Sunday, April 8, 2012

Rahasia Dibalik Invasi Jerman Atas Rusia

Oleh : Permadi "Sturmmann" Aryawirasmara

Berdasarkan sejarah Perang Dunia II menurut versi BBC, Nat Geo, Wikipedia, dan
media mainstream pada umumnya, kita telah diperkenalkan kepada cerita
tentang Hitler dan ambisi Lebensraum (ruang hidup)-nya, bahwa Operasi
Barbarosa dan seluruh kampanye militer di front timur adalah murni
invasi untuk mengeksploitir kekayaan alam Rusia. Serta tak asing lagi
bagi kita, cerita-cerita tentang serangan kejutan Jerman yang membuat
Stalin kebakaran jenggot, dan membuat kocar-kacir Tentara Merah. Dan
bagaimana kita bisa lupa dengan cerita musim dingin kejam yang
menyelamatkan Rusia dari kehancuran! Tapi benarkah seperti itu
kejadiannya?

Terlalu mudah bagi siapa saja yang memperhatikan sejarah PDII untuk sadar bahwa
versi "resmi" ini terlalu sempurna menangkap kekurangan, bahkan
"ketololan" kedua belah pihak (Jerman dan Rusia). Seolah Perang Dunia
II adalah kisah tentang Jerman "si sembrono", dan Rusia "si bodoh
beruntung".

Sebelum saya melanjutkan dengan memaparkan fakta-fakta sejarah Perang Dunia II
berikut ini, perlu diketahui bahwa seluruh data-data baik yang berupa
kronologis, tanggal kejadian, ilustrasi kejadian, dokumen, maupun
kesaksian dari pelaku sejarah adalah berdasarkan kejadian yang
sebenarnya, dan hampir semuanya telah disembunyikan dengan baik dan
diedit dari versi sejarah umum PDII yang telah disajikan kepada kita.
Sekali lagi membuat kita bertanya, untuk tujuan apa? Dan karena motif
apa?

Pada prinsipnya, ada dua macam sejarawan di planet bumi ini. Pertama, adalah
sejarawan jujur yang kemudian dilabelisasi "Revisionis" yang biasanya
nasibnya berakhir di penjara. Kedua, adalah sejarawan "kurang jujur"
yang mendukung sejarah PDII versi mainstream yang nasibnya sangat
kontras, sangat makmur dan biasanya dipercaya memimpin yayasan-yayasan
mengenang Holocaust.

BERSAMA INI ADALAH FAKTA & PERISTIWA SEJARAH PERANG DUNIA II YANG DI-EDIT, DAN DISEMBUNYIKAN DARI KITA..

Pada tanggal 23 Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet sepakat membuat Pakta
Perjanjian Non-Agresi untuk tidak saling menyerang. Pakta yang
ditanda-tangani oleh menteri luar negeri dari kedua belah pihak,
Joachim Von Ribbentrop (Jerman) dan Vyacheslav Molotov (Rusia), juga
mengatur agar kedua belah pihak tetap netral dalam situasi apabila
salah satu pihak penanda-tangan Pakta diserang dan harus berperang
dengan elemen asing.

Berdasarkan versi resmi sejarah PDII yang kita kenal, diceritakan bahwa Jerman
melanggar Pakta Non-Agresi dengan melancarkan Operasi Barbarosa pada
tanggal 21 Juni 1941 untuk menginvasi Rusia dan merampok sumber daya
alamnya yang kaya. Apakah benar demikian faktanya?

ARTIKEL PERTAMA PADA PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, BERBUNYI,
"Sehubungan dengan masalah teritorial dan pengaturan politik di daerah
Balkan (termasuk diantaranya: Finlandia, Estonia, Latvia dan
Lithuania), kedua belah pihak (Jerman dan Uni Soviet) bersama ini
sepakat untuk menghormati batas wilayah yang telah ditetapkan, yakni
pada batas utara perbatasan negara Lithuania, dimana kedua belah pihak
mengakui batas tersebut, dan serta-merta menghormati kedaulatan negara
Lithuania sampai dengan daerah Vilna."

Pada tanggal 12 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan klaim teritorial kepada
negara-negara daerah Balkan (termasuk Finlandia), yang merupakan
tuntutan aneksasi terbuka terhadap wilayah negara-negara berkedaulatan
yang diakui dalam Pakta Non-Agresi. Lalu pada 16 Juni 1940, militer Uni
Soviet menduduki wilayah Kaunas dan Vilna, dengan ini secara resmi
menganeksasi Lithuania dan melanggar Artikel Pertama Pakta Perjanjian
Non-Agresi dengan Jerman.

ARTIKEL LAIN DARI PAKTA PERJANJIAN NON AGRESI JERMAN-UNI SOVIET, "..sehubungan dengan wilayah selatan Eropa Timur, Pihak Kedua (Uni Soviet) dengan ini
menyatakan ketertarikannya atas wilayah Bessarabia, Rumania Timur."

Pada tanggal 26 Juni 1940, Uni Soviet melayangkan ultimatum kepada
pemerintah negara kedaulatan Rumania untuk menyerahkan wilayah
Bessarabia dan Bukovina Utara. Lalu pada tanggal 10 Juli 1940, militer
Uni Soviet menduduki selatan Dardanella dan kawasan delta sungai
Danube, sadar tidak hanya ini merupakan pelanggaran lagi terhadap
klausul Pakta Perjanjian Non-Agresi dengan Jerman, tapi juga sepenuhnya
sadar bahwa manuver militer tersebut secara langsung mengancam
stabilitas keamanan dan politik dari daerah yang merupakan salah satu
akses utama minyak yang sangat vital bagi Jerman.

SEBUAH JURNAL DEPARTEMEN ANGKATAN BERSENJATA AMERIKA SERIKAT NO.20-225 TAHUN
1956, yang berisikan studi dan analisa eskalasi situasi politik dan
militer antara Jerman dan Uni Soviet di wilayah Rumania pra-PDII
berbunyi, "..banyak bukti-bukti yang menguatkan indikasi bahwa pihak
Rusia lebih tertarik ke wilayah Dardanelles dan daerah delta sungai
Danube, dimana kepentingan politik dan militer Rusia secara langsung
konflik dengan kepentingan ekonomi Jerman. Niat tidak baik ditunjukan
Rusia saat memutuskan untuk menganeksasi wilayah-wilayah di
negara-negara daerah Balkan, dan menuntut Rumania untuk menyerahkan
wilayah Bessarabia dan Bukovina Utara.........Keputusan Hitler (untuk
melancarkan Operasi Barbarossa) sedikit banyak dapat dijustifikasi
dengan manuver Uni Soviet yang meningkatkan tekanan militer dan politik
di wilayah Balkan (termasuk Bulgaria), terutama saat pasukan Rusia
menduduki wilayah mulut sungai Danube, yang merupakan jalur utama
logistik strategis Jerman."

Hubungan politik yang telah memburuk akibat aneksasi daerah Balkan, yang secara
tidak langsung telah menciptakan ancaman cukup substansial terhadap
kemanan jalur suplai Batu Besi (Iron Ore) dari Swedia ke Jerman,
menjadi lebih buruk lagi ketika pada tanggal 23 Juni 1940, Moskow
melayangkan lagi klaim teritorial (kali ini ke Finlandia), dan menuntut
Finlandia untuk menyerahkan wilayah pertambangan Petsamo yang merupakan
sumber pengadaan Nikel terutama bagi Jerman.

Tekanan militer dan politik yang ditebar Uni Soviet di negara-negara daerah
Balkan, memicu bergabungnya Hungaria kedalam aliansi "Axis" bersama
Jerman dan Italia pada tanggal 20 November 1940, diikuti oleh Rumania
pada tanggal 23 November 1940, lalu Bulgaria yang belakangan ikut
bergabung pada tanggal 1 Maret 1940.

Ini adalah titik balik krusial dalam hubungan politik Jerman-Uni Soviet,
setelah Uni Soviet secara sistematis menebar disharmoni dan kekacauan
di negara-negara daerah Balkan dan Rumania yang terang-terangan
dilindungi oleh Pakta Non-Agresi, sepenuhnya sadar bahwa tak hanya itu
merupakan pelanggaran atas Perjanjian, namun juga merupakan ancaman
tidak langsung terhadap kedaulatan negara Jerman.

SEBUAH PARAGRAF DARI DEKLARASI PERANG JERMAN TERHADAP UNI SOVIET BERBUNYI,
"..berdasarkan aktivitas Rusia di wilayah-wilayah Eropa yang berada
diluar kedaulatan Jerman, yang mencakup negara-negara yang memiliki
hubungan diplomatik baik dengan Jerman, dan/atau diduduki oleh Jerman.
Seperti di Rumania, dimana telah ditemukan pamflet-pamflet propaganda
komunis yang berasal dari Rusia, dengan konten penyesatan publik yang
mengkambing-hitamkan Jerman sebagai pihak yang bertanggung jawab atas
kekacauan-kekacauan domestik yang terjadi, untuk menciptakan atmosfer
anti-Jerman.........Bahkan seluruh wilayah selatan Eropa Timur (dari
Slovakia sampai Bulgaria) telah terang-terangan diklaim sebagai wilayah
protektorat Rusia yang akan direalisasikan secepatnya setelah militer
Jerman tidak lagi menjadi ancaman."

RESTU DARI CHURCHILL

Jadi benarkah Operasi Barbarossa lahir karena desakan kebutuhan perluasan
wilayah Jerman (Lebensraum)? Dan benarkah itu merupakan upaya
penjarahan sistematis terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya?

Satu-satunya wacana resmi mengenai keuntungan ekonomi dari front timur yang
diketahui pernah dibicarakan oleh para petinggi Jerman, adalah
dilakukan pada November 1940 ketika Hermann Göring dengan kapasitasnya
sebagai Kepala Program Pembangunan Empat Tahunan Jerman (VIERJAHRPLAN)
mengadakan rapat dengan Adolf Hitler, dimana dalam rapat tersebut
Göring menunjukan kepada Hitler sebuah rekomendasi komprehensif yang
dibuat oleh Jendral-Infantri Georg Thomas.

Rekomendasi yang dalam penyusunannya dibantu oleh Direktorat Ekonomi Wilayah Timur
(WIRTSCHAFTSFUHRUNGSSTAB OST)) atau "WiStO", juga menghadirkan studi
komprehensif dan mendetail mengenai aspek strategis ekonomi Rusia
termasuk didalamnya: perindustrian, pertambangan, dan infrastruktur,
yang diusulkan sebagai sumber potensial untuk pendanaan kampanye
militer Jerman pada tahun ketiga di front timur, sebagai antisipasi
kemungkinan perang panjang.

Rekomendasi ini secara jelas dan gamblang mencanangkan kemungkinan ekploitasi
ekonomi Rusia yang sepenuhnnya diprioritaskan demi kelangsungan hidup
militer Jerman di Rusia, dan hanya bila ada surplus, baru kelebihannya
akan dikirim ke Jerman sebagai jarahan perang.

Eksploitasi ekonomi Rusia hanyalah disiapkan dalam kondisi pemenuhan kebutuhan
logistik pada tahun ketiga di front timur sebagai antisipasi
kemungkinan perang panjang, dan BUKAN berupa rencana penjarahan
sistematis seperti yang diceritakan versi resmi sejarah PDII yang umum
kita ketahui.

"Apabila harus ada perang di Eropa.. Saya berharap Jerman dan Rusia yang melakukannya..", (WINSTON CHURCHILL)

Pada permulaan tahun 1941, seorang bangsawan Inggris yang bernama Lord
Charles Bedstone memprakarsai pertemuan antara dirinya dengan Hermann
Göring. Dalam pertemuan yang dirahasiakan tempat dan waktunya dari pers
ini, Lord Charles yang mengaku telah mendapat restu dari Churchill,
menawarkan Göring akses ke pengadaan mineral strategis "TUNGSTEN" untuk
Jerman (Tungsten adalah bahan baku penting untuk campuran metal dalam
produksi proyektil penembus baja), dengan syarat Jerman harus membuka
front timur (berperang dengan Uni Soviet) dan menjatuhkan Komunis.

SEBUAH DIARI DARI KOLONEL-JENDRAL FRANZ HALDER, yang kemudian diterbitkan
menjadi sebuah buku, menulis tentang Operasi Barbarossa: "Kampanye
militer di Rusia ini adalah murni operasi militer, dimana dua angkatan
bersenjata akan bertemu di garis depan, yang akan dieksekusi dalam
rencana presisi untuk mengepung pasukan lawan menggunakan kendaraan
lapis baja, didudukung oleh infantry yang datang dari belakang
melindungi barisan depan dengan menyapu bersih kantong-kantong
perlawanan yang terlewati oleh serangan cepat."

KESIMPULAN:
Apakah kita masih bisa dengan jujur percaya bahwa Stalin tidak tahu
menahu tentang serangan Jerman sampai semua hampir terlambat? Apa kita
masih bisa menikmati versi cerita tentang Rusia yang kebakaran jenggot
dan kocar-kacir oleh hadiah kejutan dari Jerman?

Operasi Barbarosa sama sekali BUKAN dilatar-belakangi oleh kebutuhan perluasan
wilayah Jerman (Lebensraum) yang mendesak, dan sama sekali bukan karena
sifat barbarisme bangsa Jerman yang menginginkan penjarahan sistematis
terhadap sumber daya mineral Rusia yang kaya. Operasi Barbarosa adalah
keputusan taktis yang diambil dalam keadaan genting sebagai reaksi
cepat mengantisipasi eskalasi politik yang memanas disebabkan oleh
aktivitas militer Uni Soviet yang mengancam tak hanya stabilitas
politik dan keamanan Eropa Timur dan Balkan, tapi juga seluruh Eropa
(termasuk Inggris).

Namun kenapa fakta-fakta ini disembunyikan dari kita? Mengapa mereka harus
membuat sebuah cerita baru yang sama sekali menyimpang dari apa yang
sebenarnya terjadi, lalu mensahkannya menjadi versi "resmi" sejarah
yang kemudian disajikan kepada kita?

Kenapa tidak berkata jujur? Dan menulis apa adanya, bahwa Operasi Barbarosa
adalah perang yang dikobarkan Jerman didukung penuh oleh "Koalisi
Kapitalisme" (yang terdiri dari konglomerasi Amerika dan kerajaan
Inggris) untuk menumbangkan setan komunis yang mengancam bukan saja
negara kedaulatan Jerman, tapi juga kedaulatan kerajaan bisnis para
raksasa konglomerat dunia. Salahkah bila sejarah ditulis seperti ini?

Sumber :


- "Nazi Conspiracy and Aggression Vol. VI", Seekriegsleitung Report
C-170: a file on Russo-German Relations Found in the files of High
Command of the Navy (US Government Printing Office, 1946)

- "Department of Army Pamphlet No.20-225" (Washington DC, 1956)

- "Tagliche Aufzeichnungen des Chefs des Generalstabes des Heeres
1939-1942", Diary of General Franz Halder (Kohlhammer Verlag, 1962), by
Hans-Adolf Jacobsen

- "Operation Barbarossa: Strategy and Tactics on the Eastern Front, 1941" (Presidio Press 1984),    by Bryan Fugate

- "Churchill's War" (Avon Books, 1987), David Irving

- "David Rockefeller: Memoirs" (Random House NY), David Rockafeller

- "Conjuring Hitler", How Britain And America Made the Third Reich (Pluto Press), Guido Giacomo Preparata PhD

No comments:

Post a Comment