Monday, August 1, 2011

sejarah perang Yunani dan Parsi pt2

Sebelumnya, saat Xerxes masih berada di Sardis, Sparta yang mendapat tanda bahaya rencana penyerangan Persia, membentuk Persekutuan militer kota-kota di Yunani. Persekutuan ini dibentuk musim gugur 481 SM dan diberi nama Liga Korinthia. Anggota Liga ini mendapatkan hak untuk meminta bantuan dan mengirim pasukan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Selain itu hasil ramalan orakel di Delphi juga meramalkan kejadian buruk akan menimpa Athena dan Sparta sehingga wanita dan anak-anak harus segera diungsikan dari Athena.
Xerxes memasuki Eropa
Dari Hellespontus, pasukan Persia bergerak kearah barat di sepanjang pantai Thrakia, hingga mereka sampai di Doriskos. Di pantai Doriskos Xerxes mengumpulkan dan menghitung kembali jumlah pasukan. Menurut Herodotus jumlah pasukan Persia secara pastinya tidak diketahui, tapi diperkirakan jumlah keseluruhan prajurit darat 1.700.000 orang dan jumlah seluruh kapal perang dan kapal perbekalan mencapai 1207 buah. Pasukan darat dipimpin oleh enam jenderal penting Persia: Mardonius, Tritantaechmes, Smerdomenes, Maistes, Gergis dan Megabyzus. Sementara armada laut dipimpin oleh komandan Ariabignes, Prexaspes, Megabazus dan Achaemenes.
Kemudian Xerxes dan pasukan daratnya berjalan menuju Makedonia. Xerxes mengorbankan sembilan anak laki-laki dan sembilan anak perempuan di Ennea Hodoi sebelum menyeberangi sungai Strymon. Dan akhirnya seluruh pasukan tiba di Therma, bulan Juli 480 SM. Disini seluruh pasukan bisa beristirahat dan para pekerja Persia membuka jalan melalui hutan di Makedonia agar prajurit bisa melintas.
Sementara Xerxes mengirimkan utusan ke seluruh kota Yunani untuk meminta kota-kota itu menyerahkan diri dan memberikan ”tanah dan air” sebagai bukti mereka tunduk pada Kekaisaran Persia. Banyak kota Yuanni yang menyerah. Kecuali Athena dan Sparta, karena 11 tahun sebelumnya saat utusan dari Darius datang ke kedua kota tersebut, para utusan itu dilemparkan ke dalam jurang atau sumur dengan jawaban tegas: ”Gali sendiri tanah dan air yang kamu pinta!”
Pasukan Thessalia di Utara Yunani yang mendengar Xerxes telah menyeberangi Hellespontus dan telah hampir tiba di Thessalia meminta bantuan untuk menghadang pasukan Xerxes di perbatasan utara Yunani.
“Orang-orang Yunani, seharusnya jalan yang melintasi gunung Olympus dijaga oleh pasukan Yunani, selain Thessalia akan aman, seluruh kota Yunani lainnya juga akan selamat. Kami sudah cukup siap untuk ikut ambil bagian, tapi kami juga meminta bantuan pasukan yang tangguh. Karena kami seharusnya tidak ditinggalkan, sendirian tanpa perlindungan di garda depan seluruh Yunani, mati untuk melindungi kalian, sendirian tanpa bantuan. Apabila kami tidak mendapat bantuan, kami tidak dapat dipaksa untuk menahan musuh, karena kami tidak memiliki cukup pasukan. Kami tentu saja akan melakukan yang terbaik untuk keselamatan kami sendiri", demikian permohonan dari utusan Thessalia di depan Liga Korinthia.
Maka dikirimlah 10.000 Pasukan gabungan Yunani ke Thessalia lewat jalur laut. Pasukan Athena dipimpin oleh Themistokles, putra Neokles dan pasukan Sparta dipimpin oleh Euanetos, putra Karenos. Setelah berlabuh di Alus mereka menuju Tempe, lembah curam di antara Gunung Ossa dan Olympus yang merupakan jalur utama dari Makedonia di Utara menuju Athena dan kota-kota Yunani lainnya di Selatan. Disana mereka bergabung dengan pasukan berkuda Thesalia dan berkemah di Tempe selama beberapa hari.
Sampai suatu hari, utusan Alexander I dari Makedonia datang ke perkemahan dan menyarankan mereka untuk meninggalkan Tempe. Menurut utusan Makedonia itu, jika mereka tetap bertahan di Tempe, mereka akan dihabisi oleh musuh yang bisa menyerang mereka dari jalur lainnya.
Saran dari utusan itu dapat diterima dan masuk akal, sehingga pasukan Yunani mundur dan berlayar kembali ke Korinthos. Orang-orang Thessalia yang tanpa dukungan pasukan akhirnya berbalik mendukung Media, sekutu Persia dan mereka bersedia menyerahkan tanah dan air yang diminta Xerxes. Pasukan Xerxes pun sebenarnya tidak pernah melewati lembah Tempe karena mereka memutari Tempe menuju selat Sarantaporo.
Liga Korinthia akhirnya memutuskan untuk menghadang pasukan Persia di Thermopylae, karena selain lebih sempit dari jalur Tempe, tempatnya juga lebih dekat. Jalur ini adalah celah sempit, satu-satunya jalan dari Thessalia di utara menuju Athena, di sebelah Barat diapit perbukitan tinggi yang terjal yang tidak mungkin dapat didaki sementara di sebelah Timur tebing yang menjorok ke laut. Disebut Thermopylae karena di tempat ini terdapat mata air panas (thermoi) dan dahulu kala terdapat tembok berikut gerbang (pylai) yang dibangun oleh orang-orang Phokia untuk melindungi mereka dari serangan orang-orang Thessalia di utara.
Di saat bersamaan, Liga mengirim 147 kapal perang Athena dan 124 kapal perang dari kota-kota lainnya ke Artemisium. Artemisium adalah pantai di Pulau Euboea yang terletak di selat sempit Laut Thrakia yang lebar bagian tersempitnya hanya 15 meter dimana terdapat kuil Artemis. Di Artemisium, kapal-kapal Yunani akan berlabuh menanti kedatangan pasukan laut Persia. Kedua tempat ini juga saling berdekatan dan memudahkan kedua pasukan di Thermopylae dan Artemisium untuk saling berkomunikasi.
Dari orakel di Delphi, petunjuk dari para dewa telah muncul: berdoalah pada angin, karena angin akan memberi dukungan pada orang-orang Yunani. Dan kita lihat bagaimana bantuan angin membantu orang-orang Yunani dari serbuan orang-orang Persia.
Bencana di Artemisium
Pasukan Yunani di Artemisium telah mendapatkan sinyal bahwa pasukan Persia telah meninggalkan Therma. Saat 1207 kapal perang Persia berlayar di sepanjang pantai Thessalia, mereka membuang sauh di tempat yang bernama Tanjung Sepias yang sempit untuk menampung seluruh kapal Persia. Mereka terpaksa berlabuh dan melewatkan malam di lepas pantai.
Tetapi keesokan paginya, di pagi hari yang tenang, tiba-tiba badai dan angin ribut datang mengamuk dari arah timur. Kapal-kapal Persia porak –poranda dihantam badai, sebagian kandas ke pantai dan lainnya hancur remuk berkeping-keping di Tanjung Sepias. Sekurang-kurangya 400 kapal Persia hancur dan ribuan orang tewas dalam badai laut itu. Hanya 800 kapal tersisa yang berhasil mencapai Aphetae, di seberang Artemisium.
Badai berlangsung selama tiga hari dan baru di fajar hari keempat berhenti. Konon orang-orang Persia memberikan pengurbanan kepada Thetis dan per-peri laut Nereida untuk meredakan badai itu. Karena menurut orang-orang Ionia, disinilah tempat dimana Peleus melarikan Thetis dan seluruh wilayah ini dikeramatkan untuk para Nereida.
Setelah badai reda dan laut mengalir tenang, kapal-kapal Persia melanjutkan perjalanan dan mendarat di pantai Aphetae. Limabelas kapal yang berlayar paling belakang terlihat tanpa sengaja oleh pasukan Yunani di Artemisium. Komandan kelimabelas kapal ini adalah Sandoces, putra Thamasius, yang mengira kapal-kapal Yunani adalah armada Persia juga. Saat mereka menghampiri kapal-kapal Yunani itu, dengan mudah pasukan Yunani menenggelamkan mereka.
Sementara itu, Xerxes dengan pasukan daratnya berhasil melewati Thessalia dan Akhaea. Dan tiga hari lebih awal, Persia telah memasuki Malia yang berbatasan dengan Thermopylae.







Dengarlah orang-orang yang tinggal di jalan-jalan besar Lakedaemon!
Kota megahmu ini akan diruntuhkan oleh keturunan Perseus,
Atau, sebagai gantinya, seluruh negeri Lakonia harus
Berdukacita karena kehilangan seorang raja, keturunan dari Herakles yang perkasa...
(kata-kata orakel di Delphi tentang kejatuhan Sparta)

Leonidas dan 300 orang Sparta

Anaxandridas, raja Sparta, memiliki empat orang anak laki-laki, yang tertua bernama Kleomenes, lalu Dorieus, Leonidas dan Kleombrotus. Karena Kleomenes dan Dorieus meninggal tanpa memiliki keturunan anak laki-laki, maka Leonidas yang berhak menjadi raja Sparta selanjutnya. Ia adalah generasi ke-17 dari keturunan Herakles dan menikah dengan putri Kleomenes, yang bernama Gorgo.

Setelah mendapat peringatan dari orakel bahwa Sparta (Lakedaemon) akan ditaklukkan Persia kecuali salah satu rajanya yang keturunan Herakles mengorbankan diri, Leonidas memanggil 300 orang prajurit pilihannya dan berangkat ke Thermopylae untuk menghadang serbuan pasukan Persia ke tanah Yunani.

Tetapi Dewan Sparta kurang menyetujui pengiriman prajurit Sparta ke Thermopylae karena di saat bersamaan sedang diadakan Festival Karneia dan Pertandingan Olympiade, yang menurut adat di Sparta, selama festival berlangsung tidak boleh berperang dan mengangkat senjata. Selain itu kebijakan militer Sparta memutuskan untuk memusatkan pasukan Yunani di Isthmus Korinthos, bukan di Thermopylae, sehingga hanya sedikit prajurit yang pergi berperang menemani raja mereka, Leonidas. Saat Gorgo melepas kepergian suaminya, ia bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk membantu Leonidas.

Leonidas menjawab: “Menikahlah dengan pria baik-baik dan besarkanlah anak-anakmu.” Sang Raja menyadari bahwa apabila ramalan orakel tepat, ia harus mengorbankan diri demi menyelamatkan kota Sparta beserta seluruh rakyatnya.

Thermopylae, The Hot Gates

Thermopylae adalah nama daearah dimana terdapat jalan sempit yang dibatasi oleh laut dan perbukitan yang lebarnya kira-kira hanya 14 meter, Nama Thermopylae berasal dari mata air hangat yang berada di dekat lokasi itu dan sampai sekarang masih tetap ada.

Xerxes dan pasukannya berkumpul di Trakhinia, Malis, sementara pasukan Yunani berjaga-jaga di Thermopylae dan membangun kubu pertahanan di Benteng Phokia. Selain 300 orang prajurit Sparta yang dibawa oleh Leonidas, ikut bergabung 2120 prajurit Arkadia, 400 orang dari Korinthos, 200 orang dari Phlios, 80 orang dari Mykenae, 700 prajurit Thespia, 400 prajurit Theban, 1000 orang dari Lokris dan Phokis serta kurang lebih 1800 prajurit dari kota-kota Yunani lainnya. Kurang lebih terdapat 7000 pasukan Yunani gabungan dan semuanya berada di bawah komando Leonidas. Mereka berhadap-hadapan dengan ratusan ribu pasukan Persia dan sekutunya termasuk 80.000 pasukan berkuda serta 20.000 prajurit Arab dan Libya yang mengendarai unta.

Untuk mengetahui jumlah pasukan Yunani dan apa yang sedang mereka kerjakan, Xerxes mengirim mata-mata untuk mengintai perkemahan Yunani. Tetapi yang dilihat mata-mata ini hanyalah orang-orang Sparta yang sedang berolahraga sedangkan prajurit Sparta lainnya sedang menyisir rambutnya yang panjang. Saat mata-mata ini kembali dan melaporkan hasil temuannya, Xerxes nampak begitu heran.

Demaratus, yang pernah diasingkan dari Sparta dan sekarang berada di pihak Persia sebagai penasehat Xerxes, menjelaskan hal ini, “Begitulah tradisi orang-orang Sparta, bila mereka menghadapi bahaya dalam hidupnya, yang mereka lakukan adalah merawat rambutnya. Mereka adalah orang-orang paling berani di seluruh Yunani dan mereka bertekad untuk mempertahankan Thermopylae sampai titik darah penghabisan.”

Xerxes yang masih tidak percaya kemudian mengirim utusan ke pasukan Yunani dan mengajak Leonidas untuk menyerahkan diri dengan janji akan dijadikan raja di seluruh Yunani oleh Xerxes.
Molon Labe! - Datang dan ambillah sendiri!” ujar Leonidas.

Athanatoi, The Immortal

Selama empat hari Xerxes menahan diri untuk maju menghadapi pasukan Yunani dengan harapan mereka akan pergi. Tetapi di hari kelima, pasukan Yunani tetap bertahan di Thermopylae dan membuat Xerxes kesal. Ia lalu mengirim pasukan Media dan Kissia maju bertempur, tetapi malah pasukan Media dibuat kocar-kacir dan banyak dari mereka yang tewas terbunuh.

Setelah pasukan Media mundur, kini pasukan yang dipimpin oleh Jendral Hydarnes maju menyerang, yaitu pasukan elite Persia, The Immortal, yang terdiri dari 10.000 orang. Pasukan elite ini juga dikenal dengan nama Athanatoi atau Sepuluh Ribu prajurit karena bila salah satu prajuritnya terbunuh atau jatuh sakit, akan langsung digantikan oleh prajurit lain, sehingga kekuatan dan jumlahnya tidak akan berkurang.

Yang bisa menjadi anggota pasukan elite ini hanya penduduk asli Persia yang terbaik dan mereka juga dipersenjatai dengan lengkap. Mereka mengenakan topi bulu yang disebut tiara, jubah dengan berbagai warna dan celana panjang. Senjata yang dibawa oleh pasukan ini yaitu perisai dari anyaman yang ringan, lembing pendek, anak panah beserta busurnya dan pedang pendek yang terselip di pinggang kanan. Mereka juga ditemani dengan kereta perbekalan khusus dengan makanan istimewa yang berbeda dari anggota pasukan lainnya.

Xerxes sangat yakin The Immortal bisa menaklukkan pasukan Yunani. Tetapi di jalur sempit Thermopylae, lembing-lembing pendek mereka tidak berguna menghadapi lembing-lembing panjang milik prajurit Yunani. Jumlah mereka yang ribuan orang sama sekali tidak membantu dalam pertempuran di medan sempit. Lagipula keahlian dan teknik bertempur prajurit-prajurit Sparta memang diatas rata-rata pasukan Persia. Walaupun di pihak Yunani jatuh kurban, sangat sedikit jumlahnya dibandingkan korban di pihak Persia. Xerxes yang melihat dari jauh sampai melompat tiga kali dari singgasananya melihat kekalahan pasukan elite-nya itu.

Keesokan harinya, pasukan Persia kembali menyerang pasukan Yunani, yang mereka pikir kelelahan dan terluka. Tetapi pasukan Yunani bertempur dengan hebat dan bersatu-padu melawan pasukan Persia. Mengetahui mereka kembali mendapat perlawanan dengan kekuatan yang sama dengan hari sebelumnya, pasukan Persia mundur dari pertempuran. Jumlah korban yang jatuh lebih banyak di pihak Persia menciutkan hati prajurit-prajurit Persia. Xerxes sadar menghadapi pasukan Yunani secara frontal adalah sebuah kesalahan fatal. Tetapi segalanya berubah saat seseorang datang menemui Xerxes.
”Prajurit-prajurit Sparta! Hari ini makanlah dengan sekenyang-kenyangnya, karena malam ini kita akan bersantap malam di Hades.”
(Leonidas, hari ketiga perang Thermopylae, 480 SM)
Pengkhianatan Ephialtes

Saat Xerxes sedang mencari cara untuk mengalahkan pasukan Yunani, di penghujung hari kedua perang Thermopylae, datang seorang Malia bernama Ephialtes, putra Eurydemus ke perkemahan Xerxes. Dengan imbalan uang ia bersedia memberi tahu jalan rahasia memutari gunung untuk menyerang pasukan Yunani dari belakang.

Xerxes dengan senang hati berjanji akan memberikan apapun yang diinginkan Ephialtes. Saat matahari terbenam, Ephialtes menuntun Hydarnes beserta pasukannya, The Immortal, melintasi jalur rahasia itu secara diam-diam. Pasukan Persia berjalan sepanjang malam hanya diterangi cahaya bulan purnama dan saat hampir subuh mereka sudah mencapai puncak bukit. Tetapi tiba-tiba mereka diserang oleh sekitar 1000 orang prajurit Phokia yang memang ditugaskan oleh Leonidas untuk menjaga jalur itu sekaligus melindungi negeri mereka. Pasukan Persia sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan bertemu musuh disitu.

Awalnya Hydarnes mengira mereka adalah prajurit Sparta, tetapi Ephialtes menenangkannya karena ia tahu ciri-ciri orang-orang Sparta. Karena tidak ingin penyerangannya tertunda, Hydarnes menakut-nakuti prajurit Phokia dengan menunjukkan kekuatan pasukan Persia yang dipimpinnya. Ia menyuruh pasukannya menembakkan ’hujan panah’ secara bersamaan dan terbukti ampuh. Pasukan Phokia yang ketakutan mundur dari puncak bukit dan membiarkan jalan menuju Thermopylae terbuka tanpa penjagaan. Orang-orang Phokia mengira pasti akan bertempur dengan sengit, tetapi perkiraan mereka meleset. Hydarnes dan pasukannya terus berjalan menuruni bukit tanpa mempedulikan keberadaan mereka.

Sementara pasukan Yunani di Thermopylae sudah mendapatkan tanda bahaya kedatangan orang-orang Persia dari pasukan Phokia yang kembali. Dan saat itu pula Leonidas memutuskan membagi pasukannya: prajurit yang kuat tetap bertahan dan yang lebih lemah meninggalkan Thermopylae.

Sesungguhnya tidak ada pergerakan pasukan Persia yang luput dari pengamatan Leonidas. Ia telah mendapat informasi bahwa pasukan Persia akan mengepungnya. Saat Leonidas menyadari pertahanan pasukan Phokia telah jebol, ia memutuskan sebagian pasukan pulang ke negerinya masing-masing untuk mempersiapkan diri untuk perlawanan selanjutnya, tetapi ia bersama pasukan Sparta akan tetap tinggal. Leonidas berencana untuk menahan gerak pasukan Persia selama mungkin sekaligus memenuhi takdir seperti yang telah digariskan orakel sebelumnya: Kota Sparta akan musnah, atau, salah seorang raja mereka yang keturunan Herakles mengorbankan dirinya.

Semua pemimpin pasukan mematuhi Leonidas dan menarik mundur pasukannya, hanya pasukan Thespia dan Theban yang tersisa bersama pasukan Sparta menjaga Thermopylae. Pasukan Theban dipaksa tetap tinggal oleh Leonidas yang meragukan kesetiaan mereka, sementara pasukan Thespia yang dipimpin oleh Demophilus, putra Diadromes menolak untuk mundur dan membantu Leonidas yang sudah siap bertempur sampai mati.

Akhir perang Thermopylae

Dan fajar pun menyingsing. Setelah melakukan persembahan kepada para dewa, Xerxes menunggu sampai kira-kira pasukan Hydarnes telah turun dari bukit dan memulai penyerangan terlebih dahulu. Sementara pasukan Sparta yang dipimpin oleh Leonidas menyerang balik dengan mati-matian. Kali ini kedua pasukan bertemu di tempat paling lebar dari jalur sempit Thermopylae. Pasukan Yunani bertempur dengan gigih sampai lembing-lembing mereka dipatahkan, dan walaupun dengan pedang (xiphoi) di tangan, mereka masih bisa membunuh banyak prajurit Persia.

Dalam serangan ini dua saudara Xerxes tewas, yaitu Abrocomes dan Hyperanthes. Demikian juga, pemimpin Sparta, Leonidas, akhirnya gugur dalam pertempuran puncak ini.
Mendapat berita bahwa Hydarnes dan pasukannya, The Immortal telah turun dari bukit dan mendekati pasukan Yunani dari belakang, mereka menarik diri dan bertahan di bukit kecil Kolonos di balik tembok Phokia. Melihat pasukan Yunani makin terdesak ke arah bukit dan tanda-tanda kemenangan Persia sudah di depan mata, prajurit-prajurit Theban dengan tangan di atas menyerahkan diri kepada pasukan Persia. Tetapi malangnya beberapa dari mereka dibunuh saat berusaha mendekati pasukan Persia dan sisanya yang menyerah diberi cap kerajaan Persia dengan timah panas di tubuhnya atas perintah Xerxes.


Sementara prajurit Sparta dan Thespia yang tersisa terus berjuang dengan pedang, bahkan sebagian dengan tangan kosong dan hanya menggunakan gigi-gigi mereka. Setelah merobohkan Tembok Phokia dan mengepung pasukan Yunani di bukit Kolonos, Xerxes memerintahkan pasukannya memanah bersama-sama sekaligus yang mengakibatkan terjadinya hujan panah sehingga seluruh prajurit Yunani gugur tanpa tersisa.

Saat mayat Leonidas ditemukan orang-orang Persia, Xerxes yang murka karena kehilangan banyak prajurit memerintahkan kepalanya dipenggal dan tubuhnya disalib. Tindakan ini sangat tidak biasa dilakukan orang-orang Persia yang memiliki kebiasaan menguburkan dengan hormat musuh yang telah bertempur dengan gagah berani. Ahli arkeologi telah menemukan bukti-bukti memang pernah terjadi hujan panah di akhir pertempuran di situs Thermopylae.

Dan di tempat itu sekarang berdiri sebuah monumen yang bertuliskan:

Ω ξείν', αγγέλλειν Λακεδαιμονίοις ότι τήδε
κείμεθα, τοις κείνων ρήμασι πειθόμενοι.

”Wahai orang asing yang melintas, pergilah dan sampaikan kepada orang-orang Sparta,
Bahwa disini, kami yang tunduk pada hukum Sparta, berbaring selamanya.”

Xerxes yang heran kenapa sangat sedikit jumlah pasukan Yunani yang menjaga Thermopylae, menanyai tahanan Yunani dari Arkadia melalui penasihatnya.
“Apa yang sedang dikerjakan orang-orang Yunani sekarang?”
“Mereka sedang menyelenggarakan Olimpiade, menonton pertandingan atletik dan lomba pacuan kereta berkuda,”jawab orang-orang Arkadia.
“Dan, “sambung penasihat Xerxes, “apa hadiahnya bila mereka menang?”
“Bagi yang menang akan diberikan rangkaian mahkota daun zaitun.”

Mendengar jawaban ini, Tritantaechmes, putra Artabanus, salah seorang jendral Persia berseru kaget, “Demi Dewa! Mardonius, orang-orang macam apa yang sedang kita perangi atas suruhanmu ini? Mereka berkompetisi bukan demi uang, tetapi demi kehormatan!”
(Herodotus, The Histories Book VIII)

Perang Artemisium

Bersamaan dengan terjadinya perang di Thermopylae, pertempuran laut antara armada Persia melawan Yunani berlangsung di Artemisium. Komandan armada laut Yunani adalah Eurybiades, seorang Sparta, yang memimpin 271 buah kapal perang Yunani berhadapan dengan 600 kapal Persia dan 200 kapal lainnya.


Saat malam tiba, hujan lebat disertai badai memporak-porandakan 200 kapal Persia yang mencoba mengitari Euboea untuk menyerang armada Yunani dari belakang. Perang berlangsung selama tiga hari dan saat kabar kekalahan pasukan Leonidas di Thermopylae sampai ke armada Yunani, tidak ada pilihan lain selain mundur dari Artemisium.

Kapal-kapal Yunani kemudian berkumpul di Salamis untuk mengungsikan penduduk Athena sebelum pasukan darat Xerxes tiba. Di Salamis, datang bantuan pasukan dari negeri-negeri Yunani lainnya hingga total keseluruhan jumlah kapal mencapai 378 buah.

Sementara itu, pasukan darat Xerxes telah sampai di Athena yang hanya dijaga beberapa gelintir prajurit dan berhasil mendudukinya. Xerxes membunuh semua orang Athena yang bertahan, menjarah kuil-kuil dan membakar kota. Dari Athena, Xerxes kemudian memerintahkan pasukannya bergerak maju untuk menyerang Korinthos, dimana tembok pertahanan Yunani sedang dibangun di bawah pengawasan Kleombrotus, putra Abazandridas dan adik Leonidas.

Mendengar Athena telah jatuh, Eurybiades memutuskan armada mundur ke Korinthos dan bertahan disana. Tetapi Themistokles, komandan pasukan Athena yang lebih bijak dan cerdik, meyakinkannya untuk tetap bertahan di Salamis. Dengan kecerdikannya Themistokles mengirimkan orang kepercayaannya yang bernama Sikinnus kepada Xerxes, untuk berpura-pura berkhianat dan memberitahukan apabila Xerxes menginginkan kemenangan, mereka harus segera menyerang karena armada Yunani akan pergi dari Salamis saat fajar.

Kekalahan Persia di Salamis

Xerxes termakan umpan itu. Di tengah malam buta, armada besarnya diam-diam berlayar menuju teluk Salamis. Dan saat fajar, 29 September 480 SM, pasukan Persia baru menyadari mereka telah masuk ke dalam jebakan. Kapal-kapal perang Yunani tahu-tahu telah mengepung kapal-kapal Persia di teluk Salamis yang sempit.


Begitu komando diberikan, serentak kapal-kapal Yunani yang ukurannya lebih kecil menyerang kapal-kapal Persia yang baik ukuran maupun jumlahnya lebih besar. Tetapi di teluk sempit ini, jumlah armada Persia yang besar tidak ada artinya melawan kegesitan kapal-kapal Yunani. Xerxes yang menonton pertempuran dari atas bukit dengan jelas melihat kapal-kapal kebanggaannya dihancurkan pasukan Yunani.

Lebih dari 500 kapal perang Persia hancur di Salamis dan sisa kapal lainnya diburu oleh kapal-kapal Yunani. Dalam perang di Salamis Persia kalah telak karena kapal-kapal yang dihancurkan ini merupakan kapal perang utama dan kapal yang membawa perbekalan. Dengan terpaksa Xerxes menarik mundur pasukannya baik yang di laut maupun yang di darat karena otomatis pasukan daratnya tidak mendapatkan dukungan dan bantuan dari pasukan laut lagi.

Berakhirnya invasi Persia di Eropa

Xerxes memutuskan untuk kembali ke Asia dan hanya meninggalkan sedikit sisa pasukannya di Thessalia sebanyak 300.000 orang di bawah pimpinan salah seorang jendralnya, Mardonius.

Hampir setahun kemudian (479 SM), pasukan Mardonius ini kembali berhadapan dengan 10.000 pasukan gabungan Yunani yang dipimpin oleh Pausanias di Plataea. Dalam perang itu, Mardonius tewas dibunuh oleh seorang prajurit Sparta bernama Aeimnestos sedangkan The Immortal, Sepuluh Ribu prajurit elite Persia, ditumpas habis oleh prajurit-prajurit Yunani. Sisa pasukan Persia lainnya mati terbunuh dalam pengejaran. Dari 300.000 orang prajurit Persia hanya tersisa sekitar 3000 orang yang ditawan hidup-hidup.


Dengan kemenangan Yunani di perang Plataea ini invasi Persia di daratan Eropa pun berakhir. Persia kembali menderita kekalahan telak setelah di Salamis dan Xerxes tidak pernah berhasil menguasai seluruh negeri Yunani.

Note: Tulisan ini dibuat berdasarkan catatan Herodotus, ahli sejarah Yunani dalam The Histories yang ditulis dari tahun 450-420 SM, atau hanya berjarak 30 tahun setelah perang. Dalam bab berikutnya saya akan membandingkan apa yang ditulis Herodotus dengan bukti-bukti yang ditemukan oleh para ahli sejarah modern.

No comments:

Post a Comment