Friday, October 22, 2010

Sekta dalam Agama Yahudi

Sekta dalam Agama Yahudi

Dibawah kekuasaan Grik semenjak tahun 332 sebelum Masehi, yang pada masa itu kebudayaan Hellenia dipaksakan dalarn kehidupan masyarakat Yahudi, baikpun bahasa maupun alampikiran dan adat istiadat, maka masyarakat Yahudi di Palestina itu lambatlaun terpecah kepada empat sekta, terutama pada masa-masa menjelang tahun Masehi, seperti berikut dibawah ini:

- Saduki, dipimpin oleh lrnam-lrnam Besar (High Priests) di Jerusalem dan berpengaruh dalam lapisan atasan, kaum terpelajar Yahudi maupun kaum bangsawan Yahudi. Hal itu disebabkan mereka lebih menitikberatkan pertimbangan pada soal-soal politik. Sekta itu dipengaruhi kebudayaan Grik dan alam pikiran Grik.

- Pharisi, yang punya pengikut luas da]am lapisan rakyat dibawah pirnpinan rabbi-rabbi, dan sangat ketat memperpegangi syariat Taurat Musa. Nama sekta tersebut bermakna pihak "yang memisahkan diri". Teguh mempertahankan kepercayaan dan adat istiadat Yahudi terhadap tantangan zaman.

- Zealot, merupakan pecahan dari sekta Pharisi karena tidak puas akan sikap yang terlampau pasif terhadap perjuangan kebebasan nasional. Dalam seluruh keyakinannya dan kepercayaannya sekta itu bersamaan dengan sekta Pharisi kecuali dalam satu soal saja, yaitu sikap agressip memperjoangkan kebebasan nasional.

- Khasidim, pihak yang menyerahkan hidupnya sepenuhnya untuk beribadat dalam sipat khalwat pada tempat-tempat terasing, seperti halnya dengan aliran Sufi di dalam agama Islam, yang mencahari "penghiburan" atas penderitaan lahiriah itu dengan menenggelamkan diri pada aliran mistik. Nama sekta itu bermakna "puak yang suci", dan di dalam bahasa Grik dipanggilkan dengan sekta Essenes (pihak yang suci).

Itulah empat sekta yang tetap tumbuh dan berkembang sampai kepada masa Nabi Isa Almasih (Jesus Keristus) menjalankan missinya pada masa menjelang pertengahan abad pertama Masehi.
Sekta Saduki menuduh sekta Pharisi itu menyebarkan ajaran- ajaran yang tidak tertulis di dalam Taurat Musa, dan hal itu benar, karena melalui penapsiran-penapsiran terhadap Hukum Musa, maka pihak Pharisi itu menetapkan hukum-hukum baru yang bertambah lama bertambah ketat.

Sekta Pharisi mempercayai hari Kebangkitan, neraka dan sorga, hidup kekal pada hari Kemudian, dan kedatangan kerajaan Almasih menjelang hari Kebinasaan Alam Semesta.
Sekta Saduki berpendirian bahwa sekalian hal itu tidak perlu diperbincangkan karena tidak satupun tentang hal itu bisa "diketahui" oleh siapapun. Pendirian tersebut, jikalau ditinjau dari jurusan filsafat disebut dengan :Agnosticism.

Sekta Saduki memperpegangi ajaran filsafat Grik tentang "kemauan bebas" pada manusia. sedangkan sekta Pharisi mempercayai takdir-nahi menguasai hidup manusia.
Itulah pokok-pokok perbedaan yang terpenting antara sekta Saduki dengan sekta Pharisi, terotama pada masa-masa menjelang tahun Masehi. Bagian terbesar dari para rabbi, seumpama rabbi-Hillel yang dimuliakan Yahudi dan ajaran.

Gerakan Karaites
Sewaktu perhatian telah lebih banyak tertuju kepada pengajaran Talmudz, sedangkan tinjauan dan ulasan telah berlarut-larut sampai kepada masalah yang remeh-remeh dan tetekbengek, dan seluruh kegiatan dan begitupun pemikiran telah terpaling dari masalah-masalah yang paling pokok, karena terbenam dalam pembahasan soal-soal tetek-bengek, hingga setiap kuman telah dijadikan gajah, maka timbullah gerakan Reformasi dalam kalangan agama Yahudi di sekitar abad ke-8 masehi, dipelopori oleh Rabbi Anan ben David (lk 760 M), dengan mengambil kota Baghdad sebagai pusat gerakannya.

Gerakan Reformasi itu menurut Judah Goldin di dalam The Living Talmudz edisi 1960 halaman 35, bersemboyankan : Back to Scripture: ( Ayo kembali kepada Kitab Suci !).

Kritik-kritik yang dilontarkannya demikian tajam dan suaranya demikian radikal hingga membangkitkan keonaran dan pertentangan tajam dalam lingkungan masyarakat Yahudi, antara gerakan Kaum Muda itu dengan Kaum Tua; hingga pada akhirnya Khalifah Al-Manshur (754-775 M) dari daulat Abbasiah terpaksa mengambil tindakan menangkapnya dan menjerumuskannya ke dalam penjara.

Suatu kebetulan sepanjang sejarah, demikian Encyclopedia Britannica dalam penguraian tentang Karaites, bahwa yang menolongnya untuk tidak sampai dijatuhi hukuman mati dan bahkan menolongnya untuk dibebaskan ialah temannya sepenjara, Al-Imam Abu Hanifah (699-767 M), seorang tokoh besar pembangun mazhab Hanafi dalam dunia Islam.

Gerakan Rabbi Ananben David itu biasa dipanggilkan dengan Karaism dan para pengikutnya dipanggilkan Karaites. Gerakan itu berkelanjutan sampai abad ke-9 Masehi dibawah pimpinan Rabbi Benjamin Nahwandi. Tokoh-tokoh terkemuka lainnya ialah Sahal ben Macleah, Solomon ben Yeroham, Joseph ben Noah. Tetapi gerakan yang ekstrim dan radikal itu tidak berusia lama dan sekedar meluangkan jalan bagi pertumbuhan gerakan Massorah.

Gerakan Massorah.
Pengaruh gerakan Karaism itu bukan kecil sekalipun tidak bemsia lama, karena semenjak abad ke-9 masehi itu muncul gerakan RefQnt1asi yang lebih moderat, terkenal dengan sebutan gerakan Massorah dan para pengikutnya dipanggilkan kaum Massoretes; dan gerakan itu berkelanjutan pengarohnya sampai abad-abad berikutnya.

Tokoh terkemuka dalam gerakan itu ialah Rabbi Ben Azher dan Rabbi Ben Naphtali. Karyanya yang terbesar ialah penyusun an kembali naskah-lengkap Kitab Torah beserta kitab-kitab lainnya yang terpandang suci di dalam bahasa Ibrani, dikenal dengan sebutan Massoretic Text, yakni naskah Massorah.

Betapa besar pengamh karya gerakan Massorah itu terhadap dunia Keristen pada masa belakangan dapat disaksikan pada pendirian kaum Reformasi Keristen semenjak abad ke-15 masehi, yang menolak beberapa kitab dalam Vulgata (salinan Septuaginta ke dalam bahasa Latin) yang menjadi pegangan Gereja Rum Katolik, dan menerima sepenuhnya Massoratic Text itu sebagai standard-text bagi Perjanjian Lama (Old Testament).

Gerakan Massorah menyusun naskah-Ibrani itu dari naskah- Grik yang bernama Septuaginta itu, dengan menyalin kata demi kata secara teliti dan menyesuaikannya dengan tatabahasa Ibrani, dan sesewaktu membandingkannya dengan petikan-petikan Ayat Taurat yang dijumpai di dalam Mishna. Betapa ketelitian dan kecermatan penyusunan naskah-naskah Ibrani itu dapat disaksikan pada kenyataan tentang persamaannya pada umumnya dengan naskah-tua Habakuk dan naskah-tua Isaiah, di dalam himpunan Dead Sea Scrolls, yang ditemukan sehabis PD-II.


Gerakan Kabbala
Gerakan mistik dalam dunia Islam, yaitu Sufism, yang tokoh terkemuka dalam belahan timur ialah Al-Ghazali (1058-1111 M) dan pada belahan barat ialah Ibnu Arabi (1165-1240 M), membawa pengaruh kuat bagi pertumbuhan gerakan mistik Kabbala atau Cabala dalam kalangan Yahudi.

Kabbala itu dalam bahasa Ibrani bermakna "menerima" ataupun "tradisi". Nama itu dipergunakan bagi suatu sistim filsafat yang bersipat mistik dan theosofis dan magis. Upacara upacara yang dilakukannya bersifat rahasia dan penuh misteri.
Gerakan Kabbala itu bermula popularitasnya pada abad ke-12 masehi dan berkelanjutan sampai abad ke-16. Kaum Kabbalists itu menganut paham Wihdatul-Wujud (pantheism) seperti yang dianut oleh Sufi Ibnu Arabi dan Sufi Al-Hallaj dan Sufi Jalaluddin Al-Rumi.

Tokoh terkemuka dari gerakan Kabbala itu ialah Azriel of Gerona dan Moses de Leon, kedua-duanya dari Andalusia. Karya dari tokoh terakhir itu bernama Sefer Hazzohan dan lebih terkenal dengan sebutan "Zohar" saja, ditulis pada abad ke-13 masehi, mempakan naskah otoritas dalam gerakan Kabbala seperti kedudukan Ihya-Ulumud-Dien karya Al-Ghazali dalam dunia Sufi.

No comments:

Post a Comment