Abdul Aziz bin Marwan. Asbagh ini adalah saudara kepada Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz sedangkan isteri Asbagh yang kedua ialah anak kepada Amirul Mukminin Yazid iaitu Ummu Yazid. (Jamharatu Al -Ansab)

(2) Sakinah anak Sayyidina Husain yang tersebut tadi pernah juga berkahwin dengan cucu Sayyidina Uthman yang bernama Zaid bin Amar bin Uthman.

Sementara anak cucu kepada saudara-saudara Sayyidina Husain iaitu Abbas bin Ali dan lain-lain juga telah mengadakan perhubungan persemendaan dengan keluarga Umaiyah. Di antaranya yang boleh disebutkan ialah:-

Cucu perempuan kepada saudara Sayyidina Husain iaitu Abbas bin Ali bernama Nafisah bt Ubaidillah bin Abbas bin Ali berkahwin dengan cucu Amirul Mukminin Yazid yang bernama Abdullah bin Khalid bin Yazid bin Muawiyah. Datuk kepada Nafisah ini iaitu Abbas bin Ali adalah di antara orang yang ikut serta dalam rombongan Sayyidina Husain ke Kufah. Beliau terbunuh dalam pertempuran di medan Karbala .
                                    

Sekiranya benar cerita yang diambil oleh ahli -ahli sejarah dari Abu Mukhnaf, Hisyam dan lain–lain tentang kezaliman Yazid di Karbala yang dikatakan telah memerintah supaya tidak dibenarkan setitik pun air walaupun kepada kanak–kanak yang ikut serta dalam rombongan Sayyidina Husain itu sehingga mereka mati kehausan apakah mungkin perkahwinan di antara cucu kepada Abbas ini berlaku dengan cucu Yazid. Apakah kekejaman–kekejaman yang tidak ada tolak bandingnya seperti yang digambarkan di dalam sejarah boleh dilupakan begitu mudah oleh anak – anak cucu orang–orang yang teraniaya di medan Karbala itu? Apa lagi jika dilihat kepada zaman berlakunya perkahwinan mereka ini, bukan lagi di zaman kekuasaan keluarga Yazid, bahkan yang berkuasa pada ketika itu ialah keluarga Marwan. Di sana tidak terdapat satu pun alasan untuk kita mengatakan perkahwinan itu berlaku secara kekerasan atau paksaan.


Perkahwinan mereka membuktikan kisah–kisah kezaliman yang dilakukan oleh tentera Yazid ke atas rombongan Sayyidina Husain itu cerita–cerita rekaan oleh Abu Mukhnaf, Al Kalbi dan anaknya Hisyam dan lain–lain.


Cucu perempuan kepada saudara Sayyidina Husain, Muhammad bin Ali (yang terkenal dengan Muhammad bin Hanafiyah) bernama Lubabah berkahwin dengan Said bin Abdullah bin Amr bin Said bin Al Ash bin Umaiyah. Ayah kepada Lubabah ini ialah Abu Hisyam Abdullah yang dipercayai sebagai imam oleh Syiah Kaisamyyah .



Demikianlah serba ringkasnya dikemukakan hubungan persemendaaan yang berlaku di antara Bani Umaiyyah dan Bani Hasyim terutamanya dari anak cucu Sayyidina Ali, Hasan dan Husain. Hubungan persemendaan di antara mereka sangat banyak terdapat di dalam kitab-kitab Ansab dan sejarah. Maklumat lebih lanjut boleh dirujuk dari kitab–kitab seperti Jamratu Al Ansab, Nasbu Quraisy, Al Bidayah Wa An Nihayah, Umdatu Al Thalib Fi Ansab Aal Abi Thalib dan lain–lain .