Tuesday, August 2, 2011

Theseus: Biografi Raja dan Pahlawan Athena bagian 2

heseus mendapat giliran pertama yang akan menjadi santapan Minotauros di Labyrinth, tetapi Ariadne, putri Minos jatuh cinta kepadanya. Ia memberikan pedang dan seikat tali untuk membantu Theseus keluar dari Labyrinth.

VI. Theseus dan Minotauros

Saat Theseus menyusuri lorong-lorong dalam Labyrinth yang makin pekat, tiba-tiba di depannya sudah berdiri sosok manusia berkepala banteng. Dialah Minotauros yang melenguh keras dengan bunyi mengerikan.

Dengan kalap, Minotauros menyerang Theseus bertubi-tubi menggunakan kedua tanduknya, tetapi Theseus cukup lincah berkelit menghindari serangan-serangan monster itu. Saat Minotauros hendak menarik nafas sejenak, Theseus tak melewatkan kesempatan begitu saja. Ia menggenggam kedua tanduk Minotauros, menekannya ke bawah dengan kekuatan luar biasa dan menghunjamkan pedangnya ke tubuh si monster. Minotauros terjerambab ke tanah dengan tubuh bersimbah darah, dan tak bergerak lagi.

Theseus menyeka keringat di dahinya dan setelah tahu monster itu benar-benar tak bernyawa, ia mencari jalan keluar dari Labyrinth dengan mengikuti arah gulungan tali yang telah ia urai sepanjang perjalanan.

Dengan cepat, Theseus menemukan pintu keluar Labyrinth dan disana telah menunggu Ariadne, putri Minos dengan wajah cemas. Tetapi begitu melihat Theseus berhasil keluar dengan selamat, Ariadne segera memeluk pemuda yang dicintainya itu dengan air mata bahagia.

Bersama dengan Ariadne, Theseus mencari teman-temannya yang lain yang disekap dan diawasi oleh beberapa orang penjaga. Ia bersiul tiga kali sebagai tanda waktunya untuk meloloskan diri dan pemuda-pemuda Athena itu mendobrak pintu penjara secara serempak. Para penjaga panik dan mereka tidak berdaya melawan enam pemuda Athena itu yang terbantu oleh dua pemuda berbadan besar yang sebelumnya didandani seperti wanita. Kemudian mereka berlarian menuju pantai dimana kapal yang membawa mereka ke Kreta berlabuh.

Sama sekali tidak tampak satupun prajurit Kreta di pantai tersebut, dan sebelum mereka berangkat dengan cerdik Theseus melubangi lambung kapal-kapal Kreta yang sedang tertambat di pantai itu sehingga tidak akan ada prajurit-prajurit Kreta yang bisa mengejar mereka. Dengan bersemangat, Thesus dan kawan-kawannya menaikkan layar hitam di kapal mereka dan berlayar kembali ke Athena.

Ketika Minos mengetahui apa yang terjadi, ia sangat murka dan mengamuk, tidak saja karena Theseus telah membunuh Minotauros dan karena putrinya sendiri ikut membantu meloloskan para tahanan, tetapi Theseus juga ikut membawa kabur putri kesayangannya itu! Raja Minos memerintahkan untuk melakukan pengejaran, tetapi semua kapal-kapalnya berlubang dan tidak dapat berlayar. Akhirnya, karena sadar bahwa ini adalah kehendak para dewa, Minos kembali ke istananya dengan menahan kecewa.

Sementara, kapal yang membawa Thesus dan dinahkodai oleh seorang pelaut dari kepulauan di dekat Athena itu berlayar dengan tenang ke utara hingga ke pulau Dia (Naxos). Mereka beristirahat dan bermalam di pulau itu. Menjelang fajar, Dionysos, dewa anggur, mendatangi Theseus dan menitahkan agar Theseus segera berangkat sebelum matahari terbit, kecuali Ariadne. Ia harus meninggalkan Ariadne sendirian di pulau itu.

“Ini adalah kehendak Zeus sendiri,” demikian kata Dionysos.

Theseus, Athena, Dionysos dan Ariadne

Tak berani menentang kehendak para dewa, Theseus dengan sedih membangunkan teman-temannya dan diam-diam berlayar tanpa sepengetahuan Ariadne yang masih tertidur pulas di pantai pulau itu. Saat Ariadne terbangun, ia tidak menjumpai seorangpun di pantai sepi itu dan kapal yang membawa mereka tidak ada di tempatnya semula. Ia segera menyadari Theseus telah membohonginya dan air matanya mengalir. Saat itulah tiba-tiba Dionysos muncul di hadapannya. “Ini bukanlah salah Theseus. Akulah yang memrintahkannya untuk pergi berlayar meninggalkanmu disini. Karena Zeus, raja para dewa dan manusia, memutuskan kau harus menjadi istriku.”

Dan, akhirnya Ariadne menjadi istri Dionysos, yang berambut emas. Sementara itu di Athena, Raja Aegeus tanpa henti memikirkan nasib putra kesayangannya, Theseus. Ia tidak bisa tidur dan memutuskan untuk menetap di Tanjung Sounion yang berhadapan langsung dengan laut. Setiap hari ia duduk di karang tinggi sambil mengamati cakrawala, berharap kapal yang membawa Theseus ke Kreta kembali dengan layar putih.

Hari demi hari Aegeus tua menanti Dan suatu hari ia melihat titik hitam kecil di cakrawala, yang tampaknya sebuah kapal dengan layar hitam. Ia tidak mempercayai penglihatannya, tetapi begitu titik hitam itu makin mendekat dan menunjukkan bentuk kapal yang dikenalnya dengan layar hitam, Aegeus menjadi hilang akal. Ia memandang kapal berlayar hitam itu untuk yang terakhir kalinya dengan mata nanar, hatinya hancur tak sanggup menahan derita lagi, ia melemparkan tubuhnya dari karang tinggi Sounion ke ombak berbuih di bawahnya.

Theseus yang terlalu gembira dengan keberhasilannya membunuh Minotauros, tampaknya melupakan pesan ayahandanya sebelum berangkat: “Kalau kau berhasil membunuh Minotauros, pasanglah layar putih ini di kapal yang akan membawamu pulang, sebagai pertanda kau selamat”.

Sejak saat itu laut dimana Aegeus terjun ke dalamnya diberi nama Laut Aegea untuk mengenang raja besar Athena itu.

VII. Theseus menjadi raja Athena

Setelah Aegeus meninggal dunia karena bunuh diri, Theseus diangkat menjadi raja Athena. Ia memerintah dengan bijak dan penuh cinta serta membela kaum miskin dan lemah. Konon Theseus lah yang pertama kali mengajarkan rakyat Athena untuk mengambil keputusan sendiri, karena ia sendiri membenci tirani. Ia juga mempersatukan kota dan desa di sekitar Athena di bawah satu pemerintahan sehingga Athena berdiri sebagai Negara kesatuan Athena, yaitu gabungan dari kota-kota di wilayah Attika.

Zeus menyamar sebagai Satyr dan Antiope,
Yunani-Romawi mosaik, Gaziantep Museum

Seperti halnya Herakles yang mendirikan Perlombaan Olimpiade untuk menghormati ayahnya, Zeus, Theseus juga memulai Perlombaan Isthmia, festival olahraga dan kesenian yang diadakan setiap tiga tahun sekali di Isthmus, Korinthos, sebagai penghormatan kepada Poseidon, yang konon adalah ayah Theseus.

Raja baru Athena ini pecinta perdamaian dan seorang pemberani. Ia bergabung dengan Jason dan para Argonot untuk mencari bulu domba emas, lalu ikut serta dalam perburuan babi hutan Kalydonia serta menemani Herakles berpetualang di negeri orang-orang Amazon. Karena keberaniannya itu, tidak heran bila orang-orang Athena menyejajarkan Theseus dengan Herakles, pahlawan terbesar Yunani.

Dalam perjalanannya ke negeri orang Amazon yang semua penduduknya wanita, Theseus menawan Antiope, satu dari tiga ratu Amazon dan membawanya ke Athena. Tapi ia tidak memperlakukannya sebagai budak, karena ia jatuh cinta kepada Antiope dan menikahnya. Dari pernikahannya dengan Antiope, Theseus melahirkan seorang putra tampan bernama Hippolytus.

Antiope hidup berbahagia dengan Theseus di Athena, tetapi nun jauh di negeri Amazon, rakyat disana khawatir memikirkan nasib sang ratu dan memutuskan untuk menyerang Athena. Mereka berlayar dan mendarat di Athena, lalu menyerbu kota. Serangan mendadak wanita-wanita Amazon yang haus darah ini membuat warga Athena terdesak dan berlindung di balik tembok Akropolis. Disana Theseus menyusun pasukannya dan menyiapkan prajuritnya untuk menyerang balik orang-orang Amazon.

Antiope, walaupun tahu yang menyerang Athena adalah rakyatnya sendiri, ikut bertempur di samping suaminya tercinta. Ia sama sekali tidak menduga rasa cinta kepada sang ratunyalah yang membuat rakyat Amazon menyerang Athena.

Disaat perang berkecamuk, tiba-tiba seorang prajurit berkuda tampan dengan pakaian perang berkilauan menerobos dari balik kerumunan dan menyerbu kearah pasukan Amazon. Ia memacu kudanya sambil menyemangati pasukan Athena tanpa menyadari seorang prajurit Amazon, Molpadia, tengah membidiknya.

Sebatang anak panah dari busur Molpadia melesat dan tepat mengenai dada si penunggang kuda itu, ia terjatuh dari kudanya dan tewas seketika. Segera terjadi pergumulan antara prajurit Amazon dan pasukan Athena untuk memperebutkan mayat itu. Di saat itulah orang-orang Amazon mengenali mayat itu… penunggang kuda itu tidak lain adalah ratu mereka sendiri, Antiope, yang mereka hendak jemput pulang kembali ke negeri Amazon…

Seperti keajaiban, pertempuran mendadak terhenti. Kedua belah pihak sama-sama kehilangan dan menangisi kematian Antiope, yang dulu adalah ratu Amazon dan sekarang menjadi ratu Athena. Antiope dikuburkan di Athena dan orang-orang Amazon pulang ke negeri mereka dengan perasaan duka yang mendalam dan rasa bersalah yang bergelayut di hati mereka masing-masing.

Theseus menangisi kepergian Antiope selama berhari-hari, tetapi kewajibannya sebagai penguasa Athena tidak membolehkannya berlarut-larut dalam kesedihan. Sementara itu di Kreta, Raja Minos telah digantikan oleh putranya, Deukalion, yang sifatnya bertolak belakang dengan ayahnya. Athena berdamai dengan Kreta dan agar persekutuan antar kerajaan bertambah kuat, Deukalion menawarkan adiknya, Phaedra untuk dinikahi oleh Theseus.

Dari istri keduanya ini, Theseus memiliki dua putra, salah satunya bernama Demophon, yang kelak naik takhta menjadi raja Athena. Tetapi pernikahan inipun tidak membawa akhir yang bahagia bagi Theseus, karena rasa iri dan dengki Phaedra terhadap Hippolytus, putra Theseus sebelumnya dengan Antiope. Kisah ini begitu menyedihkan hingga seorang penyair Yunani Euripides mengabadikannya dalam karya tragedinya berjudul “Hippolytus” yang akan saya ceritakan minggu depan.

VIII. Tragedi Hippolytus

Seperti telah kita ketahui di kisah sebelumnya, Theseus memiliki seorang putra dari pernikahannya yang pertama dengan Antiope, yaitu Hippolytus. Setelah Antiope tewas dalam pertempuran dengan wanita-wanita Amazon, Theseus menikah lagi dengan Phaedra, putri Raja Minos.

Setelah pernikahan ayahnya yang kedua, Hippolytus meninggalkan Athena dan menetap di Peloponessos, tempat tinggal kakeknya, Pithias, Raja Troizenos. Pithias menurunkan takhtanya kepada Hippolytus yang mewarisi dua sifat ibunya: mencintai kuda dan memuja dewi Artemis.

Hippolytus mencurahkan hidupnya dengan menjadi pendeta kuil Artemis. Begitu besar rasa hormat serta pengabdiannya pada sang dewi, hingga sang dewi sendiripun turun dari Olympos untuk menemui dan bercakap-cakap dengannya. Hippolytus kadang menemani Artemis menunggang kuda di padang keramat Artemis atau sekedar minum berdua dari mata air sebening Kristal di hutan yang teduh. Dan Hippolytus adalah satu-satunya manusia biasa yang bisa bertemu dan berbicara dengan sang dewi.

Tetapi ada satu dewi Olympos lainnya yang merasa terhina oleh ketulusan Hippolytus kepada Artemis. Ia tidak ingin pemuda itu melewati kuilnya begitu saja tanpa berdoa atau meletakkan persembahan untuknya. Dewi itu adalah Aphrodite yang menunggu saat yang tepat untuk menghukum Hippolytus.

Pada suatu hari, Hippolytus pergi ke Athena untuk menghadiri upacara keagamaan. Aphrodite tahu, ia akan bertemu dengan ibu tirinya, Phaedra yang Aphrodite anggap tepat untuk menghancurkan hidup pemuda itu. Cukup sebatang anak panah dari putra Aphrodite, Eros, dan Phaedra segera melupakan cinta kepada suami dan anak-anaknya begitu melihat Hipploytus. Ia tergila-gila pada pemuda tampan itu dan hatinya berdebar setiap kali ia melihat Hippolytus.

Ketika Hippolytus harus kembali ke Troizenos, Phaedra tidak bisa makan dan tidur memikirkan dirinya hingga tubuhnya kurus dan mukanya pucat. Tak sanggup menahan perasaan cintanya, suatu hari Phaedra memberanikan diri pergi ke Troizenos unuk melihat wajah tampan Hippolytus lagi. Disana, dari dalam kuil Aphrodite, ia mengintip pemuda itu berlatih menunggang kuda tetapi tidak berani menampakkan dirinya dan diam-diam kembali ke Athena.

Beberapa hari kemudian keduanya bertemu kembali saat pesta besar diadakan di Athena. Selama pesta berlangsung jantung Phaedra berdetak keras karena pemuda itu berdiri dekat di sampingnya. Saat pesta selesai, Phaedra menemui Hippolytus untuk mencurahkan isi hatinya dan mengajaknya bersekongkol untuk menggulingkan Theseus dari takhta.

Bagaimana mungkin rencana keji Phaedra bisa diterima oleh pemuda suci seperti Hippolytus? Akankah pemuda itu tega mengkhianati ayahnya sendiri yang juga pahlawan rakyat Athena? Sanggupkah ia mengkhianati Artemis tempat ia mengabdikan seluruh hidup dan jiwanya?

Hippolytus berdiri terpaku di tempatnya dan melemparkan pandangan dingin ke arah Phaedra dan menolak mentah-mentah rencana keji ibu tirinya itu. Di dalam hatinya, Hippolytus berjanji kepada Zeus, apapun yang terjadi, ia tidak akan mengatakan rencana keji Phaedra kepada siapapun, biarlah ibu tirinya menyadari kesalahannya dan bertobat.

Sementara, karena merasa malu dan terhina, Phaedra langsung berlari menuju kamarnya. Tetapi Phaedra tidak berhenti sampai disitu; satu rencana jahatnya telah melahirkan perbuatan jahat lainnya yang tiga kali lebih mengerikan. Ia merobek-robek pakaiannya sendiri, menusukkan kuku-kukunya ke tubuhnya hingga berdarah-darah, mengusutkan dan menjambak-jambak rambutnya kemudian berlari keluar kamarnya.

Phaedra berteriak-teriak seperti orang gila kepada orang-orang sambil menangis, menuduh Hippolytus telah memperkosa dirinya. Ia juga menulis surat kepada Theseus, menuduh Hippolytus melakukan kejahatan dan pengkhianatan terhadap dirinya. Setelah menulis surat itu, Phaedra menggantung dirinya sendiri pada palang di atas pintu kamarnya.

Begitu Theseus melihat mayat istrinya dan membaca suratnya, tangannya bergetar. Ia tidak sanggup menahan kesedihan dan luapan amarahnya. Saat Hippolytus muncul di hadapannya, ia mengutuk anak kandungnya sendiri itu dan tidak sudi melihat mukanya lagi. Karena telah berjanji untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya, Hippolytus menutup mulutnya rapat-rapat. Ia hanya mengatakan bahwa ia sama sekali tidak bersalah dan biarkan para dewa yang akan membuktikannya kelak.

Hippolytus dengan hati hancur meninggalkan Athena, memacu kereta kudanya menuju Peloponessos untuk menjaga sumpahnya untuk tidak mengatakan kejadian yang sebenarnya. Sementara Theseus dalam puncak kekesalannya berdoa kepada ayahnya, Poseidon, dewa lautan yang perkasa, meminta agar Hippolytus tidak akan pernah sampai di Troizenos dengan selamat.

Tanpa sadar nasib yang telah menunggunya, Hippolytus terus memacu kuda-kudanya melewati tebing curam Skironia. Dengan lincah kereta kudanya menyusuri jalan sempit antara tebing pegunungan dan laut. Dadanya sesak oleh kesedihan dan air matanya membasahi matanya yang indah. Tiba-tiba, dari laut di samping jalan sempit itu muncul seeekor sapi besar yang dikirim oleh Poseidon. Sapi itu mendengus-dengus mengerikan dan dari lubang hidungnya mengeluarkan buih. Kuda-kuda Hippolytus meloncat kaget dan membuat kereta menjadi tak terkendali.

Hippolytus berhasil mengendalikan keretanya, tetapi sapi besar itu masih mengejarnya. Mereka hampir mencapai Isthmus, ketika sapi itu tambah mendekat dan membuat kuda-kudanya meloncat ke udara sehingga kereta yang dinaiki Hippolytus menghantam sebuah batu besar dan hancur berkeping-keping. Hippolytus terlempar dari kereta kudanya dan tubuhnya menghantam batuan terjal dengan keras sehingga terluka parah.

Hippolytus terseret oleh kuda yang ketakutan oleh Poseidon - courtesy of sir Lawrence alma Tadema

Sementara itu, Artemis yang mengetahui apa yang terjadi, menemui Theseus dan menceritakan kejadian sebenarnya. Mereka berdua segera pergi menyusul Hippolytus tetapi semuanya sudah terlambat. Mereka melihat Hippolytus telah tergeletak di tanah setelah keretanya menabrak bongkahan batu besar. Theseus duduk berlutut sambil menangisi putranya dan sebelum ajal menjemputnya Hippolytus sempat mengatakan bahwa ia mencintai dan memaafkan ayahnya.

Hippolytus dimakamkan di Trizenos dan di samping kuburannya, Theseus mendirikan sebuah kuil indah untuk menghormati putranya tersebut.

Sebagai raja Athena, Theseus menjalin persahabatan yang sangat erat dengan Peirithous, raja orang-orang Lapithae. Theseus ikut membantu Peirithous memerangi bangsa Kentaurus yang mencoba menculik istri Peiritous yang jelita, Dedameia, di tengah-tengah pesta perkawinan mereka. Dan Theseus adalah orang pertama di Yunani yang berhasil mengalahkan bangsa Kentaurus sehingga mereka tidak berani lagi membuat ulah di daerah itu. Banyak Kentaurus yang tewas dalam pertempuran tersebut dan sisa-sisa bangsa bertubuh setengah manusia setengah kuda ini dihabisi oleh Herakles beberapa tahun kemudian, hingga tidak ada lagi Kentaurus tersisa di muka bumi ini.

Kisah kepahlawanan Theseus berakhir sampai disini. Ya hingga disinilah kisah yang banyak diceritakan orang, tetapi mitologi mengungkap kisah lebih banyak dari itu, tidak hanya kisah kepahlawanan karena pahlawan juga manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Kisah akhir Theseus ternyata jauh dari hingar-bingar dirinya sebagai pahlawan besar Athena.

IX. Theseus Menculik Helena

Tak lama setelah pertempuran melawan Kentaurus, istri Peirithous meninggal dunia, demikian juga istri Theseus, Phaedra, yang meninggal dengan menggantung dirinya sendiri. Keduanya lalu bersumpah saling membantu satu sama lain untuk mendapatkan istri yang mereka sukai.

Dan dalam usianya yang kelima puluh tahun, Theseus mempunyai keinginan untuk menikah dengan seorang gadis berusia duabelas tahun! Ya, gadis berumur dua belas tahun itu bernama Helena, putri Zeus dan Leda, yang walaupun masih kanak-kanak tetapi kecantikannya telah memikat Theseus.

Helena dan Paris

Karena perbedaan umurnya yang begitu jauh, Theseus tidak berani meminang Helena secara langsung dan ia berniat untuk menculiknya. Ia meminta bantuan Peirithous yang langsung menyanggupinya dan mereka merenggut Helena dari teman-temannya saat ia sedang bermain di kuil Artemis di Sparta.

Mereka membawa Helena ke Athena, tidak ke istana Theseus, tetapi menitipkannya ke Aithra, ibu Theseus yang tinggal di desa Aphidnae. Wanita tua itu tidak bisa berbuat apa-apa selain menjaga dan menemani Helena kecil selama Theseus pergi. Penculikan itu sendiri berlangsung mulus dan sepertinya aman-aman saja. Masalah besar baru muncul di kemudian hari, dan benar-benar membawa bencana.

Kalau saja perbuatan Theseus itu bisa disebut gila, maka niat Peirithous sepuluh kali lebih gila. Pertama, wanita pilihan Peirithous adalah seorang dewi, kedua, dewi itu telah bersuami dan yang ketiga, dan ini yang paling buruk, suami dewi itu adalah seorang dewa yang namanya saja takut diucapkan manusia.

Dan memang tampaknya Peirithous telah kehilangan akal saat ia meminta bantuan Theseus untuk mendapatkan calon istrinya, yaitu Persephone, istri Hades, dewa kematian yang bersemayam di istana orang-orang mati! Tetapi Theseus tidak bisa menolak, ia sendiri yang berkali-kali menegaskan sumpahnya untuk membantu Peirithous dan ia tidak bisa menarik kembali sumpahnya itu.

Akhirnya mereka sepakat untuk mewujudkan impian gila Peirithous itu. Dari jurang yang sangat dalam di dekat Kolonus, mereka turun ke kerajaan orang-orang mati. Mereka berhasil menipu Kharon, sang pendayung perahu yang menyeberangkan roh-roh orang mati di sungai Styx, lalu memasuki gerbang yang dijaga Kerberos, anjing mengerikan berkepala tiga yang sengaja membiarkan masuk tetapi tidak akan membiarkan siapapun keluar dari dalam Hades. Rencana Theseus dan Peirithous adalah menculik Persephone tanpa sepengetahuan Hades tetapi mereka pikir siapa Hades? Bahkan sebelum terucap, dewa kematian itu telah mengetahui niat tak terpuji yang ada dalam benak mereka.

Saat mereka diam-diam mendekati kediaman Hades, dewa yang menyeramkan itu telah muncul di hadapan Theseus dan Peirithous. Karena sudah terlanjur basah, Peirithous berdalih ingin mengundang Persephone datang ke pesta yang diadakan di istananya. Hades yang sebenarnya amat murka, tetap bersikap wajar dan menyuruh kedua sahabat ini duduk di sebuah kursi batu sementara Hades memanggil istrinya.

Merasa rencananya berhasil, tanpa curiga Theseus dan Peirithous duduk di kursi batu sambil menunggu kedatangan Persephone. Tetapi apa yang terjadi? Pantat mereka melekat pada kursi dan berubah menjadi batu! Mereka berusaha melepaskan diri sekuat tenaga tetapi tidak bisa! Dengan putus asa, mereka berdua menunggu kedatangan Hades dengan harapan akan melepaskan mereka, tetapi dewa itu tidak pernah muncul kembali. Dengan pasrah mereka menjalani hukumannya di Hades sampai kemudian Herakles datang ke tempat tersebut untuk membawa Kerberos ke muka bumi.

Dengan kekuatannya, Herakles menarik Theseus lepas dari kursi batu itu. Ia kemudian berusaha menarik Peirithous, tetapi tak berhasil. Ia mencoba sekali lagi tetapi walaupun tempat itu berguncang seperti gempa, Peirithous tetap melekat di kursi batunya. Barulah Herakles menyadari bahwa para dewa tidak menginginkan Peirithous bebas dan harus mendekam selamanya di Hades. Akhirnya hanya Theseus yang berhasil diselamatkan keluar Hades oleh Herakles.
X. Kematian Tragis Theseus

Setelah dibebaskan oleh Herakles, Theseus kembali ke Athena, tetapi malah kenyataan pahit yang ia dapati disana. Penculikan Helena beberapa waktu lalu, menyulut kemarahan orang-orang Sparta. Helena mempunyai dua orang kakak kembar: Kastor dan Polydeukes yang sangat terkenal karena kekuatannya dan keberaniannya, dan begitu mengetahui siapa yang menculik adiknya, mereka berdua memimpin tentara Sparta menyerbu Athena dengan kekuatan besar.

Tanpa Theseus, tentara Sparta dengan mudah mengalahkan Athena dan menjarah seluruh isinya. Kastor dan Polydeukes mencari Helena keseluruh sudut kota tetapi tidak berhasil menemukannya dan berniat menghanguskan kota tersebut. Untung saja ada seorang warga Athena, Akademus, yang memberitahu tempat Helena disembunyikan di kediaman Aithra, di Aphidnae. Kastor dan Polydeukes bergegas pergi ke Aphidne untuk membawa pulang Helena. Mereka juga membawa Aithra ke Sparta sebagai budak, sebagai harga yang harus ditebus atas kesalahan perbuatan putranya tersebut.

(Di Argos, Helena melahirkan anak perempuan dari Theseus yang diberi nama Iphigenia. Kastor dan Polydeukes memberikan bayi ini kepada kakak perempuannya, Klytemnestra, yang mengasuh dan membesarkannya seperti anak sendiri. Bahkan semua orang menganggap Iphigenia adalah putri kandung dari Klytemnestra dan Agamemnon, suaminya.)

Tidak hanya itu saja kenyataan pahit yang didapatkan Theseus, bahkan tahta Athena pun telah diduduki oleh sepupunya, Menestheus, yang didaulat menjadi raja Athena oleh Kastor dan Polydeukes. Saat diminta untuk mengembalikan tahta Athena, Menestheus menolak dan balik menyalahkan Theseus atas tindakannya yang mengakibatkan penyerbuan oleh orang-orang Sparta. Menestheus menyalahkan kepergian Theseus sehingga rakyat Athena tidak mampu mempertahankan diri hingga peperangan itu memakan banyak korban dan Athena mengalami kehancuran. Warga negara Athena yang dahulu mengelu-elukan Theseus menjadi balik membencinya dan tidak menginginkannya menjadi raja kembali.

Dengan sedih, Theseus meninggalkan kota yang dicintainya itu dan mengembara hingga Skyros, dimana ia memiliki sebidang tanah di pulau tersebut. Tetapi ternyata tanah ini pun telah diserobot oleh Lykomedes, raja Skyros yang licik. Walaupun begitu ia tidak keberatan mengembalikan apa yang menjadi hak Theseus dan mengajaknya berjalan-jalan untuk menunjukkan batas-batas tanah Theseus. Saat Lykomedes mengajak Theseus ke sebuah bukit tinggi agar pandangannya lebih jelas, saat itulah tiba-tiba Lykomedes mendorong tubuh Theseus jatuh ke jurang.

Theseus sama sekali tidak mengira hidupnya berakhir dengan cara seperti ini, bukan di medan perang, bukan dalam tindak kepahlawanannnya. Tetapi itulah yang terjadi, seorang pahlawan dan raja besar Athena harus menemui ajal terasing dari kotanya sendiri dan tidak ada warga Athena yang peduli pada kematiannya saat itu.

Akan tetapi, perbuatan baik yang telah dilakukan Theseus hampir sepanjang hidupnya tidak dilupakan orang begitu saja. Sebagai pemimpin Athena, Theseus pernah memerintah dengan sangat adil dan bijaksana serta benar-benar mengabdi pada rakyatnya. Kepahlawanannya dan pengorbanan dirinya adalah dua nilai yang membuat seorang pemimpin seperti Theseus dihargai oleh rakyatnya.

Tahun berganti tahun, abad berganti abad, tetapi kenangan akan Theseus tetap tidak terlupakan. Saat penyerbuan tentara Persia di Marathon (490 SM) banyak prajurit Yunani yang melihat penampakan sosok Theseus yang ikut menyerang tentara Persia. Akhirnya pada masa pemerintahan Kimon, rakyat Athena memutuskan untuk mencari jasad Theseus dan membawanya kembali ke Athena. Mereka bertanya kepada orakel Delphi dimana jasad Theseus bisa ditemukan dan orakel menyuruh mereka mencarinya di Skyros.

Kimon sendiri yang berangkat ke pulau tersebut dan di suatu hari 475 SM, ia melihat seekor elang terbang menukik dan menggaruk-garuk tanah di sekitar tempat terjatuhnya Theseus. Begitu Kimon menggali lokasi yang ditunjukkan elang itu, ia menemukan kerangka seorang pria yang tinggi tegap dan di samping kerangka itu tergeletak mata tombak dari perunggu serta sebilah pedang yang dikenali sebagai pedang pemberian Aegeus, ayah Theseus.

Kerangka Theseus dikembalikan ke Athena dan disambut perayaan yang sangat meriah oleh warga Athena. Mereka menguburkannya di tengah-tengah kota dan membangun sebuah monumen di atas makamnya yang disebut Theseion.

Theseion

Sumber: http://achilles79.multiply.com/




No comments:

Post a Comment