Para pengikut Syiah sedang berdoa agar Imam Mahdi segera datang untuk membunuh NAWASIB (Sunni) di Syria, dimulai dari desa mereka sendiri yaitu Harasta. Mereka berdoa sambil tepuk-tepuk dada. Inilah terjemahan doa mereka:
- Kami mempunyai dendam kita perlu mengambilnya. Imam kami memanggil dimanakah anda? 2X
- Ya Zahra'a Ya Zahra'a.
- Dari Dara'a (Syria) datang kejahatan (revolusi Syria).
- Musuh Mahdi datang. 2X
- Dari Harasta, kami menunggu tanda kami. 2X
[Menurut Syiah, Imam Mahdi akan memulai membunuh Sunni dari Harasta]
- Hari ini Zainab dalam bahaya. Dia memanggil bantuan kami. 2X
[makam Zainab di Damsyik]
- Dan dengan kiamat Ruqayah akan bermula. 2X
[Menurut Syiah, pada hari kiamat semua Sunni akan dibunuh oleh Imam Mahdi]
- Esok tentera Mahdi akan memuji-muji YA HAIDAR. Hey 2X
- Dia akan mengumpulkan mereka semua dan meletakkan mereka dalam satu kawasan (Sunni).
- Walaupun mereka berkeinginan dan membenci, beliau akan membunuh mereka. Hey 2X
- KAMI adalah Tentara Zaharaa dan hak-hak kami dari Syria akan kembali kepada kami.
- Kami akan memotong hidung mereka dan memijaknya.
- Ya Zaharaa, Ya Zaharaa.
- Nama anda adalah suci dan imam sedang memanggil anda.
- Ya Zahra'a, Ya Zahra'a….hanya Zahra'a.
- Pukul diri anda, buatlah lingkaran.
Mengenal Ritual Syiah Karbala Dan Hari Raya Asy-Syuro
Karbala
dimata Syi'ah memiliki kesucian dan nilai sakral yang teramat dan tak
tertandingi.Karbala adalah bumi yang disucikan bahkan katanya Karbala
lebih utama dari Makkah, Masjidil Haram dan Ka'bah yang mulia.
Mungkin
karena ada kuburan Husain radhiyallhu `anhu kali. Padahal kota Madinah
yang disana tersimpan jasad Nabi yang mulia Muhammad shalallhu alaih
wasallam tidak mendapatkan penghormatan dan pemuliaan seperti ini dari
kalangan Syi'ah. Allahu a'lam.
Lantas
Syi'ah selalu merayakan hari asyuro. Pada hari itu mereka saling
menerima ta'ziyah (ucapan bela sungkawa) dalam rangka mengenang
terbunuhnya Husain di padang karbala, mereka memakai pakaian serba
hitam, mengiringi dengan isak tangis dan ratapan, meyobek serta menarik
narik baju dan menampari pipi.Mereka turun kejalan2 dalam sebuah pawai
yang disebut Manakib Husainiyah, seraya meyakini arak2an tersebut untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Kemudian berteriak histeris dengan dengan
suara melengking:"Ya Husain...Ya Husain.." sambil menggotong Kubah
Husain yang terbuat dari kayu. Mereka menarik kuda2an yang dihiasi
memeragakan kondisi Husain di Karbala. Sedangkan disela2 acara ritual
ini mereka memaki2 Khulafa'ur rasyidin dan para sahabat.
Duh...betapa
anehnya yang kita rasakan, deraian air mata yang seakan tidak pernah
kering itu, yang ditumpahkan untuk Husain, tidak satu setespun bisa
keluar untuk mengenang saudaranya, Abu Bakar, Umar, Ustman, putera Husain sendiri, lantas
Abu Bakar puteranya Hasan radhiallahu 'anhuma yang kesemuanya itu
terbunuh bersamanya di karbala. (lihat kitab Jal' Al-Uyun, Tarikh
Al-Ya'qufi ,Kasyful Ghummah. Semua referensi ulama Syi'ah ini tdk
diragukan lagi menetapkan bahwa mereka semua terbunuh di Karbala)
Mengapa? Apakah karena mereka yang terbunuh itu membawa nama2 yang
mereka tidak suka untuk mempromosikannya.
Hendaklah
setiap simpatisan Syiah itu bertanya,"Mengapa semua fakta yang terang
yang tergantung di dahi sejarah itu tetap ditutup-tutupi"
Hendaklah
pula bertanya:"Mengapa cucuran air mata atas terbunuhnya Husain itu
tidak satu tetespun keluar untuk mengenang kematian Nabi shalallhu
'alaihi wasallam dan Tragedi terbunuhnya Ali radiallahu'anhu ???
Syi'ah
membiasakan anak-anaknya untuk menangis pada ratapan sepuluh Syura'
ini, agar nantinya mereka bisa menangis dengan sendirinya, tangis mereka
adalah keinginan mereka akan tetapi kesedihan mereka hanyalah
sandiwara, dibuat-buat, sampai sebagian mereka memukulkan rantai besi
kepada tubuhnya,dan memukulkan pedang diatas kepala hingga berdarah dan
luka menganga. Semua itu yang paling banyak adalah di Karbala sekitar
kuburan Husain Radhiallahu 'anhu.
Dimanakah posisi mereka jika dibandingkan firman Allah: 'Dan
berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar ,(yaitu)
orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan Inna
lillahi wa inna ilaihi raji'un, mereka itulah yang mendapat keberkahan
yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah
orang-orang yang mendapat petunjuk" (Albaqoroh 155-157).Pada hari ini Syiah Rafidhah merupakan komponen sosial dan politik yang cukup dominan dalam pertempuran ideologi. Banyak umat Islam yang awam masih saja tertipu dengan golongan yang satu ini. Padahal syiah pada hari ini sama sekali bukanlah bagian dari umat Islam, bahkan tanpa melihat penghinaan mereka kepada para sahabat Rasulullah dan tanpa melihat penyimpangan mereka terhadap syariat.
Amal Kesyirikan Syiah
Para Imam di mata Syi’ah adalah orang-orang yang harus dimuliakan walaupun mereka telah meninggal. Mereka menghias kuburan imam-imam mereka semegah mungkin. Mereka datang ke kuburan para Imam untuk mencium-cium, bertamasuh atau mengusap-usap kuburan seraya memelas bahkan menangis, bersujud menghadap kubur, dan berdoa meminta sesuatu pada mayit (Bahrum Subagia, UIKA).
Perilaku Syiah yang identik dengan kesyirikan ini dilakukan kepada banyak tokoh. Dari tempat yang mereka anggap sebagai makam cucu Rasulullah, salah satu dari Imam 12, makam tokoh muashir seperti Khomeini, hingga musuh para Shahabat; Abu Lu’luah al-Majusy. Republik Iran sempat selama berpuluh-puluh tahun membiarkan berdirinya rumah ibadah yang berdiri bak istana, yang konon merupakan makam Abu Lu’luah al-Majusy.
Semua orang juga tahu bahwa mausoleum Musavi Khomeini, pendiri teori sekaligus imam pertama Wilayatul Faqih di zaman ini, penuh dengan manusia-manusia yang melakukan shalat dan tidak lupa, shalatnya menghadap kuburan tokoh ini. Bukan menghadap Ka’bah.
Allah telah berfirman dalam surat Yunus :
وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ
“Dan janganlah kamu memohon/berdo’a kepada selain Allah, yang tidak dapat memberikan manfaat dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat hal itu maka sesungguhnya kamu dengan demikian termasuk orang-orang yang dzolim (musyrik)” (QS. Yunus, 106).
Imam Malik meriwayatkan dalam kitabnya Al Muwatto’, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda :
"اللهم لا تجعل قبري وثنا يعبد، اشتد غضب الله على قوم اتخذوا قبور أنبيائهم مساجد"
“Ya Allah, janganlah Engkau jadikan kuburanku sebagai berhala yang disembah. Allah sangat murka kepada orang-orang yang telah menjadikan kuburan para Nabi mereka sebagai tempat ibadah”.
Sedangkan dengan alasan tawassul, syiah melegalisasi amalan-amalan syirik ini. Salah satunya adalah pernyataan berikut, Ayatullah Baqir Shadr: “Jika mereka melakukan itu (berziarah dan bertawasul) dengan pemahaman bahwa wali-wali Allah dapat merubah nasib mereka dan bisa berbuat “sesuatu” tanpa seizin Tuhan, maka, ya benar itu memang syirik. Namun umat Islam tidak berkeyakinan seperti itu. Mereka faham bahwa para wali Allah adalah perantara yang menyampaikan doa mereka (umat Islam) kepada Tuhan dan Allah pun berkat bantuan para wali besar kemungkinannya bersedia mengabulkan doa mereka. Oleh karena itu niat sedemikian dalam berziarah bukanlah syirik.” (Akhirnya kutemukan kebenaran, Doktor Tijani Samawi, halaman 92.) (buku sesat syi'ah)
Pengagungan kuburan dan komplek makam sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat, bahkan menjadi bagian praktek keagamaan mereka yang tak terpisahkan dengan kehidupan sehari-hari. Di antaranya, dengan membuatkan bangunan makam dan memperindahnya, menjadikannya sebagai tempat shalat, mengkhatamkan baca al-Qur`ân di sampingnya dan memanjatkan do’a kepada penghuni kubur (bukan kepada Allâh Azza wa Jalla), [atau berdo'a kepada Allah dengan perantaraan penghuni kubur].
Menilik sejarah generasi Salaf, pantas dikatakan bahwa praktek-praktek
ibadah di atas masuk dalam kategori bid’ah, satu perbuatan dalam
beragama yang tidak pernah diperbuat oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan generasi terbaik umat Islam.
“Semua itu adalah perkara baru, belum pernah tersebar (dikenal) kecuali
pasca tiga generasi paling utama (generasi Sahabat, Tâbi’in dan Tâbi’it
Tâbi’in)” [Dirâsâtun fil Ahwâ wal Furûqi wal Bida’i wa Mauqifis Salafi minhâ, DR. Nâshir al-‘Aql hlm. 274].
Pada tiga generasi pertama ini, tidak ditemukan petunjuk dan pembicaraan
satu pun terkait pengagungan terhadap kubur sebagaimana disaksikan
sekarang.[Silahkan lihatIqtidhâ Shirâthil Mustaqîm 2/728]
Dahulu tidak ada yang mengatakan, ‘berdo’a di kuburan Fulan akan dikabulkan’, ‘pergilah ke kuburan Fulan agar Allâh Azza wa Jalla memudahkan urusanmu’,
atau mengadakan perjalanan khusus ke kubur yang sering dikenal dengan
wisata reliji. Bahkan dahulu tidak ada istilah safar syaddul rihâl
(menempuuh perjalanan jauh) yang bertujuan menziarahi kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ini termasuk istilah asing yang belum dikenal sebelumnya. Justru
dipandang sebagai tindakan berlebihan. Sebab yang tepat dan masyru’
(disyari’atkan) ialah berziarah (mengunjungi) Masjid Nabawi. Kitab-kitab
Ulama terdahulu pun tidak ada yang membahas tema khusus berjudul ziyâratu qabrin Nabiyyi (ziarah kubur Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam). [Silahkan lihat Âdâb wa Ahkâm Ziyâratil Madînah al-Munawwarah, DR. Shâleh as-Sadlân, Dâr Balansiyah hlm. 11]
Lantas, kapan mulai munculnya fenomena-fenomena tersebut ?
Fenomena tersebut baru mulai muncul dan menyebar pada abad keempat,
setelah berlalunya tiga generasi pertama umat yang dipuji oleh
Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam .
Pada awalnya, berkembang pada sekte Syiah (Rafidhah) semata.
Selanjutnya, ketika sekte ini berhasil membangun negara-negara kecil
berasaskan Syiah dan Batiniyah, seperti rejim ‘Ubaidiyah, Qarâmithah,
dan Ismâ’iliyah, penyebaran tradisi pengagungan kuburan kian meluas.
Penyebarannya kian bertambah manakala tarekat-tarekat Sufiyah ikut
mengadopsi tradisi Syi’ah (baca: bukan Ahlus Sunnah) ini. Hampir seluruh
negeri kaum Muslimin terkena dampak buruknya. Akibatnya, masyarakat
merasa asing dengan petunjuk-petunjuk Nabi dan orang-orang yang komitmen
dengannya.
Di negeri ini, masyarakat diajak untuk mengagungkan kuburan, dengan
berbagai dalih seperti penghormatan tokoh dan mengenang jasa-jasa
baiknya melalui acara Haul yang diadakan secara besar-besaran.
Wisata-wisata reliji dengan tujuan makam-makam orang-orang yang dianggap
sebagai wali tetap kebanjiran peminat. Bahkan sebagian orang memang
berniat untuk mengunjungi kuburan-kuburan dengan menumpuk harapan
mendapatkan solusi hidup, kemudahan rejeki, kedatangan jodoh dan
lainnya.Wallâhul musta’ân.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Aku
tidak mengenal (adanya riwayat) dari seorang Sahabat Nabi, generasi
Tabi’i maupun seorang imam terkenal yang memandang disunnahkannya
mendatangi kuburan untuk berdo’a (kepada penghuni kubur, red). Tidak ada
seorang pun meriwayatkan sesuatu tentang itu, baik (riwayat) dari Nabi,
Sahabat maupun dari seorang imam yang terkenal”.
Beliau rahimahullah menambahkan, “Kemunculan
dan penyebarannya ketika pemerintahan Bani ‘Abbâsiyah melemah, umat
saling berpecah-belah, banyak orang zindiq yang mampu memperdaya umat
Islam, slogan ahli bid’ah menyebar. Yaitu, pada masa pemerintahkan
al-Muqtadir di penghujung tahun 300an. Pada masa itu, telah muncul
Qarâmithah ‘Ubaidiyah di Maroko. Kemudian mereka menginjakkan kaki ke
negeri Mesir…”.
Mereka membangun kompleks pemakaman ‘Ali di Najef, padahal sebelumnya, tidak ada seorang pun yang mengatakan kubur Sahabat ‘Ali Radhiyallahu anhu berada
di sana. Sebab ‘Ali dikuburkan di lingkungan istana di kota Kufah.
Tujuan mereka ialah mengobrak-abrik ajaran Islam yang berasaskan tauhîdullâh [mentauhidkan
Allah]. Selanjutnya, mereka memalsukan banyak hadits perihal keutamaan
menziarahi pemakaman, berdo’a dan shalat di sana. Orang-orang zindiq ini
dan para pengikutnya lebih menghormati dan mengagungkan tempat-tempat
pemakaman, daripada masjid-masjid [Lihat al-Fatâwâ 27/167,168].
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Orang yang pertama kali
menyusupkan bid’ah pengagungan kuburan ialah rejim Ubaidiyah di Mesir,
Qarâmithah dan Syiah (yang jelas bukan termasuk Ahlus Sunnah, red)”[Siyar A’lâmin Nubâlâ 10/16]Di Antara Kesesatan Ajaran Sekte Syi'ah
2. Membolehkan taqiyyah (berdusta). Saat berdebat dan berdakwah, Syi'ah ber-taqiyyah menipu ummat Islam dengan memberi kesan bahwa ajaran mereka "sama" dengan ajaran Islam.
3. Tidak bertauhid. Mengatakan Imam mereka menciptakan, menentukan syurga /neraka, mengampuni dosa, dst
4. Berlebihan terhadap Imam. Mengatakan Imam mereka mengetahui hal ghaib, menjadi pelindung dunia, dst
5. Menuhankan Imam mereka. Mengatakan Boleh berdo'a kepada Imam, mengatakan Imam dapat mengabulkan do'a
6. Mengkafirkan seluruh sahabat Nabi. Kecuali empat orang sahabat saja ('Ali, Miqdad, Ammar, dan Salman)
7. Mencela dan melaknat para sahabat dan istri Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi wa Sallam. Di antaranya melaknat 'Aisyah istri Nabi, melaknat Abu Bakar, Umar bin Khatthab, Hafshah binti Umar, Abu Hurairah, Utsman bin Affan, dan lainnya
8. Merubah ayat-ayat Al-Qur'an. Sesuai dengan keinginan dan nafsu para ulama Syi'ah
9. Memiliki Al-Qur'an versi sendiri. Yaitu "Mushaf Fathimah" yang memiliki sekitar 17.000 ayat. Mereka meyakini Qur'an yang diterbitkan oleh selain sekte Syi'ah adalah palsu, termasuk Qur'an yang diterbitkan di Makkah, Madinah, Mesir dan Indonesia.
10. Meyakini dakwah Nabi telah gagal. Sehingga masih butuh panduan para imam versi Syi'ah
11. Meyakini para Imam bebas dari dosa. Sehingga semua perkataan dan perbuatannya tidak bisa salah
12. Membuat-buat ibadah karangan sendiri. Seperti menyayat kepala dan badan hingga berdarah.
13. Menghalalkan zina dengan istilah nikah mut'ah / nikah kontrak. Yaitu datang ke seorang wanita atau laki-laki, lalu membayar "mahar" seharga sekian untuk melegalkan hubungan sex selama sekian jam, sekian hari atau sekian waktu tertentu
No comments:
Post a Comment