Friday, December 3, 2010

Jenis Jenis Pesawat Tempur

1.MIRAGE F1 (DASSAULT-BREGUET)





Mengikuti Mirage F-2 yang merupakan kebangkitan desain sayap-panah berstabiliser, Mirage F-1 adalah pesawat pertahanan dan superioritas udara dengan satu tempat duduk. Kebangkitan ini dapat terjadi kerena perkembangan teknologi yang memungkinkan pembuatan sayap yang ultra-tipis dan sempurna/kuat, memungkinkan penerbangan berkecepatan supersonik yang setara dengan “sayap delta”. Integritas dari struktur pesawat terbang membuat pesawat dapat membawa bahan bakar secara maksimal.
Prototype (purwarupa) Mirage F-1 telah melakukan penerbangan pertama dengan René Bigand sebagai pilot pada 23 Desember 1966 di Melun-Villaroche (wilayah Seine-et-Marne, Perancis). Diresmikan oleh AU Perancis pada 1973, dan lebih dari 700 Mirage F-1 terjual ke sekitar 11 negara. Dassault Mirage F-1C merupakan standar ”figter” Perancis sebelum Mirage 2000 diresmikan pada 1984.
Sayap-sayapnya terpasang tinggi, tertekuk ke belakang dan runcing. Misil biasanya terpasang di ujung sayap. Terdapat sebuah mesin turbojet di badan pesawat. Terdapat pipa saluran udara berbentuk setengah lingkaran sepanjang samping body pesawat di depan akar sayap. Terdapat sebuah lubang pengeluaran. Badan pesawat panjang, ramping, berhidung runcing dan berekor tumpul. Terdapat dua sirip perut kecil di bawah bagian ekor dan sebuah kanopi gelembung. Ekornya tertekuk ke belakang dan merupakan sirip runcing dengan ujung tumpul. Flatnya terpasang menengah pada badan pesawat, tertekuk ke belakang dan tajam dengan ujung tumpul.

Spesifikasi

Negara Asal: Perancis
Pembuat: Dassault Aviation, SNECMA, Thomson-CSF
Fungsi: 1. Mirage F1 CT - Close Air Support (CAS) / attack / fighter, 2. Mirage F1 CR - Tactical reconnaissance / fighter
Penerbangan Pertama: November 1981, dan 1992 untuk sistem senjata baru (Versi F1 CT)
Diresmikan: 1983
Pesawat Serupa: Super Etendard, Mitsubishi F-1, AV-8B Harrier II, Fantan A
Kru: satu, dan dua jika trainer
Panjang: 49 kaki (14,94 m)
Lebar Sayap: 27 kaki (8,4 m)
Tinggi: 4,5 m
Berat: 6,1 t (kosong) dan 15,2 t (maksimal saat lepas landas)
Mesin Dorong: SNECMA Atar 9K50 jet engine / 4.7 t and 6.8 t with afterburner
Ketinggian Maksimal: 52.000 kaki (20.000 meter)
Kecepatan Maksimal: 2,2 Mach
Jarak Tempuh: 1160 nm
Pengisian Bahan bakar saat Terbang: Ya
Bahan bakar Internal: 3.435 kg
Kapasitas bahan bakar: 4.100 L internal/6,400 L maksimal/pengisian bahan bakar saat terbang.
Payload: 6.300 kg
Sensor: Cyrano IVM radar (-200 has IWMR), RWR
Drop Tanks: 1160 L drop tank dengan 927kg bahan bakar untuk jarak 157 nm, dan 2.300 L drop tank dengan 1837927kg bahan bakar untuk jarak 310 nm.
Senjata: 2 30mm DEFA 553 cannon, 2 Matra Magic R550, free fall and parachute drag bombs
Peralatan Spesial: Radar Thomson-CSF Cyrano IV-MR (air-to-air, air-to-ground), inertial navigation system, panoramic camera Omera 40, vertical camera Omera 33, IR thermographic captor Super Cyclope, lateral radar Raphael, electromagnetic emissions detector Astac, photographic pod RP35P, Desire digital video recce pod, electronic counter measures
Interoperabilitas NATO: In-flight refuelling by NATO aircraft, armament and ammunitions in accordance with NATO standards
Negara Pengguna: Perancis, Yunani, Iran, Irak, Yordania, Kuwait, Libya, Maroko, Qatar, Afrika Selatan dan Spanyol.
Jumlah: 740 (termasuk semua tipe Mirage-F1)
AU Perancis: 40 pesawat dalam 2 skuadron.

Radar Pengintai Mirage-F1 CR

Raphael TH: Radar imagenary udara dengan transmisi radio. 600-kg pod untuk imagery radar (SLAR : Side Looking Airborne Radar) sampai 100-km ke dalam garis batas musuh.
Astac: ASTAC adalah sebuah sistem ELINT/ESM yang didesain untuk deteksi, identifikasi dan lokalisasi radar dari semua tipe. Radar ini cocok untuk misi pengintaian "altitude stand-off" medium dan tinggi, atau di altitude rendah untuk penetrasi dan peperangan, yang mana dapat mengumpulkan data untuk mencegah atau menghancurkan pertahanan anti-udara (pesawat). Pod analiser sinyal taktis ASTAC adalah pot pod supersonik ringan yang mudah untuk dipasang di bawah pesawat jenis apapun. ASTAC sekarang dipakai pada Mirage F1CR Perancis dan RF-4E Jepang.
Desire: Electro-optical reconnaissance demonstrator. Pendular pod for digital video reconnaissance (Thomson-CSF), including 610-mm high-definition stabilised optics. The pod is linked with the ground station SARA and with the multisensors interpretation aid system (SAIM)
Super cyclope: Thermographic sensor (infrared wavelength), whose information can be sent in real time or at a later time to a ground station.
Pod RP35P: Includes 75, 150, 200 and 600-mm focal length photographic camera
Omera 33: Camera taking shots vertically at intermediate altitude (150, 300 and 600-mm focal length)
Omera 40: Panoramic camera taking 180° downwards shots.


2.MiG-35 / 1.42 Multirole Front-Line Fighter [MFI]






MiG Multirole Front-Line Fighter [MFI - Mnogofounksionalni Frontovoi Istrebiel ] baru telah dipublikasikan pada 12 Januari 1999. Projeknya telah dikembangkan sejak 1986. Pesawat tempur garis depan multi-fungsi generasi kelima ini dikembangkan oleh MIG (Mikoyan dan Gurevich) aviation scientific dan MAPO. Purwarupa pertama dikirim pada awal 1994 dan pengerjaannya tertunda karena keterbatasan dana. Pesawat tempur dengan berat 35 ton ini mempunyai sebuah saluran udara di bawah badan pesawat dengan dua buah mesin AL41F dengan masing-masing 20 ton mesin dorong, dan dengan kecepatan maksimal lebih dari 2.500km/jam. Planform ekor-kembar ”duck” memungkinkan seluruh pergerakan foreplane tipe ”canard” dengan lebar sayap sekitar 15m dan panjang 20m.
MAPO-MiG mengklaim bahwa pesawat ini mampu mengalahkan F-22 Raptor dan sebagian besar pesawat tempur AS. Walaupun misi utama MFI adalah superioritas-udara, tidak seperti F-22, MFI juga dapat melakukan misi penyerangan, dan di dalamnya kedua konsep dan konfigurasi ini setara dengan EFA2000 Eurofigter multi-fungsi. Seperti F-22 Amerika, MFI mempunyai ”vectoring system” mesin dorong yang memungkinkan dilakukannya pembelokan tajam. Pesawat ini juga mempunyai kemampuan ”sembunyi” yang sama, dengan canard, sayap, dan struktur badan pesawat yang terbuat dari karbon-fiber dan meterial komposit polimer. Kemampuan ”sembunyi” lainnya termasuk radar-absorbing covering, screening of radar-visible structure elements, dan pengurangan jejak panas. Pesawat dapat membawa peluru kendali udara-ke-udara dan udara-ke-darat jarak jauh dan dipersenjatai dengan meriam 30mm.

Spesifikasi
Pembuat: Mig-MAPO
Negara: Rusia
Fungsi: Pesawat Tempur Multi-Fungsi
Kru: 1
Penerbangan Pertama: 1999
Mesin: 2 Lyulka AL-41F vectored-thrust afterburning turbofans, 39,340 lb thrust each
Lebar Sayap: 15m
Panjang: 19m
Tinggi: 6m
Bentang Canard: 5m


3.S-37 Berkut




S-37 Berkut [Golden Eagle] (Sukhoi) adalah sebuah tes awal (testbed) untuk pengembangan teknologi untuk pesawat generasi mendatang. Dimensi dan berat dasar dari S-37 “Berkut” adalah sama dengan Su-37, walaupun mereka adalah pesawat yang berbeda, sedangkan untuk ekor, hidung dan canopy (langit-langit) sama dengan Su-35. Dua opurwarupa (prototype) pertama sangat jelas mengikuti S-32, dan desain S-37 sebelumnya pernah diaplikasikan ke projek pesawat tempur yang tidak berhubungan untuk pesawat tunggal sayap delta yang lebih kecil yang dibatalkan karena kekurangan dana.
S-37 mempunyai sayap tertekuk ke depan, yang menjanjikan keunggulan di bidang aerodinamis pada kecepatan subsonic dan pada sudut tinggi (high angles of) serangan. Sayap yang tertekuk ke depan ini memungkinkan bertambahnya jarak dan manuverabilitas pada altitude yang tinggi. Pesawat ini mempunyai canard besar yang terpasang di samping saluran udara, dekat dengan ujung depan sayap. Penstabil vertikal dipasang di sebelah luar (sedikit di luar, bukan di dalam seperti dugaan sebelumnya), dan dua buah pintu saluran udara tambahan besar yang terlihat di bagian tengah badan pesawat. Sampa saat ini, belum jelas jenis mesin apa yang dipakai dalam pesawat ini. Dugaan saat ini ada dua mesin yang mungkin dipakai, pertama adalah turbojet D-30F6 yang pada umumnya dipakai pada MiG-31M, sedang yang ke dua (yang digunakan pada prototype kedua) adalah turbojet Ljulka AL-37FU dengan “thrust vectoring”. S-m7 adalah sebuah program eksperimental untuk mengembangkan teknologi pesawat generasi kelima, dan semua keputusan pada produksi serial untuk pesawat ini berada di tangan Menteri Pertahanan di masa yang akan datang.

Spesifikasi

Negara: Rusia
Pembuat: Sukhoi
Lebar Sayap: 15,16m – 16,7m
Panjang keseluruhan: 22,2 m – 6,4 m
Tinggi keseluruhan: 6,36m – 6,4m
Berat Kosong: 24.000kg-26.000kg
BErat Max: 34.000kg
Kecepatan max: 2.500 km/jam (1.350 knots)
Kecepatan Max saat “S/L”: 1.400 km/jam
Tinggi Max. yang dapat dijangkau: 18.000m
Jarak tempuh max: 1.782 nm (3.300 km)
Jumlah persenjataan/misil: 14; 2 di ujung sayap, 6-8 di bawah sayap, 6-4di bawah badan pesawat.
Misil udara-ke-udara: R-77, R-77PD, R-73, K-74
Misil udara-ke-permukaan: X-29T, X-29L, X-59M, X-31P, X-31A, KAB-500, KAB-150
Kru: satu
Berat : 33,069 lb empty / 44,092 lb max. take off
Kecepatan: Altitude: 2.448km/jam dan supercruise 1.224km/jam
Persenjataan: Tidak diketahui, yang pasti dari jenis AAMs milik Rusia.


4.Lockheed Martin F-22 Raptor Air Superiority Fighter




F-22 telah memenangi kontes “Air Force's Advanced Tactical Fighter” melawan Northrop YF-23 pada April 1991. Misi primer pesawat ini masih tetap untuk superioritas udara, untuk ini, pesawat dapat mengangkut sampai 8 misil udara-ke-udara di dalamnya, misi sekunder sebagai fungsi groung-attack juga sudah dikembangkan. Kemampuan ini telah ditandai ketika Raptor dirubah namanya menjadi F/A-22 pada akhir 2002, walapun didesain lagi sebagai F-22 sejak Desember 2005. F-22 utamanya didesain untuk menambah dan mengganti F-15 dengan menambahkan fitur “stealth” dan teknologi propulsi terbaru. Pengembangan ini termasuk desain angular, penggunaan material komposit absorbent radar, dan kemampuan “supercruise” pada kecepatan supersonik tanpa menggunakan sebuah “pembakaran susulan”. F-22 juga meningkatkan agilitasnya dengan penggunaan “thrust vectoring nozzles” dan sistem kontrol “fly-by-wire” yang canggih.
Sistem canggih lain yang terdapat dalam Raptor termasuk sebuah deretan avionic terintegrasi yang dibangun disekitar komputer penerbangan yang canggih dengan kemampuan memori 3 kali lipat dan kecepatan 16 kali lipat dari pada yang dipakai pada F-15. F-22 juga menggunakan sistem “nav/attack” yang menggunakan kecerdasan buatan untuk menyaring informasi ke pilot untuk mengurangi beban kerjanya sehingga meningkatkan kewaspadaan situasi.
Dua purwarupa dari YF-22 dan YF-23 yang dibuat, satu contoh dari setiap pesawat dilengkapi dengan mesin turbofans Pratt and Whitney F119 dan yang lainnya dengan mesin turbofans General Electric. Kombinasi variasi ini membuat AU dapat emmilih kombinasi terbaik untuk mesinnya. Prototype YF-22 kedua yang dilengkapi dengan mesin Pratt and Whitney melakukan demonstrasi kemampuannya untuk terbang dengan kecepatan 1,58 Macg tanpa “pembakaran susulan” dan 1,7 mach dengan “pembakaran susulan”. Kombinasi ini dianggap sebagai yang paling cocok oleh Lockheed dan Pratt & Whitney, sehingga perintah untuk produksi dikeluarkan. Produksi F-22 Raptor dilakukan dengan beberapa modifikasi yang jika dibandingkan dengan prototype YF-22 maka F-22 Raptor mempunyai lebar sayap yang lebih besar, “wing sweep” yang berkurang, badan pesawat yang lebih pendek, dan kokpit yeng letaknya berubah untuk menambah visibilitas pilot.
Walaupun pesawat ini sangat canggih, akan tetapi harganya luarbiasa mahal, sekitar 250 juta dolar AS sebuah. Harga turun dengan perkembangan metode produksinya menjadi 133 juta dolar AS pada 2005. Lockheed Martin juga mengindikasikan bahwa harganya bisa turun di bawah 100 juta dolar pada produksi di masa datang. Akan tetapi, pengurangan biaya ini tidaklah cukup karena kongres di AS terus memotong dana untuk program Raptor. AU AS sebenarnya mengharapkan untuk membuat 750 contoh F-22 dan menyatakan bahwa kebutuhannya mencapai 380 pesawat. Hanya saja, pemotongan dana ini memungkinkan F-22 sebanyak 180 pesawat yang produksinya berakhir hingga 2011. AU tetap berusaha untuk menambah dana agar peningkatan produksi dapat ditingkatkan untuk mengganti F-15 yang sudah terlalu tua. Sampai tahun 2006, sebanya 80 pesawat F-22 Raptor sudah selesai dibuat dari 80 yang dipesan. Konggres AS sampai sekarang menolak ekspor pesawat ini ke negara lain yang sebenarnya bisa dipakai sebagai sumber dana tambahan.

Spesifikasi
Penerbangan Pertama: 29 September 1990 (YF-22) dan 7 September 1997 (F-22A).
Peresmian Pemakaian: 15 Desember 2005
Kru: 1 Pilot
Bagian Airfoil: Akar sayap: NACA64A/05.92, Ujung sayap: NACA 64A/04.29

Panjang: 18.92m
Lebar Sayap: 13.56m
Tinggi: 5m
Luas Sayap: 78 m2
Canard: tidak ada

Berat kosong: 15.420kg
Berat Takeoff normal: 27.215kg
Berat Takeoff maksimal: 28.125kg
Kapasitas Bahan Bakar: internal 9.365kg dan eksternal 7.195kg dalam 4 tangki
Payload maksimal: internal 1.775 kg dan eksternal 8.635 kg.

Mesin: 2 Pratt & Whitney F119-100 afterburning turbofans
Daya Dorong: 310kN

Kecepatan maksimal: pada altitude: 2,180 km/jam pada ketinggian 9,150 m, 2 Mach [afterburner], 1,725 km/jam pada ketinggian 9,150 m, 1.6 Mach [supercruise]; pada level laut: 1.480 km/jam, 1.2 Mach
Tinggi maksimal: 15.240m
Jarak tempuh: 3.700km
g-Limits: +9.0/-3.0

Meriam: 1 meriam M61A2 Vulcan 20 mm (480 rds)
Stations: 4 internal weapons bays and 4 external hardpoints
Misil udara-ke-udara: AIM-9M Sidewinder, AIM-120A/C AMRAAM, direncanakan AIM-9X Sidewinder
Bom: GBU-32 JDAM, direncanakan GBU-39 Small Diameter Bomb


5.Joint Strike Fighter (JSF)



Joint Strike Fighter (JSF) adalah pesawat tempur multi-fungsi yang dikembangkan untuk fungsi penyerangan udara-ke-daratan, didesain untuk memenuhi kebutuhan AU, AL, Korp Marinir dan aliansi (NATO), dengan peningkatan survivabilitas, kemampuan pengejaran presisi, mobilitas yang perlu untuk operasi bersama (joint operations) di masa datang dan pengurangan biaya “life cycle” yang dihubungkan dengan lingkungan fiskal di masa datang. JSF akan menguntungkan dari kebanyakan teknologi yang sama yang dikembangkan untuk F-22 dan akan berperan besar pada commonality (penggunaan komponen yang sama) dan modularitas untuk memaksimalkan affordabilitas.
Bottom-Up Review (BUR) tahun 1993 memutuskan bahwa sebuah ”program modernisasi teknologi penerbangan taktis terpisah” pada setiap Layanan adalah tidak dapat dilakukan dan membatalkan program Multi-Role Fighter (MRF=Pesawat Tempur Multi-Fungsi) dan Advanced Strike Aircraft (A/F-X). Memahami kebutuhan akan kemampuan dari program-program yang dibatalkan ini yang harus dipenuhi, BUR mengusulkan usaha Joint Advanced Strike Technology (JAST) untuk membuat “blok bangunan” (kisi-kisi) pada pengembangan yang dapat dilakukan dari sistem senjata penyerangan generasi selanjutnya. Setelah pengkajian program pada Agustus 1995, DoD membuang “T” dari JAST dan progam JSF muncul dari usaha JAST. Tahun fiscal 1995 legislasi mengeluarkan program Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) Advanced Short Take-off and Vertical Landing (ASTOVL) dengan program JSF. Aksi ini menarik AL Royal United Kingdom (UK) ke dalam program, memperluas sebuah permulaan kolaborasi di bawah program DARPA ASTOVL

Program JSF akan mendemonstrasikan dua konsep sistem senjata yang “bersaing” untuk tiga jenis fungsi pesawat untuk memenuhi kebutuhan di bawah ini:
USAF-pesawat multi peran (terutama udara-ke-darat) untuk menggantikan F-16 dan A-10, dan untuk mendampingi F-22. Varian JSF AU mengajukan tantangan engineering yang terkecil. Pesawat tidak mempunyai criteria “hover” untuk menyenangkan, dan kualitas karakteristik dan handling yang ada pada pesawat tidak memenuhi criteria. Sebagai konsumen terbesar untuk JSF, AU tidak akan menerima penggantian pesawat tempur multi peran F-16 jika tidak ada perubahan/peningkatan signifikan.
USN-pesawat tempur stealth multi peran untuk melengkapi F/A-18E/F. Pesawat memepunyai sayap dan luas kontrol ekor yang lebih besar untuk pengontrolan yang lebih baik pada pendekatan kecepatan rendah. Struktur internal dari varian AL diperkuat agar kuat mengatasi beban dalam kaitannya dengan peluncuran ketapel dan pendaratan terikat (“arrested landing”). Pesawat mempunyai kait ekor yang cocok untuk kapal induk. Roda pendaratan tidak mempunyai “stroke” lagi dan mempunyai kapasitas beban yang lebih besar. Pesawat mempunyai kapasitas bahan bakar internal dua kali lebih besar dari pada F-18C. Desain juga dikembangkan untuk kemampuan survival (survivabilitas).
USMC-pesawat tempur multi peran Short Take-Off & Vertical Landing (STOVL) untuk menggantikan AV-8B dan F/A-18A/C/D. Varian mariner ini membedakan diri dari varian lain dengan kemampuan takeoff pendek dan pendaratan vertikal.
UK-Pesawat STOVL (supersonic) untuk menggantikan “Sea Harrier”. JSF milik AL UK akan sama dengan varian Marinir AS.

Konsep JSF akan dibangun dengan tiga varian utama pada line produksi yang sama menggunakan teknologi manufacturing yang fleksibel. Keuntungan biaya produksi didapat dari penggunaan pendekatan manufacturing fleksibel dan subsistem umum untuk menghasilkan skala ekonomis. “Commonalitas” biaya diproyeksikan derange sekitar 70-90 persen; commonalitas suku cadang (penggunaan suku cadang yang serupa untuk beberapa produk berbeda) akan lebih rendah, tetapi commonalitas diutamakan pada suku cadang mahal.



Konsep Lockheed Martin X-35 untuk varian pesawat marinir AS dan AL UK menggunakan sistem “shaft-driven lift-fan” untuk menghasilkan kemampuan STOVL. Pesawat akan dilengkapi dengan sebuah shaft-driven lift-fan milik Rolls-Royce/Allison, roll ducts (saluran/pembuluh gulung), dan tiga mulut pipa mesin utama (a three-bearing swivel main engine nozzle), semua dipasang untuk memodifikasi mesin F119 Pratt & Whitney yang menjadi mesin tiga varian.

Varian STOVL JSF Boeing X-32 untuk marinir AS dan AL UK menggunakan sebuah sistem pengangkatan langsung untuk takeoff jarak pendek dan pendaratan vertikal dengan performa up-and-away tidak terkompromi.

Tujuan desain kunci dari sistem JSF adalah sebagai berikut:
Survivabilitas: Reduksi jejak inframerah/frekuensi radio dan “countermeasures” on-board untuk survive (selamat) di medan perang masa datang—“mengungkit” (leveraging off) support misi superioritas udara F-22
Latelitas: integrasi sensor on- dan off-board untuk meningkatkan senjata yang presisi di saat ini dan masa datang.
Supportabilitas: mengurangi “footprint” logistic dan meningkatkan tingkat generasi serangan tiba-tiba (sortie generation rate) untuk menghasilkan kekuatan tempur lebih besar dalam waktu singkat.
Affordabilitas: focus pada pengurangan biaya produksi, procuring dan pembelian JSF untuk menghasilkan struktur kekuatan yang cukup.

Avionik dan “stealth” terintegrasi milik JSF dimaksudkan agar pesawat ini dapat menembus pertahanan misil darat-ke-udara untuk menghancurkan target. JSF dirancang untuk melengkapi struktur kekuatan (angkatan) termasuk pesawat stealth dan nonstealth, bomber dan asset pengintai.



6.Lockheed Martin F-35 Lightning II Multi-Role Fighter



Deskripsi:
F-35 diumumkan sebagai pemenang kompetisi JSF Departeman Pertahanan AS pada tahun 2001 ketika Lockheed Martin X-35 diputuskan lebih superior dari pada Boeing X-32 (Nyambung dari artikel sebelumnya). Pada 2006, pesawat ini diberi nama dengan Lighning II untuk menghormati pesawat Lockheed P-38 Lightning dan English Electric Lightning yang sukses dan hebat di masa lalu.
Tujuan F-35 adalah untuk menghasilkan tiga varian pesawat tempur multi-peran berbeda yang menggunakan airframe umum sebesar 70% dan 90% untuk mengurangi biaya produksi dan perawatan. JSF adalah program bersama AS dan UK, dan beberapa partner internasional yang berpartisipasi pada usaha pengembangan. Konsumen primer yang meminta spesifikasi desain untuk F-35 adalah US Air Force, US Navy, US Marine Corps, UK Royal Air Force, dan UK Royal Navy. Keseluruhan desain dibuat oleh Lookheed dengan Northrop Grumman dan BAE Systems sebagai partner, menyerupai desai F-22, tetapi setiap varian F-35 “dirancang” (is tailored) spesifik sesuai dengan kebutuhan operator.
Model paling simpel dan murah adalah F-35A versi takeoff dan pendaratan konvensonal (CTOL= conventional takeoff and landing) berdasarkan pada X-35A. Dibuat terutama untuk AU AS, tetapi kemungkinan juga akan diekspor ke beberapa negara. Partner level II adalah Italia dan Belanda dan Level III termasuk Australia, Kanada, Denmark, Norwegia dan Turki. Singapura dan Israel juga merupakan partisipan penjualan produk ini. Varian CTOL F-35 akan dioptimalkan untuk tugas penyerangan dengan kemampuan terbatas udara-ke-udara untuk melengkapi F-15 dan F-22.
AL AS membutuhkan sebagaian besar kemampuan yang sama pada varian F-35C berdasarkan model X-35C. Model ini dibuat untuk mendukung F-18E/F dan memeberikan AL pesawat tempur “stealth” pertama. Bagaimanapun, F-35C dimodifikasi untuk mengatasi kebutuhan jarak takeoff dan pendaratan yang lebih sempit. Modifikasi yang paling nyata dari varian ini adalah sayap yang lebih lebar (35%) yang memungkinkan kapasitas bahan bakar yang lebih besar dan menghasilkan area sayap yang lebih besar untuk meningkatkan daya angkat pada kecepatan rendah. Perubahan lain pada versi F-35C termasuk sirip (fin) dan permukan elevator yang lebih besar, penambahan “aileron” (kemudi guling) ke “flaperon” pada sayap, penambahan permukaan kontrol, sebuah sistem kontrol yang sudah dimodifikasi, roda pendaratan yang sudah diperkuat, palang luncur ketapel pada roda kembar pendaratan, pengait kabel pendaratan dan mekanisme pelipatan sayap.
Mungkin, varian F-35 yang paling kompleks, model short/vertical takeoff and landing (STOVL) F-35B yang berdasarkan X-35B. Model ini digunakan untuk menggantikan AV-8B dan GR.5/7 Harrier II yang menua seperti halnya Harrier dan Harrier Laut yang dioperasikan oleh Marinir AS, AU UK dan AL UK. Varian F-35B mempunyai “ducted lift fan” yang berada pada sebuah “enlarged spine” tepat diburitan kokpit. Kipas ini mengambil tempat sebuah tangki bahan bakar yang dibawa ke dalam model F-35 yang lain dan digunakan untuk menghasilkan keseluruhan daya angkat untuk penerbangan vertikal.
Sialnya, kompleksitas model STOVL F-35 juga disebabkan oleh masalah pengembangan pendting dari Program JSF. Desain awal F-35B terbukti terlalu berat dan program ditunda selama lebih dari setahun, sehingga para teknisi berjuang untuk menghasilkan performa maksimal dan ekonomis. Solusi terakhir diadopsikan dengan cara mengurangi ukuran ruang senjata internal jika dibandingkan dengan model F-35 yang lain. Sementara varian CTOL dan kapal induk (F-35C) dapat membawa 2000 lb senjata secara internal, senjata sterbesar yang dapat dibawa oleh F-35B secara internal adalah 1000lb, GBU-32 JDAM. Ekor vertikal pada F-35B juga diperpendek untuk mengurangi berat.
Desain JSF teah menjadi perhatian terbedar pada konsep dan affordabilitas senjata canggih. Salah satu fitur yang paling canggih pada model Lightning II adalah “core processor” terintegrasi yang menyatukan informasi dari semua sensor pesawat, pandangan terkoordinasi (coordinated view) pada medan perang.
Di antara sensor-sensor ini terdapat radar active electronically scanned array (AESA) dengan mode mapping radar aperture (lobang kamera) sintetik untuk menghasilkan kemampuan pencarian dan targeting yang jauh lebih presisi bagi pilot dari pada teknologi yang ada pada pesawat tempur sekarang. F-35 juga dilengkapi dengan sebuah sistem infrared search and track (IRST) untuk pertempuran udara-ke-udara sementara untuk fitur pertempuran udara-ke-darat canggih termasuk sebuah electro-optical targeting system (EOTS) dengan sebuah imager forward-looking infrared (FLIR), sebuah laser targeting, sebuah laser spot tracker dan sebuah kamera CCD TV. Software canggih yang dimiliki F-35 mampu untuk menganalisis informasi yang dihasilkan sensor menggunakan sistem automatic target recognition and classification (ATRC) untuk mengidentifikasi target spesifik.
Hal canggih lain yang ada pada Lightning II termasuk sebuah sistem pengenalan suara/kata-kata yang mendeteksi perintah yang diucapkan pilot dan dapat mengoperasikan bermacam-macam sistem tanpa harus memencet tombol maupun saklar. Sementara “stealth” juga ditekankan dengan penggunakan ruang senjata internal dan teknik pembentukan observable rendah (low obervable shaping techniques), pengorbanan telah dilakukan untuk mengurangi biaya produksi dan memudahkan perawatan. Hasilnya, F-35 tidak terlalu “stealth” jika dibandingkan dengan F-22 atau B-2.
Selama fase demonstrasi dan pengembangan program saat ini, 14 pesawat F-35 sudah dibuat untuk melakukan ujicoba penerbangan mengawali produksi yang akan dilakukan. Pesawat-pesawat test Lightning II ini termasuk 5 model CTOL, 4 model CV (kapal induk) dan 5 model STOVL. Sebagai tambahan 8 artikel test darat juga akan dibuat untuk test statis, test drop, dan evaluasi jejak radar. Produksi awal kecil akan dimulai pada tahun 2008.
Pesanan F-35 masih dalam perdebatan, tetapi rencana saat ini dari US dan UK adalah membeli sekitar 2.600 pesawat. AU AS sebenarnya berencana untuk membeli 2.036 pesawat F-35A, etapi dikurangi menjadi 1.763 pada 1997. Dan saat ini mungkin akan terjadi pengurangan lagi menjadi sekitar 1.000-1.300 pesawat. Untuk pesanan F-35B sekirar 250 untuk misi pendukung udara jarak dekat. Pengurangan harga dan peningkatan stabilitas program STOVL harus dilakukan, jika tidak pemesanan mungkin akan dibatalkan.
AL dan Marinir AS juga mengurangi pesanan mereka. Marinir pada awalnya memesan 642 buah F-35B, sementara AL 300 buah F-35C. Pada 1997, pesanan ini berkurang menjadi 609 untuk mariner dan 480 untuk AL untuk total 1.089 pesawat F-35. Pada 2004, jumlah totalnya kembali berkurang menjadi 680 pesawat, 350 untuk F-35B dan 330 untuk F-35C. Saat ini belum diputuskan bagaimana pesawat-pesawat tersebut akan dialokasikan, sejak Marinir mungkin akan menerima campuran kedua pesawat itu. Demikian juga, AL UK mungkin akan memisahkan pesanannya antara F-35B dan F-35C, sejak F-35C mempunya potensi untuk digunakan pada kapal induk besar milik UK pada tahun 2010. UK memesan 138, yang tadinya 150 pesawat.
Sebagai tambahan dari pesanan AS dan UK, terdapat potensi penjualan ekspor untuk lebih dari 2.000 F-35. Partner internasional yang sekarang terlibat dalam program mempunyai rencana untuk memesan 600 pesawat. Italia tertarik untuk memesan sampai 131 pesawat, Australia dan Turki masing-masing 100 pesawat, Belanda 85, Kanada 60, dan Denmark & Norwegia mungkin akan memebeli masing-masing 48. Tidak satupun dari negara-negara ini yang telah memesan secara resmi, tetapi program F-35 berusaha agar partner internasionalnya berkomitmen untuk memesan sesegera mungkin. Meyakinkan partner mungkin akan mengalami kesulitan, karena adanya penundaan yang meningkatkan harga dan menunda “service entry” dari 2011 ke 2013. Penundaan ini mungkin membuat partner internasional membeli pesawat pesaing F-35 seperti Gripen dan Eurofighter Typhoon yang sudah dalam fase produksi missal. Norwegia sudah mengancam untuk keluar dari program karana kekhawatiran “workshare” dan keikutsertaan Israel ditunda untuk beberapa bulan dalam rangka pembalasan kemungkinan transfer teknologi ke China. Dengan mengabaikan hal di atas, penjualan ekspor akan menjadi kuat dan produksi F-35 akan berakhir minimal hingga 2030.

SPESIFIKASI: (masih dapat berubah)

HISTORY:
First Flight
-(X-35A) 24 October 2000
-(X-35B) 23 June 2001
-(X-35C) 16 December 2000
-(F-35A) 15 December 2006
-(F-35B) expected 2007
Service Entry
-(F-35A) planned for about 2013
-(F-35B) planned for about 2014
-(F-35C) planned for about 2014

CREW: one: pilot

ESTIMATED COST:
-(F-35A) $45 million [2004$]
-(F-35B) $60 million [2004$]
-(F-35C) $55 million [2004$]

AIRFOIL SECTIONS:
Wing Root unknown
Wing Tip unknown

DIMENSIONS:
Length
-(F-35A) 50.5 ft (15.4 m)
-(F-35B) 50.5 ft (15.4 m)
-(F-35C) 50.8 ft (15.5 m)
Wingspan
-(F-35A) 35.0 ft (10.7 m)
-(F-35B) 35.0 ft (10.7 m)
-(F-35C) 43.0 ft (13.1 m)
-(F-35C) 29.83 ft (9.1 m) terlipat
Height
-(F-35A) 15.0 ft (4.6 m)
-(F-35B) 15.0 ft (4.6 m) (?)
-(F-35C) 15.5 ft (4.7 m)
Wing Area
-(F-35A) 460 ft² (42.7 m²)
-(F-35B) 460 ft² (42.7 m²)
-(F-35C) 620 ft² (57.6 m²)
Canard Area : not applicable

WEIGHTS:
Empty
-(F-35A) about 22,500 lb (9,980 kg)
-(F-35B) about 23,500 lb (10,660 kg)
-(F-35C) about 24,000 lb (10,885 kg)
Normal Takeoff: unknown
Max Takeoff: about 50,000 lb (22,680 kg)
Fuel Capacity
internal:
-(F-35A) 18,500 lb (8,390 kg)
-(F-35B) 13,325 lb (6,045 kg)
-(F-35C) 19,625 lb (8,900 kg)
external: unknown
Max Payload
-(F-35A) 13,000 lb (5,895 kg)
-(F-35B) 11,000 lb (4,990 kg)
-(F-35C) 17,000 lb (7,710 kg)

Mesin:
-Powerplant (F-35A/C) one Pratt & Whitney F135 turbofan; (F-35B) one Pratt & Whitney F135 turbofan and one Rolls-Royce/Allison shaft-driven lift-fan
-Thrust (PW) about 35,000 lb (155 kN); (RR) about 18,000 lb (80 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed
- at altitude: at least Mach 1.5
- at sea level: unknown
- Initial Climb Rate unknown
- Service Ceiling unknown
- Range: (F-35B) 1,080 nm (2,000 km); (F-35C) 1,620 nm (3,000 km);
Endurance: unknown
g-Limits : unknown

ARMAMENT:
Gun: (F-35A) one 25-mm GAU-12 cannon; (F-35B) one external 25-mm GAU-12 gun pod; (F-35C) one external 25-mm GAU-12 gun pod
Stations: four hardpoints in two internal weapon bays plus six external hardpoints
Air-to-Air Missile : (internal) AIM-120C AMRAAM, AIM-132 ASRAAM; (external) AIM-9X Sidewinder, AIM-120B/C AMRAAM
Air-to-Surface Missile: (internal) AGM-154 JSOW, Brimstone; (external) AGM-65 Maverick, AGM-88 HARM, AGM-158 JASSM, Storm Shadow
Bomb: (internal) up to two GBU-12 Paveway laser-guided, up to two GBU-31/32/38 JDAM, up to two CBU-87/89 cluster, up to two CBU-103/104/105 WCMD; (external) GBU-10/12/16/24 Paveway laser-guided, GBU-31 JDAM, Mk 82/83/84 GP, CBU-99/100 Rockeye II cluster
Other : various transport pods

VARIAN
JSF: Joint Strike Fighter designation originally given to the F-35 program
JCA: Joint Combat Aircraft designation for the F-35 program used by the United Kingdom
X-35: Varian demonstrator Pesawat Tempur yang digunakan untuk test penerbangan dan untuk validasi teknologi yang digunakan pada F-35.
F-35A: Pesawat temput conventional takeoff (CTOL) multi-peran yang didasarkan pada model X-35A, tetapi bodi pesawat sedikit diperpanjang dan lebar permukaan ekor dimodifikasi. Dibuat untuk AU AS dan dilengkapi dengan senapan internal, sensor inframerah, dan sebuah laser designator. USAF berencana untuk membeli 1.763 pesawat, tetapi pada 2004 dikurangi
F-35B: Pesawat tempur short takeoff and vertical landing (STOVL) multi-peran yang berdasarkan pada model X-35B awalnya dibuat untuk Marinir AS, UK Royal Navy, dan UK Royal Air Force. Dilengkapi dengan fan pengangkat yang terletak dalam “enlarged spine” di belakang kokpit, sebuah senapan eksternal, ruang senjata internal yang lebih kecil. Marinir AS berencana membeli 350 pesawat, sementara UK sekitar 138.
F-35C: Pesawat tempur varian kapal induk (CV) multi-peran berdasar pada model X-35C dan mirip dengan F-35A tetepi mempunyai sayap yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar ditambah dengan ekor horizontal dan permukaan kontrol yang lebih lebar untuk performa pendaratan kecepatan-rendah yang lebih baik, struktur dan roda pendaratan yang diperkuat untuk pendaratan pada kapal induk, dan pembuangan meriam internal dengan tujuan untuk penambahan pod senapan opsional pada “centerline station”. AL berencana memesan 330 buah.
F-35D (?): Model yang diajukan ke USAF, mirip dengan F-35B tetepi menekankan operasi short-takeoff and landing (STOL) daripada STOVL. Akan mempunyai sistem propulsi (mesin) yang direvisi berdasarkan pada mesin F136General Electric dan menggunakan sayap F-35C yang lebih besar untuk meningkatkan kapasitas bahan bakar dan jarak tempuh, juga dilengkapi dengan senapan internal dan sebuah “probe” pengisian bahan bakar a la AU US. USAF pada awalnya berminat memesan 200 buah, tetapi akhirnya dibatalkan karena meningkatnya biaya produksi F-35B.
EA-35 : Proposal Lockheed Martin untuk sebuah varian pesawat tempur elektronik dua tempat duduk. Tetapi dibatalkan.

KNOWN OPERATORS:
-United Kingdom (Royal Air Force)
-United Kingdom (Royal Navy)
-United States (US Air Force)
-United States (US Marine Corps)
-United States (US Navy)

Negara-negara berikut diharapkan membeli F-35:
-Australia (Royal Australian Air Force)
-Canada (Canadian Armed Forces, Air Command)
-Denmark, Kongelige Danske Flyvevåbnet (Royal Danish Air Force)
-Israel, Tsvah Haganah le Israel - Heyl Ha'Avir (Israeli Defence Force - Air Force)
-Italy, Aeronautica Militare Italiana (Italian Air Force)
-Netherlands, Koninklijke Luchmacht (Royal Netherlands Air Force)
-Norway, Kongelige Norske Luftforsvaret (Royal Norwegian Air Force)
-Singapore (Republic of Singapore Air Force)
-Turkey, Türk Hava Kuvvetleri (Turkish Air Force)


7.Chengdu J-10, F-10 Multi-Role Fighter

Proyek Pesawat Tempur Jianjiji-10 (J-10) dipercaya dimulai pada 1980an untuk mengembangkan sebuah pesawat tempur pribumi China yang ekuivalen dengan Mirage 2000, dioperasikan oleh Taiwan. Pesawat ini dilaporkan similar dengan F-16 milik AS, sebuah contoh mungkin berasal dari Pakistan untuk studi, dan Lavi (proyek pesawat Israel yang didasarkan pada F-16 yang akhirnya dibatalkan). Walaupun Israel membantah telah mentransfer teknologi yang tidak syah ini, tetapi diketahui bahwa Israel memang telah memberikan beberapa pertolongan dalam pengembangan J-10.
Desain yang dihasilkan, secara virtual sama dengan Lavi dari luar, mempunyai sebuah sayap delta atau dua-delta dengan canard yang dipasang di dekat buritan kokpit. J-10 dipercaya mempunyai mesin tunggal dari Rusia, turbofan AL-31F dan sebagian besar teknologinya (termasuk radar) berasal dari Rusia. Pada awalnya, beberapa pembuat skema pesawat menganggap bahwa J-10 mempunyai inlet (ceruk) mesin bergaya F-16, tetapi berdasarkan foto, mengungkap bahwa pesawat ini dilengkapi dengan sebuah inlet rectangular yang mengingatkan pada Eurofighter Typhoon. Desain pesawat ini juga mungkin mengalami revisi termasuk berkaitan dengan fitur “stealth”
J-10 dimimpikan sebagai pesawat tempur multi-peran untuk menggantikan Q-5 dan J-7 yang sudah usang, dan dipersenjatai dengan senjata yang sangat lebih canggih. Dalam peran interceptor udara, J-10 akan mungkin dipersenjatai dengan PL-8, misil jarak dekat kendali inframerah (ditiru dari Python 3 milik Israel) dan misil jarak menengah kendali radar PL-10. Bermacam-macam presisi bom kendali dan misil udara-ke-darat juga diharapkan untuk dipasang untuk mendukung tugas-tugas penyerangan.
Walaupun dipercaya bahwa lebih dari 300 J-10 telah dibuat untuk AU dan AL China, keputusan untuk membuat (license build) SU-27 Rusia (aka J-11) memperlihatkan ketidakpercayaan pada kesuksesan dari desain J-10. Jika produksi berlanjut, ada kemungkinan bahwa akan ada varian untuk ekspor yang di sebut F-10. Paling tidak ada 4 purwarupa yang dibuat pada 2001, dan service entry kemungkinan pada 2005.

Spesifikasi:
(Data terakhir: 14 November 2004)

HISTORY:
First Flight: 24 March 1998
Service Entry: 2004 or 2005

CREW: 1 pilot

DIMENSIONS:
Length :47.86 ft (14.57 m)
Wingspan/Lebar Sayap: 28.75 ft (8.78 m)
Height: 15.75 ft (4.80 m)
Wing Area: 355.2 ft2 (33 m2)
Canard Area: 58.55 ft2 (5.45 m2)

WEIGHTS:
Empty : 15,300 lb (6,940 kg)
Typical Load: unknown
Max Takeoff : 40,565 lb (18,400 kg)
Fuel Capacity: internal: unknown, external: unknown
Max Payload: 18,520 lb (8,400 kg)

PROPULSION:
Powerplant : one Saturn/Lyulka AL-31F afterburning turbofan
Thrust: 27,560 lb (122.6 kN)

PERFORMANCE:
Max Level Speed: at altitude: Mach 1.85; at sea level: unknown
Initial Climb Rate : unknown
Tinggi Max: unknown
Jarak Tempuh: 1,000 nm (1,850 km)
g-Limits: unknown

ARMAMENT:
Gun: probably one 23-mm or 30-mm cannon
Stations : eleven external hardpoints and two wingtip rails
Air-to-Air Missile : PL-8, PL-10
Air-to-Surface Missile: unknown
Bomb: unknown

KNOWN VARIANTS:
J-10 Prototype fighter
KNOWN OPERATORS: China


8.Su-27 FLANKER (SUKHOI)



Pada pertengan 1970an, F-15 Eagle dan F-16 Fighting Falcon membuat Blok Timur berada pada kesulitan. Peluncuran Su-27 Flanker dan MiG-29 Fulcrum pada pertengahan 1980an, membuat keadaan menjadi berimbang. Didesain sebagai pesawat tempur berperforma tinggi dengan sebuah sistem kontrol fly-by-wire dan kemampuan untuk membawa sampai 10AAM. Su-27 yang mempunyai manuverabilitas hebat merupakan salah satu pesawat yang paling mengesankan yang pernah dibuat. Purwa rupa pertama “Flangker-A” terbang pada 20 Mei 1977 dan diresmikan sebagai “Flanker B” pada 1984. Pengembangan pesawat tempur Su-27 telah selesai pada awal 1980an, dan sesudahnya membuat lebih dari 40 rekor dunia untuk kecepatan altitude dan take-off. Pesawat ini merupakan pelopor dari sebuah jenis/keluarga pesawat termasuk pesawat latih Su-27UB, pesawat tempur Su-33, pesawat multi-misi Su-37 dan pesawat spesialis dua tempat duduk Su-32FN. Su-27UB adalah versi Su-27 dengan 2 tempat duduk yang pertama kali terbang pada Maret 1985.
Su-27 tidak hanya beroperasi di Rusia dan negara-negara CIS, tetapi juga di China dan Vietnam. Cina juga memebeli lisensi untuk produksi pesawat Su-27 sendiri. Pada 1997 Sukhoi menandatangani kontrak dengan Vietnam seharga $180 juta untuk mensuplai 6 Su-27 (2 Su-27SK dan 4 Su-27UB). Sukhoi mengirim 4 di antaranya oada 1996 dan 2 hancur karena kapal pengangkutnya menabrak blok apartemen di Irkutsk. Diperkirakan Vietnam membeli 24 pesawat tempur Sukhoi dengan harga $800 juta di akhir millennium lalu.
Su-27 mempunyai sayap yang dipasang menengah (di bagian tengah badan pesawat) dan berbentuk semidelta dengan ujung kotak. LERX memanjang di bawah dan depan akar sayap. Terdapat dua mesin di dalam badan pesawat. Terdapat “air intakes” (saluran udara) berbentuk kotak dan “diagonally-cut” (terpotong secara diagonal), terpasang di bawah sayap sepanjang samping bodi pesawat. Bodi pesawat berbentuk segiempat dari saluran udara sampai ekor pesawat. Hidung meruncing dan terdapat kanopi gelembung. Sirip ekor tertekuk ke belakang, tajam denganujung kotak dan terpasang di luar mesin. “Flats”-nya dipasang di tengah (mid-mounted), tertekuk ke belakang dan tajam. Mempunyai sistem “airbrakes” yang dipasang di atas bodi pesawat, di belakang kokpit

HISTORY:
First Flight : (T10-1) 20 May 1977, (T10-3) 23 August 1979, (T-10S-1) 20 April 1981, (Su-27UB) 7 March 1985
Service Entry : December 1984

[]bCREW: one: pilot[/b]

ESTIMATED COST: $40 to $70 million

DIMENSIONS:
Length: 71.92 ft (21.94 m)
Lebar Sayap : 48.17 ft (14.70 m)
Height : (Su-27S) 19.42 ft (5.92 m); (Su-27UB) 20.83 ft (6.36 m)
Wing Area: 667.8 ft2 (62.04 m2)
Canard Area : not applicable

WEIGHTS:
Empty: (Su-27S) 36,115 lb (16,380 kg); (Su-27UB) 38,580 lb (17,500 kg)
Normal Takeoff : (Su-27S) 51,015 lb (23,140 kg); (Su-27UB) 53,220 lb (24,140 kg)
Max Takeoff: (Su-27S) 62,390 lb (28,300 kg); (Su-27S) 72,750 lb (33,000 kg) [final production lot]; (Su-27UB) 67,130 lb (30,450 kg)
Fuel Capacity : internal: 20,725 lb (9,400 kg), external: none
Max Payload: 8,820 lb (4,000 kg) normal load; 17,640 lb (8,000 kg) maximum allowable load

PROPULSION:
Powerplant: two Saturn/ Lyul'ka AL-31F afterburning turbofans
Thrust : 33,510 lb (149.06 kN); 55,116 lb (245.18 kN) with afterburner

PERFORMANCE:
Max Level Speed
at altitude: (Su-27S) 1,555 mph (2,500 km/h) at 36,090 ft (11,000 m), Mach 2.35; (Su-27UB) 1,335 mph (2,150 km/h) at 36,090 ft (11,000 m), Mach 2.0
at sea level: 870 mph (1,400 km/h), Mach 1.14
Initial Climb Rate: unknown
Tinggi maksimal: (Su-27S) 60,700 ft (19,000 m), (Su-27UB) 57,400 ft (17,500 m)
Jarak jangkau: 1,510 nm (2,800 km)
ferry: (Su-27S) 2,010 nm (3,720 km), (Su-27UB) 1,620 nm (3,000 km)
g-Limits: +9

ARMAMENT:
Gun: one 30-mm GSh-301 cannon (150 rds)
Stations : ten external hardpoints: two tandem under the fuselage centerline, two under the air ducts, four under the wings, two on the wingtips
Air-to-Air Missile: R-60/AA-8 Aphid, up to six R-27R/T AA-10 Alamo-A/B, up to four R-27ER/ET AA-10 Alamo-C/D, R-73/AA-11 Archer, R-33/AA-9 Amos
Air-to-Surface Missile: none
Bomb : free-fall, cluster bombs
Other: rocket pods, ECM pods

KNOWN VARIANTS:
T-10 'Flanker-A':Purwarupa original, tidak kuat pada tarikan kuat, struktur lemah, terlalu berat. Dibuat 4 pesawat.
T-10S: Redesigned prototype
P-42: Purwarupa Su-27S ketiga (T10S-3), dimodifikasi untuk membuat beberapa rekor pendakian (climb) dan altitude.
T10-20R: Pesawat test spesial yang digunakan untuk penerbangan supersonic jarak jauh.
Su-27 'Flanker-A': Pesawat purwarupa model produksi dan pengembangan. Dibuat 15.
Su-27S 'Flanker-B': Model produksi pertama dengan aerodinamis yang telah dipercanggih dan sebuah perluasan radar buritan, model satu-tempat duduk untuk dua peran, pertahanan udara dan misi penyerangan darat.
Su-27SK : Versi ekspor dari Su-27S
Su-27SKM: Varian yang telah diupdate dari 27S untuk ekspor.
Su-27P 'Flanker-B': Identik dengan Su-27S, tetapi didesain sebagai interceptor pertahanan udara dan dilengkapi dengan probe pengisian bahan bakar udara.
Su-27UB 'Flanker-C' : Pesawat latih dua-tempat duduk (yang dapat dipakai saat pertempuran=two-seat combat-capable trainer) dengan sebuah radar yang telah dikembangkan pada hidung pesawat yang lebih panjang.
Su-27PU 'Flanker-C' : Purwarupa Su-30 fighter bomber
Su-27K 'Flanker-D' : Purwarupa Su-33 navalized fighter, juga dikenal sebagai T-10K
Su-27KU or Su-27IB: Purwarupa Su-34 bomber
Su-27M 'Flanker-E': Purwarupa Su-35 fighter
J-11: Varian Su-27SK milik Cina
J-11B : Versi Su-27SK yang telah dikembangkan oleh China dengan upgrade utama termasuk sebuah radar baru dan sistem tracking dan pencarian inframerah, selain itu juga cocok dengan senjata China.

[/b]KNOWN COMBAT RECORD: Eritrean-Ethiopian War (Ethiopia, 1998-2000)[/b]

KNOWN OPERATORS:
Angola, Força Aérea Popular de Angola (Angolan People's Air Force)
Belarus, Voyenno Vozdushnyye Sily (Belarus Air Force)
China, Zhongkuo Shenmin Taifang Tsunputai (People's Liberation Army Air Force)
Ethiopia, Ye Ityopya Ayer Hayl (Ethiopian Air Force)
Indonesia, Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Udara (Indonesian Air Force)
Kazakhstan (Kazakhstan Air Force)
Mexico, Aviación de la Armada de Mexico (Mexican Naval Air Arm)
Russia, Voyenno Vozdushniye Sili (Russian Air Force)
Syria, Al Quwwat al-Jawwiya al Arabiya as-Souriya (Syrian Air Force)
Ukraine, Voyenno Vozdushnyye Sily (Ukraine Military Air Forces)
Union of Soviet Socialist Republics, Voyenno Vozdushniye Sili (Soviet Air Force)
Uzbekistan (Uzbek Air Force)
Vietnam, Khong Quan Nhan Dan Viet Nam (Vietnam People's Army Air Force)


9.J-11 [Su-27 FLANKER]



Diberi kode nama “Flanker” (Pengapit) oleh NATO, J-11 (Su-27) adalah bomber figter multi-peran yang dapat juga digunakan untuk peran penyerangan maritime. Flanker mempunyai radius operasional 1.500km dan mempunyai fasilitas refuelling udara, menambah radius operasional sejauh 500km. Walaupun dikonfigurasikan secara normal untuk operasi konvensional, J-11 dapat memuaskan China dengan pesawat tempur serangan-nuklir berperforma-tinggi.
Akuisisi Su-27 dilakukan setelah China mencoba selama bertaun-taun untuk membangun pesawat J-10 dengan teknologi yang ekuivalen untuk menunjukkan fungsi similar, menunjukkan ketidakpercayaan dalam kemampuan produksi dalam negeri.
Pada 1991 China membeli 24 SU-27 untuk sekitar $1 miliar yang dikirim pada akhir 1992 ke Wuhu Air Base, 250km barat Shanghai. Pada 1995 China melakukan pembelian kedua, 24 Su-27 lagi, dan dikirimkan pada April 1996 ke Suixi Air Base di Cina Selatan. 48 Pesawat tersebut termasuk 36 Su-27SK satu tempat duduk yang dibuat di Komsomolsk-on-Amur dan 12 Su-27UB dua tempat duduk yang dibuat di Irkutsk, dengan harga total $1,7 miliar.
Pada Februari 1996 Moscow dan Beijing mencapai perjanjian senilai $2.2 miliar untuk co-produksi Sukhoi Su-27 di Cina. Dengan perjanjian itu, Cina akan memproduksi sampai 200 pesawat (tanpa hak untuk menjual ke negara lain) dari komponen yang dibuat oleh Rusia selama 3 sampai 5 tahun. Dari biaya perjanjian tersebut, termasuk di dalamnya $650 juta untuk dokumen teknis dan $850 juta untuk suku cadang, instrument dan peralatan disiapkan oleh Komsomolsk-on-Amur Aviation Enterprise imeni Yuriy Gagarin [KnAAPO], yang akan mengirimkan 30% dari semua suku cadang untuk 200 pesawat Su-27SK China. Rusia memberikan hak untuk co-produksi Su-27 ke Shenyang Aircraft Company yang mampu meproduksi sekitar 15-20 pesawat per tahun. Pada periode 1998-2000, Shenyang berencana untuk merakit hanya 15 pesawat Su-27SK dari total 200 yang diijinkan pada kontrak. Dua pesawat pertama yang berhasil dirakit di Shenyang, terbang pada akhir 1998. Secepatnya, Cina mungkin akan membuat sekitar 300 Su-27.
Akan tetapi integrasi Su-27 ke AU Cina mengalami kesulitan, terutama sekali untuk masalah latihan dan biaya perawatan. Rusia mengirim suku cadang dan pemasangan untuk 2 pesawat tempur, yang dirakit pada 1998, membuat China mempunyai total 50 pesawat. Akan tetapi, airframe-nya mengecewakan, dan tidak ada produksi tambahan yang diselesaikan pada akhir 1999. Tetapi pada akhir 2000, pengiriman direncanakan untuk suku cadang dan perakitan 15 pesawat baru.
Pada Maret 1996, PLA Air Force dan elemen PLA yang lain melakukan latihan bersama di selat Taiwan. Selama latihan bersama ini J-11 menembakan bermacam-macam roket udara-ke-darat dan juga menjatuhkan 4 bom “deceleration” yang similar dengan US MK82 Snake-Eye, pertama kalinya jenis bom tersebut diperlihatkan ke umum. Latihan ini jelas-jelas memperlihatkan kelemahan kemampuan pengeboman J-11, menuntut pengembangan radar dan software komputer untuk kemampuan penyerangan udara-ke-darat, yang dikombinasikan dengan peralatan dan fungsi kontrol penembakan dari Su-35 untuk menghasilkan akurasi tinggi pada penembakan/pengeboman.
Pada akhir 1999, Irkutsk aviation industrial association mengirimkan 28 training dan combatant untuk Su-27UB ke cina. Pengiriman ini akan diimplementasikan untuk membayar kerugian negara, dan 8 pesawat dikirimkan pada tahun 2000, 10 pada 2001 dan 10 lagi pada 2002.

3 comments:

  1. Pesawat tempur Inggris bagaimana?

    ReplyDelete
  2. Pesawat tempur India juga bagus, komentar balik ya ke blog saya www.goocap.com

    ReplyDelete
  3. Pesawat Tempur Amerika dan Rusia bersaing menjadi yang terbaik di dunia

    ReplyDelete