Mereka
merupakan kekuatan terhebat Vatikan yang senantiasa melindungi
Vatikan dari kekuatan musuh manapun. Saya menganggap kelompok ini
sebagai saingan berat dari kelompok Organisasi Freemason. Opus Dei secara harafiah dapat diartikan sebagai ‘Pekerjaan Tuhan’.
Menjelang tahun 1946, Opus Dei memperluas jaringannya ke Italia,
Portugal dan Inggris. Pada tahun 1982, kelompok ini telah
mengkonsolidasi kekuatannya yang begitu sukses sehingga Paus Yohanes Paulus II
mengangkat kelompok ini sebagai agen pribadi dari Vatikan. Di
kalangan publik pun tersebar rumor tentang pengaruh Opus Dei yang
tidak semestinya, yang digunakan atas nama kepausan. Ketika Escriva
(pendiri Opus Dei pada tahun 1028) diangkat menjadi santo pada tahun
2002, secara tidak langsung tindakan Paus telah mengkonfirmasikan
rumor tersebut.
Ketika Dan Brown memberikan prasangkanya mengenai ‘pengikut Katolik
yang sangat taat’ ini, mata dunia hanya menganggapnya sebagai bumbu
dalam novel fiksi dari Dan Brown. ‘Fakta’ yang menjadi pengantar novel
Dan Brown menjadi sangat menarik perhatian akan laporan-laporan
tentang ‘cuci-otak, kekerasan dan praktek berbahaya yang disebut
mereka sebagai ‘penyangkalan badani’, sekaligus memperhatikan kegiatan
terakhir merka yang membangun Markas Besar mereka di Lexington Avenue, New York. Markas itu berada nun jauh dari tempat kelompok masyarakat sederhana ini dibentuk oleh Escriva di Madrid
pada tahun 1028, saat ia menjadi imam Katolik yang sederhana. Jika
anda sudah pernah menyaksikan versi film dari Da Vinci Code, anda
mungkin masih ingat seorang albino yang kelihatan galak dan terlihat
seperti haus darah. Nah! Mereka inilah yang merupakan pengikut dari
organisasi Opus Dei. Opus Dei saat ini mengklaim telah memiliki lebih
dari 85.000 anggota.
Praktek-praktek Opus Dei yang tertutup sering menimbulkan bayak
spekulasi dari publik. Salah satu praktek ritual mereka yang membuat
orang tercengang adalah seperti ‘Menit Kepahlawanan’ pada saat bangun
tidur. Para anggota diminta untuk melompat dari ranjang, berlutut
mencium lantai dan mengucapkan “serviam”
yang diartikan sebagai “saya akan melayani”. Selanjutnya adalah cara
penyangkalan badani mereka seperti tidur di lantai, mandi air dingin
dan tidak menyantap hidangan penutup saat makan malam. Cara
penyangkalan badani yang ekstrim lainnya adalah dengan menggunakan
alat-alat penyiksa diri seperti menggunakan cambuk yang dipukulkan ke
bagian punggung atau pantat mereka sekali seminggu. Alat populer
lainnya yang mereka gunakan adalah apa yang dinamakan Cilice.
Cilice adalah sebuah rantai berpaku yang yang dikenakan disekeliling
paha bagian atas selama dua jam setiap hari sehingga meninggalkan
lubang-lubang kecil dalam daging. Bagi yang sudah menyaksikan film Da
Vinci Code, saya rasa sudah mulai teringat akan gambaran yang dilukiskan
dalam film itu.
Salah satu praktek penyelamatan ‘wajah Vatikan’ yang dilakukan Opus
Dei antara lain ketika pada November 1975. Saat itu Amerika Serikat
sudah melegalkan aborsi sejak 3 tahun sebelumnya. Vatikan mulai
menyiapkan sejumlah rencana dengan mengirim beberapa agen Opus Dei
yang berpengaruh ke Gedung Putih (perlu dicatat bahwa Opus Dei
memiliki anggota-anggota yang duduk dalam sektor vital di berbagai
negara di dunia, seperti Ruth Kelly yang duduk dalam menteri dalam
pemerintahan Inggris) untuk melakukan lobi guna membalikkan tren
aborsi ini dan menyuarakan Pro Kehidupan. Hasilnya, enam hari kemudian
dokumen penting NSM 200 (National Security Memorandum atau Memorandum
Keamanan Nasional) yang sudah diterima presiden Ford yang berisi
hasil-hasil penelitian yang memakan anggaran yang besar terhadap
konsekuensi-konsekuensi dari kelebihan penduduk akhirnya dikubur.
Lihat betapa mudahnya Vatikan mengendalikan dunia dari balik tembok-temboknya dengan bantuan Opus Dei.
No comments:
Post a Comment