Tuesday, August 2, 2011

Theseus: Biografi Raja dan Pahlawan Athena bagian 1

I. Kelahiran Theseus

Aegeus, keturunan raja pertama Athena, sudah bertahun-tahun menikah tetapi masih belum memiliki keturunan. Khawatir takhtanya akan direbut oleh saudara-saudaranya bila tidak ada pewaris, ia kemudian pergi ke Delphi untuk bertanya kepada orakel dan jawaban pendeta Apollo adalah:

“Penguasa manusia, jangan membuka kantung anggurmu sebelum engkau mencapai tempat tinggi di Athena”

Theseus dan Minotauros

Karena tidak mengerti maksud kata-kata orakel, Aegeus memutuskan untuk menemui Medea, tukang sihir yang telah dibawa oleh Iason (Jason) dari Kaukasus beberapa tahun lalu. Karena bersalah melakukan perbuatan keji, Medea diasingkan dan sekarang tinggal di sebuah gubuk reot di luar kota Korinthos.

Walaupun Medea adalah penyihir dan peramal paling hebat di dunia, tetapi ia tidak mampu mencerna makna kata-kata itu, yang ia tahu adalah Aegeus tidak akan bisa melahirkan keturunan. Maka Medea berkata, “Aku dapat memberimu keturunan tetapi melalui sihir. Sebagai imbalannya jadikanlah aku istrimu dan ratu Athena.”

Aegeus menyanggupinya dan Medea berpesan agar Aegeus pulang sendirian dan harus melewati kota Troizenos (Troezen). Medea akan menyusulnya ke Athena setelah ia mengerjakan mantra-mantra sihirnya.

Awalnya Aegeus ragu-ragu akan maksud Medea tetapi ia berpikir seandainya ia memilih pulang lewat Troizenos, ia bisa bertanya maksud orakel pada Pittheus, putra Pelops, manusia paling bijak yang pernah lahir di dunia.

Di Troizenos, Pittheus menyambut Aegeus dengan hangat dan setelah merenungkan kata-kata orakel dengan cermat, ia mendapatkan maknanya: Aegeus akan dikaruniai pewaris takhta yang akan menjadi pahlawan Athena dan namanya akan dikenang sepanjang sejarah.

Tetapi di balik itu Pittheus mempunyai maksud tersembunyi: putri tunggalnya, Aithra, sewaktu kecil pernah dijanjikan akan dinikahkan dengan Bellerophon. Tetapi sebelum pernikahan berlangsung Bellerophon pergi ke Lykia dan tidak pernah terdengar lagi kabarnya. Menurut adat Yunani pada zaman itu, seorang gadis yang telah dijanjikan untuk dinikahkan dengan seorang laki-laki tidak boleh menikahi laki-laki lain.

Walaupun Aithra tidak pernah menikah tetapi setidaknya ia bisa memiliki keturunan dan keturunannya adalah pahlawan Yunani seperti yang dikatakan orakel, pikir Pittheus. Ia lalu mengajak Aegeus untuk minum anggur sampai mabuk hingga akhirnya Aegeus melewatkan malam di kamar Aithra.

Keesokan harinya, Aegeus mendapati dirinya berada di kamar Aithra dan karena ia yakin Aithra akan mengandung anaknya, ia lalu menaruh pedang dan sandal miliknya di bawah sebongkah batu besar. Sebelum pulang, ia berpesan pada Aithra bila anaknya sudah cukup dewasa, ia harus mengangkat batu besar itu, mengambil pedang dan sandal didalamnya serta pergi ke Athena untuk menemui Aegeus. Pedang dan sandal itu adalah bukti bahwa orang yang membawanya kelak adalah putra Aegeus.

Benarkah anak yang dikandung Aithra benar-benar darah daging Aegeus? Bukankah Aegeus telah divonis mandul dan tidak mempunyai anak?

Yang tidak diketahui oleh Aegeus, bahwa malam itu juga Athena mendatangi Aithra dalam mimpi dan menyuruhnya pergi ke Sphairia, pulau di lepas pantai Attika. Aithra menuruti kata-kata sang dewi dan disana telah menunggu Poseidon yang kemudian membawanya ke dalam sebuah gua untuk bercinta dengan Aithra. Dan sihir Medea kemudian bekerja: Aegeus memang tidak akan pernah bisa memiliki anak, tetapi penerus takhta Athena telah ditakdirkan akan lahir. Sembilan bulan kemudian di dalam gua itu, Aithra melahirkan seorang anak laki-laki, putra Poseidon, yang diberi nama Theseus.

II. Perjalanan Theseus ke Athena

Theseus dibesarkan di Troizenos dengan bimbingan ibunya, Aithra. Sejak dari kecil, keberanian dan kekuatan putra Poseidon itu sudah melebihi anak-anak seusianya. Ayah Aithra, Pittheus juga mengajari Theseus kecil dengan kesusastraan, ilmu alam, seni dan latihan atletik sehingga Theseus tumbuh menjadi anak muda yang kuat dan cerdas.

Peta Yunani Selatan: Lokasi Troezen (Troizenos) dan Athena

Saat Theseus berumur enam belas tahun, Aithra membawanya ke sebuah batu besar, tempat dimana dulu Aegeus mengubur pedang dan sendalnya, yang harus Thesesus bawa ke Athena sebagai bukti ia adalah putra Aegeus. Theseus berhasil menggeser batu besar yang berat itu dengan mudah dan menemukan pedang dan sandal milik Aegeus. Aithra mengusap air matanya yang menetes, inilah saat dimana ia harus melepaskan putra satu-satunya itu.

Di zaman itu, jalan darat anatara Troizenos dan Athena sangat berbahaya karena dihuni banyak perampok yang tak segan-segan menghabisi siapapun yang melewati jalan itu. Pittheus menyarankan agar Theseus pergi ke Athena melalui laut tetapi ditolak oleh Theseus yang bersikeras lewat jalan darat. Setelah berpamitan dengan ibunya dan kakeknya, Theseus berangkat menuju Athena dengan berjalan kaki sambil membawa pedang Aegeus.

Saat Theseus akan memasuki kota Epidaurus, ia bertemu dengan bandit bernama Periphetes. Ia dijuluki Si Penggodam karena ia menggunakan sebuah gada besar yang terbuat dari perunggu untuk menghabisi setiap pejalan kaki yang melintasi tempat tersebut. Tetapi ketika Periphetes menyerang Theseus, pemuda itu menghindar dan dengan cepat merebut gada dari tangan bandit itu. Cukup sekali hantaman yang cukup keras dari Theseus dan Periphetes tergeletak tak bernyawa lagi.

Ketika Theseus sampai di Korinthos, ia melewati jalan melalui hutan pinus dan disana ia bertemu seorang bandit bernama Sinis yang dijuluki Penekuk Pinus. Siapapun yang lewat hutan itu akan ditangkap dan kedua tangan serta kakinya akan diikat ke dua pohon yang berbeda. Ia kemudian menekuk kedua pohon itu dengan kekuatan ototnya dan dengan cepat melepaskannya sehingga tubuh korbannya akan terlontar dan robek menjadi dua. Theseus yang mengetahui cara Sinis membunuh korban-korbannya merebut tali dari pinggang Sinis, memegangnya kuat-kuat sambil menekuk dua pohon dan mengikat tangan dan kaki bandit kejam itu. Dengan cepat, Theseus melepaskan kedua pohon itu bersamaan dan Sinis mati dengan cara yang sama seperti korban-korbannya.

Di sebuah desa bernama Kromium, Theseus mendapat laporan dari penduduk setempat bahwa seekor babi hutan luar telah menghancurkan ladang dan seluruh isinya. Babi hutan ini bukanlah babi hutan biasa, tetapi anak dari Typhon dan Ekhidna yang mengerikan. Thesus berhasil membunuh babi hutan itu dan seluruh penduduk desa berterimakasih kepadanya.

Theseus kembali melanjutkan perjalanan dan ia sampai di sebuah tempat yang disebut Jalur Berbahaya atau Tebing Skiron. Tempat ini di zaman itu sangat berbahaya karena hanya jalan setapak yang dipahat di tebing batu gunung dan dibawahnya jurang terjal yang langsung mengarah ke laut. Di tempat sempit itu berdiam Skiron, bandit yang memaksa siapapun yang lewat untuk duduk dan membasuh kaki bandit itu dengan punggung menghadap ke jurang. Setelah si korban membasuh kaki Skiron, maka penjahat kejam ini akan menendangnya jatuh ke laut dimana seekor kura-kura raksasa telah menunggu untuk menelan mangsanya. Theseus yang berpura-pura akan membasuh kaki Skiron, mencengkeram kaki bandit itu demikian kuat dan melemparkannya ke jurang. Kura-kura raksasa di bawah jurang telah menunggu dan menelan Skiron dengan lahap.

Sebelum memasuki kota Eleusis, Theseus berhadapan dengan pegulat tangguh bernama Kerkion yang tak terkalahkan. Begitu hebatnya Kerkion, sampai-sampai semua lawannya menemui ajal di tangannya. Tetapi kali ini lawannya adalah Theseus, putra Poseidon, yang begitu kuat dan berani. Ia melemparkan tubuh Kerkion ke udara dan membantingnya ke tanah hingga mati.

Setelah melewati Eleusis, Theseus mendaki gunung Aegaleo dan menuju Koridalos, tak jauh dari Athena. Di tempat ini Theseus bertemu bandit terakhir bernama Prokrustes yang memaksa setiap pejalan kaki untuk berbaring sebentar di dua ranjangnya, yang satu besar dan yang lainnya kecil. Untuk orang yang tubuhnya besar, Prokrustes akan membaringkannya di ranjang yang kecil, mengikat badannya dan akan memotong bagian tubuh si korban yang melebihi ranjangnya dengan gergaji. Bila yang datang orang yang bertubuh kecil, Prokrustes akan mengikatnya di ranjang yang besar dan menarik kaki-kaki si korban dengan seluruh tenaga sampai korbannya mati kesakitan. Theseus tidak membuang-buang waktu menghadapi bandit bertubuh tinggi besar ini, ia menaklukkannya, mengikatnya di ranjang yang kecil dan melakukan hal yang sama seperti Prokrustes menghabisi korban-korbannya.

Setelah tindakan Theseus itu, jalan darat antara Troizenos dan Athena bebas dari para perampok sehingga pejalan kaki yang melewati jalan itu tidak khawatir dan bisa bepergian dengan aman. Inilah salah satu jasa sang pahlawan Theseus. Tak lama Theseus berjalan, ia melihat Akropolis dengan kuil Athenanya yang rupawan berdiri dengan megah di puncaknya. Kota Athena sudah dekat dan Theseus mempercepat langkahnya.

III. Pertemuan Theseus dengan Aegeus

Di pinggiran kota Athena terdapat sejumlah rumah kecil yang didiami orang-orang Phitalid, kaum pekerja keras yang hidup sederhana. Mereka adalah keturunan Phitalus yang konon pernah menjamu Demeter di rumahnya saat dewi itu berkelana mencari putrinya Persephone yang diculik Hades. Kehangatan dan keramahan Phitalus saat menjamu tamu-tamunya masih mengalir dalam darah keturunannya. Mereka tidak akan membiarkan para pengelana lewat tanpa mengundangnya untuk berisitirahat dan menjamu mereka. (Dalam adat istiadat Yunani Kuno ada aturan keramah tamahan bagi setiap orang untuk menjamu setiap pelancong yang lewat)

Medea dan Naganya chariot

Demikian juga Theseus yang melintasi tempat tersebut, ia disediakan tempat untuk beristirahat dan diberi jamuan makan. Theseus kemudian menceritakan darimana asalnya dan bagaimana ia sampai di Athena setelah melewati jalan yang dulunya penuh dengan perampok, tetapi kini telah ia amankan. Orang-orang Phitalid kagum mendengarnya dan menawarkan untuk menyucikan kembali Theseus dari dosa pembunuhan berdarah.

Setelah Theseus dimandikan di sungai Kephisos dan diberi baju bersih, ia meninggalkan kediaman orang-orang Phitalid dan berjalan masuk ke dalam kota Athena. Sementara, kabar ada anak muda yang telah menumpas habis para bandit dengan cepat menyebar ke seluruh kota dan sampai ke telinga Aegeus, sang raja Athena. Saat Theseus sampai di istananya, ia telah bersiap menyambut kedatangan pemuda yang ia tidak tahu adalah putranya sendiri. Lagipula, Aegeus tidak pernah mendengar kabar Aithra benar-benar melahirkan anaknya atau tidak.

Tetapi Medea yang kini sudah menjadi ratu Athena dan istri Aegeus, mengetahui siapa Theseus sebenarnya. Dan kalau sampai Theseus diangkat menjadi raja Athena, Medea tidak akan bisa memerintah Athena yang ia sudah idam-idamkan sebelumnya. Dengan licik, Medea membohongi Aegeus dengan mengatakan Theseus adalah mata-mata yang dikirimkan oleh keluarga Pallas, saudara Aegeus yang juga mengincar takhta Athena, untuk membunuhnya. AgarAegeus selamat dari pembunuhan, Medea akan menaruh beberapa tetes racun serigala, racun yang paling mematikan, di cawan tempat minum Theseus.

Aegeus menyetujui rencana Medea, tetapi entah kenapa hatinya merasa tidak tenang sehingga ia tidak berani memandang Theseus secara langsung walaupun pemuda itu duduk tepat di sampingnya. Saatnya tiba untuk minum bersama dan adat pada zaman itu mengharuskan semua orang untuk mengangkat cawannya sebelum minum, termasuk Theseus.

Setelah bersulang, Theseus kemudian menurunkan cawannya dan mendekatkannya ke bibirnya. Aegeus semakin merasa tidak nyaman dan Medea melirik Theseus dengan senyum kemenangan. Tetapi Aegeus yang salah tingkah menghentikan cawan Theseus tepat sebelum ia meneguknya. Pemuda itu tak habis pikir kenapa raja Athena itu tampak begitu gelisah. Ia memutuskan untuk menaruh cawan yang belum sempat diteguknya dan mengeluarkan pedang yang ia bawa sebagai bukti ia adalah putra Aegeus.

Aegeus melihat pedang itu dan tercengang kaget. Pedang itu adalah pedang yang telah disembunyikannya bertahun-tahun lampau di bawah sebongkah batu besar di Troizenos setelah ia melewatkan malam bersama Aithra. Ia melirik sandal yang dipakai Theseus dan ia mengenali sandal yang dipakai pemuda itu. Aegeus segera menepis cawan Theseus hingga jatuh ke lantai dan memeluk pemuda itu erat-erat. Kali ini ia tidak ragu lagi bahwa Theseus benar-benar putranya.

Sementara itu Medea menjerit dan langsung berlari ke luar istana, menghilang dari pandangan. Sejak saat itu kabar mengenai dirinya tidak pernah terdengar lagi di Athena. Semua telah berakhir untuknya dan semua orang tidak mempedulikannya karena tidak ada yang menyukai penyihir itu.

Kemudian, di hadapan seluruh rakyatnya, Aegeus mengumumkan bahwa Theseus adalah putranya yang akan mewarisi takhta Athena. Dan pesta besar selama berhari-hari diselenggarakan di Athena untuk merayakan kedatangan pahlawan perkasa dan calon raja Athena ini.

IV. Theseus dan Hekale

Marathon, kota yang terletak tidak jauh dari Athena, dihantui oleh seekor banteng liar dari Kreta (Tauros Kretaios) yang telah membunuh ratusan orang. Makhluk itu berukuran lebih besar dari banteng biasa dan merupakan banteng yang dulu dibawa oleh Herakles dari Kreta ke Mykena. Tetapi Erystheus, raja Mykena yang penakut, telah melepasnya dan saat ini banteng itu menyebarkan teror di Marathon, membunuh siapapun yang ditemuinya.

Theseus dan Banteng Kreta

Tidak ada seorangpun yang berani menangkap hidup-hidup banteng itu kecuali Theseus, tetapi Aegeus yang amat sayang pada putranya itu melarangnya pergi ke Marathon. Hingga suatu hari seorang penjaga tua berkata-kata pada raja Athena itu, “Memperlihatkan cinta seorang ayah bukan dengan semata-mata mendudukkan anaknya di kursi empuk, melainkan dengan mengagumi tindakan-tindakan beraninya.” Merasa kata-kata itu benar, akhirnya sang raja mengizinkan Theseus pergi ke Marathon.

Dalam perjalanan, Thesesus bertemu seorang wanita tua bernama Hekale yang tinggal sendirian di sebuah gubuk reot di kaki gunung Pentelikon. Wanita tua itu mengajak Theseus makan bersama di dalam gubuknya dengan sajian ala kadarnya dan Theseus menceritakan tujuannya pergi ke Marathon. Hekale tahu tugas itu terlampau sulit dan ia sangat berat untuk melepas kepergian Theseus. Meskipun miskin, tetapi ia berjanji akan mengorbankan seekor biri-biri jantan untuk Zeus apabila Theseus kembali dengan selamat. Ketika Theseus pamit, Hekale mengelus pipinya dan menciuminya seolah-olah Theseus anaknya sendiri dengan mata berair.

Seperti Herakles, akhirnya Theseus berhasil mengalahkan banteng itu dengan kekuatan tangannya, menangkapnya hidup-hidup dan mengikatnya erat-erat. Ia kemudian membawa banteng itu ke Athena dan mempersembahkannya kepada dewi Athena, dewi pelindung kota tersebut. Semua penduduk Athena bertambah kagum melihat keperkasaan Theseus, pahlawan dan calon raja mereka.

Lalu bagaimana dengan Hekale yang berjanji akan mengurbankan seekor biri-biri jantan bila Theseus selamat? Wanita tua itu tidak pernah melaksanakan janjinya, karena sebelum Theseus kembali, ajal telah datang lebih dulu menjemputnya. Theseus tak akan melupakan kebaikan hati Hekale dan saat ia menjadi raja Athena, ia pergi ke gubuk reot kediaman Hekale dulu dan di tempat tersebut ia membangun kuil yang diberi nama kuil Zeus Hekaleios. Ia juga menyelenggarakan pertandingan olahraga Hekaleia untuk menghormati wanita tua itu.

Dan apa yang sudah diberikan Hekale kepada Theseus? Tidak ada sama sekali… tetapi setetes air mata dan belaian halus di pipi dengan tulus terkadang lebih berarti dari materi dan Theseus menyadari hal itu. Nama Hekale tidak akan pernah dilupakan orang karena ribuan tahun telah berlalu dan daerah tempat nenek tua itu tinggal masih bernama Hekale sampai sekarang.

Tiga tahun sebelum kedatangan Theseus, di Athena sedang diselenggarakan kontes atletik besar-besaran. Di antara peserta lomba hadir Androgenos, putra raja Kreta yang perkasa. Ia ikut ambil bagian dalam setiap nomor perlombaan dan selalu menjadi pemenangnya. Orang orang Athena dan raja Aegeus sangat kesal terhadap Androgenos hingga Aegeus menantangnya untuk membuktikan kekuatannya dengan membunuh banteng Marathon, yang saat itu masih hidup dan berkeliaran. Androgenos menjawab tantangan itu tetapi naas, ia menemui ajal saat bertarung dengan monster itu.

Kabar kematian putranya yang disebabkan oleh orang-orang Athena sampai di telinga Raja Minos. Ia sangat murka dan menyiapkan pasukan untuk berperang. Mereka mendarat di Phaleron, pelabuhan Athena dan segera menuju pusat kota. Warga Athena yang lemah dan tidak siap menghadapi serbuan tentara Kreta memilih berlindung di balik tembok kota.

Tentara Minos mengepung kota itu selama berbulan-bulan hingga kelaparan dan wabah penyakit mulai menyerang penduduk Athena. Dengan putus asa, mereka bertanya kepada orakel dan menurut orakel warga Athena telah bersalah atas kematian Androgenos, putra Minos. Pengepungan oleh tentara Kreta akan berhenti bila mereka menuruti apapun keinginan raja Minos.

Dan permintaan raja Minos adalah: setiap tahun selama sembilan tahun, warga Athena harus menyerahkan tujuh orang pemuda dan tujuh orang gadis untuk menjadi santapan Minotauros di Kreta. Minotauros adalah monster mengerikan pemakan manusia berkepala banteng bertubuh manusia yang tinggal di dalam Labyrinth, bangunan rumit dengan banyak lorong dan pintu. Siapapun yang masuk ke dalamnya tidak akan bisa menemukan jalan keluar karena begitu rumitnya bangunan itu.

V. Theseus Berangkat ke Kreta

Saat-saat penyerahan tujuh pemuda dan tujuh gadis telah dekat dan Theseus tidak mengetahui hal ini sebelumnya karena selalu dirahasiakan oleh Aegeus, yang amat sayang pada putranya itu. Tetapi wajah-wajah muram penduduk Athena mengundang Theseus bertanya-tanya dan setelah menemukan penyebabnya ia menemui Aegeus untuk mengizinkannya menjadi salah satu dari pemuda yang dikirim ke Kreta. Aegeus sangat sedih karena ia tahu putra kesayangannnya tidak akan kembali lagi tetapi ia tidak berdaya untuk menahannya.

Tetapi Theseus yakin ia mampu mengalahkan Minotauros dan menyelamatkan kota Athena dari teror tersebut. Ia memilih dua orang pemuda Athena terkuat untuk didandani seperti gadis dan menukar kedua pemuda itu dengan dua gadis lain yang dipulangkan ke rumah mereka.

Sebelum berangkat Theseus bertanya kepada orakel dewa mana yang harus ia beri persembahan dan menurut orakel sang dewi cinta, Aphrodite, yang akan membantunya. Lalu Theseus mengorbankan seeekor domba dan berdoa kepada sang dewi untuk membantunya.

Aegeus melepas kepergian putranya itu dengan memberikan layar putih kepada Theseus dan berpesan apabila ia kembali dengan selamat, ia harus memasang layar putih itu di tiang kapal sebagai pertanda. Sementara kapal yang dinaiki Theseus beserta gadis-gadis dan pemuda lainnya berangkat menuju Kreta dengan layar hitam, sebagai tanda berkabung dan kematian, seperti tahun-tahun sebelumnya.

Raja Minos sudah menanti kedatangan mereka di pantai Kreta dan ia mencermati semua pemuda dan gadis Athena itu dengan hati-hati, tetapi penyamaran Theseus begitu rapi sehingga Minos tidak menyadari ada dua orang pemuda yang didandani seperti perempuan di tengah kerumunan gadis-gadis.

Di antara rombongan Minos, ada seorang gadis cantik yang tidak pernah mengalihkan pandangannya pada Theseus. Eros, telah menancapkan panah cintanya kepada gadis itu dan hatinya begitu terbakar asmara oleh api cinta yang dinyalakan Aphrodite. Gadis itu bernama Ariadne, putri raja Minos sendiri, yang saat itu juga telah jatuh cinta pada Theseus.

Saat mengetahui ayahnya memilih Theseus yang akan dikorbankan pertama kali, Ariadne tak mampu lagi menahan kesedihannya. Ia tidak rela melihat pemuda yang dicintainya menjadi santapan Minotauros. Ia bertanya kepada Daidalos, sang perancang Labyrinth, untuk mencari cara bagaimana meloloskan Theseus dari maut.

Daidalos, yang merancang istana megah Minos dan Labyrinth, aslinya adalah orang Athena. Ia juga begitu sedih melihat setiap tahun kota Athena diwajibkan menyerahkan tujuh pemuda dan tujuh gadis untuk dikorbankan pada Minotauros. Ia mengetahui Theseus ada di salah satu rombongan pemuda Athena dan ia yakin Theseus akan sanggup membunuh Minotauros. Tetapi pertanyaannya adalah: bagaimana Theseus keluar dari Labyrinth? Seseorang bisa dengan mudah masuk ke Labyrinth sampai ke pusatnya tetapi tidak akan pernah bisa dapat keluar lagi karena konstruksi Labyrinth sangat membingungkan yang akan membuat orang hanya berputar-putar di dalamnya tanpa pernah menemukan jalan keluar.

Labyrinth

Tetapi setelah berpikir sesaat, Daidalos menemukan cara bagaimana Theseus bisa menemukan pintu keluar. Ia menitipkan gulungan tali kepada Ariadne dan sebilah pedang untuk diberikan kepada Theseus secara diam-diam. Dengan gulungan tali yang diulur dari pintu masuk sampai sepanjang lorong Labyrinth, Theseus tinggal mengikuti gulungan tali tersebut sampai ke pintu keluar. Ariadne sangat gembira dengan pemecahan yang cerdas dari Daidalos. Setelah berterimakasih, ia segera menemui Theseus tanpa diketahui para penjaga dan memberikan gulungan tali beserta sebilah pedang itu.

Inilah pertolongan yang diberikan sang dewi cinta, Aphrodite. Theseus yang terpukau oleh keberanian dan kecantikan Ariadne seketika jatuh cinta kepada gadis itu. Ia berjanji untuk membawa serta Ariadne ke Athena dan menikahinya karena Minos pasti akan sangat murka bila ia tahu putrinya membantu tawanan dari Athena lolos.

Keesokan harinya saat ia dimasukkan ke dalam Labyrinth, ia mengikatkan ujung tali di pintu masuknya dan mengulur tali kemana pun ia melangkah. Di dalam lorong-lorong Labyrinth yang menyesatkan itu, Theseus kadang berbelok ke kanan, kadang ke kiri, bahkan kembali lagi ke tempatnya yang tadi, kemudian kadang menanjak ke atas, atau ke bawah. Semakin ia berjalan masuk ke dalam Labyrinth, suasananya semakin mencekam.
Bersambung...








No comments:

Post a Comment