Tuesday, January 11, 2011

Kenali Nasrani

AGAMA NASRANI

Agama ini sering pula disebut "Agama Masehi" atau "Agama Kristen". Nama agama ini mempunyai kaitan dengan nama pendirinya (Nabinya). Bilamana agama ini disebut dengan "Nasrani", maka nama itu dikaitkan dengan nama sebuah kampung dekat Jerusalem dimana Nabi Isa (pendirinya) diasuh dan dibesarkan. Kampung itu bemama "Nazareth".
Bila agama ini disebut "Kristen" maka nama itu mengandung arti "orang yang diurapi" yaitu orang yang digosok dengan minyak suci sebagai suatu upacara konsekrasi (pensucian). Jadi kata Kristen mengandung arti orang-orang yang telah dibaptiskan dengan perminyakan suci itu. Dengan pembaptisan tersebut orang telah diakui syah sebagai pengikut Kristus (orang yang diurapi). Sedangkan nama "Jesus" adalah nama menurut ucapan bahasa Greek, yang diucapkan dalam bahasa Arab dengan "Isa" dan dalam bahasa Ibrani diucapkan dengan kata "Joshua". Dalam Al-Quran nama Isa disebut sampai 30 kali dan dihormati namanya selaku utusan Allah.
Agama ini bilamana dilihat dari segi latar belakang sejarah asal usulnya, maka termasuk agama wahyu, karena pembawanya adalah seorang Rasulullah yang bernama Isa, yang dipercayai kebenarannya oleh agama Islam. Tugas Nabi Isa sebagai utusan Allah ialah menyampaikan wahyu dari Allah kepada bangsa Israel.
Bilaman agama ini dilihat dari segi fungsinya, maka agam Nasrani merupakan penerus dari agama Yahudi yang datang sebelumnya, karena agama ini mengajarkan bahwa segala hukum Taurat dan kitab­kitab Perjanjian lama lainnya serta tradisi-tradisi lama yang hidup pada masa sebelumnya wajib ditaati oleh pemeluk-pemeluknya.
Bilamana dilihat dari inti ajarannya, maka agama ini lebi menekankan pada ajaran moral susila yang bersumber pada rasa kasih sebagaimana yang dicontohkan oleh Nabi Isa sendiri. Dalam hubungan dengan ajaran tersebut, agama Nasrani mengajarkan bahwa Tuhan adalah sebagai Tokoh ke-Bapak-an yang cinta kasih kepada hambanya.
Dari segi struktur organisasinya dikemudian hari, maka agama ini sebagai organisasi sosial yang mekanismenya diatur melalui sistem "klerus" (jabatan kependetaan) yang bersifat hirarkhis vertikal, karena mekanisme tersebut dipandang sangat perIu bagi Gereja untuk meneruskan missi sucinya (mission sacre) dari Jesus Kristus ke seluruh dunia. Dalam perkembangannya lebih lanjut sistem klerus (keimanan tersebut hanya terdapat pada gereja Roma Katholik, sedang dalam Kristen Protestan sistem itu tidak diorganisasikan secara hirarkhi vertikal (tersusun dari bawah ke atas).

1. SEJARAH AGAMA NASRANI (KRISTEN)
Menurut sejarah, Jesus Kristus dilahirkan pada tahun ke­4 sebelum tahun pertama Masehi ± tanggal, 25 Desember tabun 4 S.M di sebuah desa yang bemama Batlehem (baitu Lahmin). Orang tuanya bemama Yusuf, Tukang kayu yang tinggal di Nazareht, ibunya bemama Maria (Maryam). Kehamilan Maria bukan karena hubungan kelamin dengan Yusuf, tetapi karena ruh kudus dari Allah. Pada saat itu Yusuf baru berada dalam status pertunangan dengan Maria. Karena prangsaka buruk Yusuf terhadap Maria, maka datanglah Malaikat kepadanya untuk mengkhabarkan bahwa kehamilan Maria bukan karena perbuatan serong, tapi karena memang dikehendaki oleh Tuhan, dan Maria akan melahirkan anak laki-laki yang disebut dengan nama Immanuel (artinya : Allah beserta kita). Kemudian Yusuf tidak lagi bercampur dengan Maria sehingga melahirkan bayi bemama Yesus atau Immanuel itu. Demikian penuturan kitab suci Injil Matius ayat 18 – 25.
Yesus sejak kecil diasuh oleh para rahib Yahudi di Jerussalem yang mengajarkan hukum-hukum Taurat serta berusaha mendidiknya menjadi pengikut agama Yahudi. Tapi setelah dewasa, Yesus suka membantah dan menentang pendapat atau praktek-praktek rahib Yahudi dalam pengamalan hukum-hukum Taurat yang menyeleweng dari ajaran aslinya. Banyak argumentasi Yesus yang dapat menundukan rahib-rahib tersebut. Tapi di samping itu banyak pula di antara para rahib yang menaruh dendam terhadapnya yang temyata pada akhimya menjadi malapetaka yang menimpa dirinya yakni berupa fitnah, pembunuhan dan sebagainya.
Ketika umur 30 tabun, beliau dinobatkan (dibaptis) menjadi Rasul oleh Yahya. Maka sejak itu beliau menjalankan missi sucinya mengkhotbahkan ajaran-ajarannya kepada bangsa Israel, terutama kepada 12 orang apostel (rasul) nya. Setelah 7 (tujuh) tahun menjalankan kerasulannya pada tahun 33 Masehi beliau ditangkap oleh Gubemur Romawi di Palestina yaitu Pontius Pilatus akibat fitnahan dari Rahib­rahib Yahudi ia dituduh ingin menjadi raja Yahudi dengan melawan kekuasaan Kaisar Romawi yang diwakili oleh Pentius Pilatus di Palestina itu. Setelah dipenjarakan beberapa waktu, kemudian dijatuhi hukuman mati di atas tiang salib. Pada waktu itu Yesus berusia 37 tahun. Salah seorang murid Yesus sendiri menjadi biang keladi dalam peristiwa penangkapan atas dirinya, yakni yang bemama Yudas Eskariot (Yahuza). Oleh karena itu Yudas dipandang telah murtad dan keluar dari pengikut Yesus.
Jadi menurut kepecayaan Nasrani, Yesus benar-benar telah mati disalib dan penderitaannya itu tak lain adalah karena demi untuk penebus dosa-dosa manusia oleh dirinya sendiri. Kepercayaan demikian mengandung tendensi bahwa siapa saja yang telah menjadi Kristen, maka dosa-dosanya telah diampuni dan ditanggung oleh Yesus dengan salibnya itu. Riwayat tentang wafatnya Yesus Kristus ini diuraikan dalam­kitab-kitab InjiI, misalnya Injil Matius 27 : 32-56 dan 57-66 dan sebagainya.

2. PRINSIP-PRINSIP AJARAN AGAMA NASRANI
Ajaran-ajaran agama Nasrani mempunyai sumber dalam kitab­kitab Perjanjian Lama dan kitab-kitab Perjanjian Baru (Old Testament and New Testament). Agama Nasrani baru dapat difahami secara bulat, bilamana orang dapat memahami ajaran-ajaran Musa dan Nabi-nabi terdahulu.
Kenyataan demikian digambarkan oleh Prof. B.C. Bleeker sebagai suatu pertandaan yang khusus yakni pertumbuhan agama ini ditandai oleh dua hal yang aneh, yaitu ia merupakan sekte agama Yahudi yang berkembang menjadi suatu agama besar dunia yang meninggalkan tanah asalnya untuk mengembangkan dirinya di dunia Barat.
Pertanda yang kedua ialah bahwa khotbah-khotbah Yesus baru dapat difahami bilamana kepercayaan bangsa Israel ditempatkan sebagai latar belakang, dan perluasan agama Kristen tersebut ke seluruh dunia memang merupakan watak-watak aslinya yang telah terbina dalam pekabaran Injil yang berkecenderungan ke arah itu .
Yang penting sekarang ialah kita berusaha mengerti bagaimana ajaran-ajaran azasinya yakni konsep ketuhanannya dan pandangan hidupnya di dunia serta tujuan-tujuannya. Kita temui dalam agama Kristen suatu perumusan pengakuan (syahadat) yang disyahkan oleh Gereja dan yang dipatuhi oleh pengikut-pengikutnya ialah suatu dasar kepercayaan keagamaan yang dijadikan salah satu sumber ajaran- ajarannya. Perumusan kesaksian tersebut tersusun dalam 12 pasal, yang akhimya dapat disebut sebagai syahadat 12 (credo). Untuk Iebih jelasnya perlu disebutkan satu per satu sebagai berikut.
1. Aku percaya kepada Allah sang Bapak yang maha Kuasa, yang menciptakan langit dan bumi.
2. Aku percaya kepada Yesus Kristus, Putra-Nya yang tunggal sebagai Tuhan-ku.
3. Yang dihamilkan karena ruh suci, lahir dari gadis Maria.
4. Yang menderita sengsara pada masa Pontius Pilatus, disalib sampai mati dan dikubur, turun kegelap gulitaan.
5. Pada hari yang ketiga dia bangkit kembali dari tempat kediaman orang yang telah mati.
6. Lalu naik ke Sorga bersemayam di sebelah kanan Allah sang Bapak yang maha kuasa dengan tersenyum-senyum.
7. Dari situ akan kedatangannya kembali untuk mengadili orang yang hidup dan orang yang mati.
8. Aku percaya kepada ruh suci.
9. Aku percaya kepada perkumpulan Kristen yang satu yang suci dan yang luas yakni himpunan orang-orang suci.
10. Aku percaya kepada diampuninya dosa.
11. Aku percaya dibangkitkannya orang mati.
12. Aku percaya hidup kekal setelah mati
Dengan membaca secara teliti rumusan kesaksian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa rumusan tersebut dibuat setelah Yesus telah tiada lagi, disusun oleh pengikut-pengikut Yesus dikemudian hari.
Bilamana jika diteliti isi syahadat 12 dengan membandingkan dengan ten Comandments (sepuluh perintah Yahweh) akan dijumpai adanya ketidaksesuaian tentang isi atau jiwanya, misalnya tentang disebutnya Tuhan Allah yang berputra tunggal Yesus Kristus (dalam syahadat 12), sedang dalam Ten Commandments tegas-tegas dinyatakan tidak boleh menyembah selain Yahweh sendiri dan dilarang dengan tegas memuja berhala, dilarang menyebut nama Allah dengan semena-mena.
Ajaran-ajaran Nasrani mempunyai sumber nilai perikemanusiaan dimana perasaan cinta kasih menjadi dasar pokoknya. Prikemanusiaan yang memancar dari cinta kasih ini meliputi dan meluas ke dalam sikap hidup antara sesama manusia dan sikap hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah (Atas dasar inilah maka ajaran Kristus pada masa-masa permulaan perkembangannya merupakan liberating forces (kekuatan yang membebaskan) bagi perbudakan serta menjadi penghibur bagi siapa yang dirundung penderitaan. Perasaan cinta kasihnya menyebabkan Yesus Kristus rela mati di atas tiang salib sebagai penebus dosa manusia.
Demikianlah pandangan Nasrani tentang peristiwa penyaliban Yesus Kristus sehingga sampai sekarang peristiwa tersebut merupakan simbol pengorbanan besar yang suci bagi umatnya. Teori dan praktek dari apa yang diajarkannya mengandung tendensi ke arah watak hidup yang altruis (tidak mementingkan diri sendiri), berani berkurban, materialisme tapi sebaliknya bersifat spiritualistis dan immaterialistis dan lain-lain sifat.
Segala praktek-praktek hidup yang dicontohkan oleh Yes Kristus sendiri kepada pengikut-pengikutnya lebih daripada ukuran manusia biasa yang kemudian dipandang oleh kebanyakan pengikutnya mendekati ukuran ketuhanan.
Ajaran Yesus tentang sifat dan sikap yang luhur itu sesuai deng sabda yang tertulis dalam kitab-kitab Injil antara lain
1. Cintailah tetanggamu sebagai kamu mencintai dirimu sendiri.
2. Sehingga kamu menjadi anak Allah Bapakmu yang berada di Sorga karena Dia membuat matahari bersinar di atas orang yang jahat di atas orang yang baik, serta mengirimkan hujan kepada orang adil dan orang yang tidak adil. Oleh karena itu kamu harus menjadi sempurna sebagai Bapakmu di sorga adalah sempurna. (Matius : 5 : 44-48).
3. Saint Paul berkata : Cinta adalah kesabaran dan keramahan-tamahan, cinta bukan iri hati atau kemarahan, ia bukan suatu kekasaran ... ia tidak menyambut gembira akan sesuatu yang salah, ia menyambut gembira sesuatu yang benar. Cinta membuahkan segala sesuatu, mempercayai segala sesuatu, mengharap-harap segala sesuatu, bertahan terhadap segala sesuatu, cinta tak pernah berakhir (I. Cor. 13 : 4 - 8).

3. DOSA MANUSIA SEBAGAI SUATU DOGMA
Soal dosa manusia dalam agama Nasrani merupakan suatu masalah yang besar. Pandangannya dalam hal ini berbeda dengan Islam maupun Yahudi. Rentetan dosa-dosa manusia menurut pandangannya berpangkal pada dosa pertama yang diperbuat Adam dan Hawa di sorga yakni melanggar larangan Allah karena makan buah Khuldi, sehingga mengakibatkan keduanya dikutuk Tuhan, diturunkan ke dunia sebagai hamba yang telah ternoda, dosa ini berlangsung turun-temurun kepada anak cucunya sampai akhir zaman.
Dengan demikian hidup manusia ini penuh dengan dosa-dosa yang tak mungkin dirinya sendiri dapat menebusnya tanpa pertolongan Yesus Kristus. Masalah dosa terdapat ketentuan-ketentuan dalam semua agama yang berbeda-beda cara pengampunannya. Sebagai contoh misalnya dalam kitab suci AI-Quran dinyatakan tidaklah akan membebani dosa seseorang atas orang lain dan tidak ada bagi seseorang manusia kecuali apa yang telah dilakukannya (An-Najam 38-39) " Dan sesungguhnya perbuatannya itu akan diketahui" (An-Najam 40). Bahkan juga dalam kitab Injil Matius 2 : 14 dinyatakan sebagai berikut : "Karena jikalau kamu mengampuni kesalahan orang lain, tak dapat tiada Bapamu yang di sorga akan mengampuni kesalahan kamu pun".
Adapun contoh peristiwa tentang betapa dosa seseorang dapat diampuni hanya oleh orang lain adalah peristiwa seorang sahabat bernama "Alqomah ketika mengalami sakratul maut selama 3 (tiga) hari dalam keadaan payah disebabkan dosa-dosa yang diperbuat terhadap ibunya yang sampai saat itu ibunya tidak/belum memberikan maaf. -Ketika Nabi Muhammad meminta supaya mengampuni dosa anaknya, ibunya menolak permintaan tersebut.
Melihat penderitaan yang begitu lama dialami oleh Alqomah dalam sakratul maut itu kemudian Nabi memerintahkan para sahabat untuk membakar Alqomah, dengan maksud agar lekas meninggal dunia. Setelah mendengar anaknya akan dibakar, ibunya segera mengampuni kesalahan-kesalahannya. Setelah itu barulah Tuhan memberi ampun atas dosa-dosa Alqomah, kemudian dengan mudah ruhnya dicabut oleh malaikat Izrail.

4.ALIRAN-ALIRAN DALAM AGAMA NASRANI
Sama halnya dengan beberapa agama lainnya, dalam agama Kristen terjadi juga perpecahan dalam aliran yang mempunyai titik pandangan berbeda yaitu :
1. Kristen Protestan sebagai suatu aliran yang lebih bersikap rasional dalam penghayatan dan pengamalan agama, mempunyai metode­metode sendiri yakni, metode-metode yang berusaha mendekati sumber asli ajaran Yesus Kristus. Segala putusan Gereja seperti yang berlaku dalam Gereja Katholik dianggap tidak syah karena berlawanan dengan hak Juru Selamat Yesus Kristus serta mengurangi hak-haknya. Dalam Gereja Kristen ini tidak banyak diciptakan upacara-upacara agama atau sakramen-sakramen seperti yang ada dalam Gereja Roma Katholik.
2. Roma Katholik lebih banyak mencurahkan perhatian kepada masalah tradisional gerejani daripada merasionalkan ajaran agama. Mereka juga lebih mengutamakan keorganisasian gereja yang dipandang suci daripada memberikan kebebasan pengikut­pengikutnya dalam memahami kitab-kitab suci, sebab organisasi penghimpun pengikut-pengikutnya dianggap sangat penting untuk menyatukan gerak langkah missi keagamaan daripada memberikan kebebasan dalam agama yang mungkin dapat disalahgunakan. Untuk tujuan tersebut perlu ada pejabat-pejabat gereja yang bertanggun jawab atas kepemimpinan agama demi keselamatan manusia dalam usaha memperoleh kerajaan Kristus di dunia, yang dipersucikan dan yang ma'sum dari segala kesalahan.
3. Gereja Orthodok Timur adalah aliran yang lebih mementingkan metode-metode yang bersifat mistis daripada rasional serta tradisional. Keorganisasian tidak dipandang sebagai faktor penting untuk menghimpun dan memimpin pengikut-pengikutnya. Masing­masing negara dapat membentuk organisasi gereja sendiri-sendiri yang dikoordinir oleh seorang Patriarch.
Bila dibandingkan dengan gereja lainnya dalam metode pengamalan agama, maka gereja Orthodox Timur ini lebih dekat kepada Roma katholik daripada Protestan, baik dalam ritus dan ritualnya (upacara agama) maupun dalam faham-faham/kepercayaan terhadap kegaiban (miracle).
4. Gereja-gereja Pecahan, Dalam aliran-aliran yang lebih kecil yang dikenal dengan sekte-sekte gereja seperti Advent, Kristen Scientismr, Saksi Jehoah, dan Pantekosta dan lain-lain, juga tercipta cara-cara/metode-metodenya masing-masing yang bertitik pangkal pada kepercayaan tentang ketokohan (figur) Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Sebagai contoh sumber ajaran yang memberikan hiburan dan harapan­harapan bagi pemeluknya antara lain sabda Yesus sebagai berikut :
"Bebahagialah segala orang yang rendah hatinya, mereka itu yang empunya kerajaan sorga", (Matius 3 - 3). "Berbahagialah orang yang berduka cita, karena mereka itu akan dihiburkan. (Matius, 5 : 4, dan Mazsur, 126 : 5).
"Berbahagialah orang-orang yang:
a. Lembut hatinya, maka ia akan mewarisi bumi.
b. Lapar dan dahaga akan kebenaran, maka ia akan dijamu hingga kenyang.
c. Menaruh kasihan, maka ia akan mendapat rakhmat.
d. Suci hatinya, karena ia akan memandang Allah.
e. Teraniaya karena kebenaran, maka ia akan memiliki kerajaan sorga.
f. Mendapatkan celaan dan yang kena aniaya serta kena umpat oleh sebab aku, maka ia akan dapat pahala besar di sorga sebagai nabi-nabi yang terdahulu (lihat Matius, 5 : 6 - 12) dst.

Ajaran moralitas Yesus Kristus yang terkenal selain yang tersebut di atas adalah vang disebutkan sebagai berikut : "Dan jikalau seorang hendak mendakwa engkau lalu mengambil bajumu, biarlah ia mengambil jubahmu juga (Matius 5 : 48). "Dan lagi barang siapa memaksa engkau berjalan 1 mil jauhnya, pergilah sertanya dua ganda". "Kasihilah seterusmu dan doakan orang yang menganiaya kamu, (Matius 5 : 41-44)
Demikianlah antara lain sumber-sumber ajaran moral/akhirat agama nasrani. Ajaran-ajaran tersebut bertujuan membawa manusia melepaskan diri dari ikatan kehidupan duniawi, dengan tujuan untuk menyelamatkan manusia dari kongkongan materi dan kebendaan. Memang orang yang dapat melakukan Zuhud, melepaskan diri dari kongkongan materi adalah termasuk manusia suci; Orang semacam itu dapat dengan mudahnya mendekati Tuhan-nya. Makin besar manusia terpengaruh kekayaan duniawi, makin besarlah kemungkinan menjauhi norma-norma ke-Tuhan-an, maka mudah melupakan norma-norma kemanusiaan, makin besar pula kemungkinan merajalelanya kerusakan-kerusakan atas bumi ini. Demikianlah faham moralisme yang pessimistis.
Dalam hubungan ini, Islam juga memberikan ajaran moral etika, tetapi ajaran moral yang bersifat positif dan harmonis dalam pengertian kehidupan nyata dalam masyarakat sebagai manusia yang harus dapat mempertahankan hidup duniawinya. Islam memandang manusia hidup dalam alam kenyataan. Mereka menghadapi kenyataan materiil di samping moral. Oleh karena itu tekanan ajaran diperintahkan mencari dunia untuk bekal ibadatnya, bahkan sebagai bekal hidup akheratnya.
Boleh dikatakan semua agama wahyu pasti mengajarkan moral dan akhlak tinggi sesuai dengan tuntutan hidup duniawi dan uchrawinya.

5. FILSAFAT (KONSEP) KETUHANAN DALAM AGAMA NASRANI DAN FAHAM TRlNITAS.
Bilamana kita memasuki pembahasan tentang falsafah ketuhanan maka kita tidak bisa berbuat lain kecuali harus melihat lebih dahulu objek pembahasan dengan pandangan yang objektif. Telah kita kenal bahwa falsafah ketuhanan agama Nasrani adalah TRINITAS atau TRIMURTI. Dalam TRINITAS terdapat pengakuan keimanan terhadap adanya "TIGA OKNUM KETUHANAN" yaitu Allah Sang Bapak, Roh Suci dan Yesus Kristus. Ketiganya merupakan kesatuan yang merupakan satu kebenaran yang Esa. Menurut rumusan Nasrani filsafat ketuhanan yang demikian itu tidak boleh disebut Polytheisme, tetapi harus dikatakan monotheisme, sebab oknum kedua dan ketiga merupakan bagian daripada Allah Sang Bapak. Dengan istilah lain bahwa Ketiganya adalah dalam ke-Esaan, atau Ke Esaan-Nya dalam Ketigaan­Nya.
Pernah terjadi dua orang ahli teologi berbeda pendapat tentang masalah apakah Yesus Kristus itu hanya sebagai seorang utusan AlIah ? ataukah sebagai seorang manusia Tuhan yang mempunyai zat yang sama dengan Allah?
Akhirnya konsisli mengambil keputusan yang pasti bahwa Yesus Kristus merupakan satu zat dengan Allah Sang Bapak. Teori demikian disebut "HOMO USIOS". Keputusan-keputusan konsili terebut didukung sepenuhnya oleh Kaisar Konstantin Agung, serta dilindunginya. Dengan demikian aliran Arianisme ditolak: oleh sebagian besar peserta konsili Nikea ini. Konsekuensi yang berat harus diterima oleh golongan Arianisme yakni, mereka dimusuhi oleh gereja dan Kaisar karena mereka tidak tunduk kepada putusan Konsili.
Mereka yang tetap mempertahankan pendiriannya, mendapatkan sangsi pengusiran dari Negara atau pembunuhan. Dalam situasi yang demikian kritis itu maka timbul peperangan di kalangan umat agama tersebut. Akhirnya banyak dari pengikut Arius melarikan diri ke luar negeri seperti ke Mesir (Alexandria), Syria, dan sebagainya.
Pelarian tersebut kemudian mendirikan aliran baru yang bernama Neo Platonisme (di Alexandria) dan gereja Nestoria di Syria. Tetapi pertentangan ini tidak berhenti sampai demikian saja karena untuk memperkuat kedudukan gerja pembela aliran Athanasianisme tersebut diadakan sekali lagi konsili di Konstatinopel pada tahun 381 M. di bawah perlindungan Kaisar Theodosius Agung. Konsisli tersebut menetapkan keputusari yang lebih hebat lagi yaitu selain Yesus Kristus satu zat dengan Allah Sang Bapak, Ruhul Kudus pun satu zat dengan Allah Sang Bapak. Dengan keputusan itu genaplah "Ketiga Satuan Oknum" yang bersifat ketuhanan, yang oleh ahli teologi Kristen disebut dengan "Trinitas" yaitu , Allah Bapak, Allah putra dan Allah Ruh Kudus. Bagi gereja, teori Trinitas ini merupakan suatu dogma, yang tak boleh dianalisis secara rasional. Teori tersebut dianggap "Mystery" (gaib).
Ajaran Islam, dalam kitab suci AI-Qur'an telah ditegaskan bahwa Tuhan itu tidak beranak, bahwa Yesus Kristus (lsa) itu bukan anak Allah, bahwa Isa itu hanya anak manusia yang diberi wahyu oleh Allah dan sebagai utusan-Nya; bahwa Isa itu adalah anak Mariam melalui Ruhul Kudus; dan bahwa Tuhan itu bukan Taslis tetapi Allah adalah Esa, tiada sekutu, tiada yang menyamaiNya dari segala apa yang terhampar di alam ini dan lain-lain. Demikian menurut surat AI-Maidah 8 dan 72 - 75; Maryam 29 - 30 ; Al-ikhlas dan sebagainya.
Masalah prinsipil agama seperti itu akhirnya menimbulkan dalam diri masing-masing lingkungan gereja perpecahan perpecahan yang melalahirkan sejumlah sekte-sekte yang sampai pada pertengahan abad ke 20 ini telah mencapai jumlah ratusan buah.

6. KITAB-KITAB AGAMA NASRANI
Agama Kristen sekarang ini mempunyai kitab-kitab suci selain kitab Injil yang empat macam yakni kitab Nabi-nabi sebelumnya yang juga dipandang sebagai kitab yang wajib ditaati. Keadaan demikian disebabkan oleh karena ajaran-ajaran Yesus yang termaktub dalam Injil­Injilnya masih memerlukan penyempurnaan dari kitab-kitab sebelumnya. Mereka masih mengambil dalil-dalil dati pelbagai kitab-kitab sebelumnya. Mereka menggunakan dalil-dalil dari pelbagai kitab-kitab baik yang tergolong Perjanjian lama maupun Baru sebagai pedoman hidup. Kitab-kitab Lama dan Baru tergabung dalam apa yang disebut "ALKITAB" atau "BIJBEL" terbagi dalam 2 jenis :
1. Old Testament, yakni Kitab perjanjian lama yang berisi ajaran Nabi-nabi sebelum Yesus yang jumlahnya 39 buah.
2. New Testament, yakni kitab perjanjian baru atau Injil yang berisi ajaran-ajaran Yesus serta apostel-aposteInya. Injil yang diakui syah oleh Gereja sekarang hanya 4 buah, lainnya merupakan Injil Apokrifat (palsu).
Kitab-kitab tersebut ditulis atau dikarang oleh sahabat-sahabat Yesus berdasarkan atas ingatannya masing-masing, sehingga dalam masing-masing kitab Injil tersebut terdapat perbedaan materi ataupun redaksinya, walaupun intinya tidak ada perbedaan prinsipiil.

7. ALIRAN-ALIRAN / SEKTE-SEKTE DALAM AGAMA NASRANI
Sejak agama Nasrani ditinggalkan oleh Yesus (Isa)dalam beberapa abad kemudian terjadiIah perpecahan ke dalam, akibat dari perbedaan pandangan tentang pelbagai masalah, misalnya teologi, masalah pengganti Yesus Kristus, masalah penafsiran dan penyusunan kitab-kitab Injil, masalah ritus and rituals (upacara-upacara keagamaan) dan lain­lain. Konflik di kalangan mereka mula-mula tidak begitu mendalam dan meluas, tetapi lama-kelamaan konflik tersebut menjadi mendalam dan meluas, sehingga timbul jurang perpecahan di antara sesama mereka sendiri.
Menurut sejarah, sampai tahun 313 Masehi Gereja berjuang mati-matian melawan kekejaman kerajaan Romawi. Sejak tahun itulah agama Nasrani diakui secara resmi sebagai agama yang sama derajatnya dengan agama-agama lain dalam kerajaan Romawi. Pada tahun 380 Masehi Nasrani diakui menjadi agama resmi kerajaan Romawi sampai tahun 1054 M. Pada masa itu Agama Nasrani masih dalam satu kesatuan lembaga. Tetapi sejak tahun 1054, timbullah perpecahan besar antara Gereja Orthodox Timur (Yunani) dan Gereja Roma Katolik disebelah Barat (di Roma). Sebab-sebab perpecahan tersebut adalah kompleks sekali, antara lain menyangkut masalah teritorial, teologi, bahasa, politik dan upacara keagamaan. Perpecahan-perpecahan itu berlangsung terus sampai abad 16 M. Sejak abad itu timbullah aliran baru yang besar sekali pengaruhnya dalam dunia Kristen yakni aliran Protestan. Pelopor­pelopornya antara lain ialah Martin Luther, Calviyn dan Zwingli. Di dalam aliran Protestan itu terdapat 4 aliran pokok ialah Gereja Baptis, Gereja Lutheris, Calvinist dan Anglikan.
Dari keempat aliran Protestan tersebut pecah menjadi +257 aliran di USA meski gerakan eukumeni berusaha membawa beberapa aliran atau sekte tersebut kembali kepada induknya (Protestan) ; tapi hasilnya justru sebaliknya. Jadi dengan demikian terlihat adanya tiga aliran besar dalam Gereja Kristen yaitu Roma Katholik yang berpusat di Roma, yang memperluas sayap pengaruhnya di Eropah Tengah, Eropah Selatan, Islandia sampai Amerika Selatan dan juga Negara-negara Aisa Afrika dengan melalui missionaris atau "Missi sucinya" yang mendapatkan biaya dari pusat organisasi ini. Gereja Kristen Orthodox Timur punya pengaruh besar atas negara-negara: Yunani, Slavia dan Rusia, sedang aliran yang ketiga ialah Gereja Protestan menguasai Eropah Utara, Irlandia, Scotlandia dan Amerika Utara dan kemudian berusaha meluaskan da'wahnya (zending-nya) ke negara-negara (bekas) jajahan Barat di Asia dan Afrika.
Memang diakui bahwa pengikut agama yang paling banyak di dunia ini adalah Kristen (dalam segala aliran-aliran dan sekte-sektenya), akan tetapi pada umumnya terdapat di negara-negara bekas jajahan Barat. Oleh H. Smith ditaksir ada 800 juta umat Kristen di seluruh dunia, sehingga bila diperhitungkan dengan perbandingan jumlah penduduk dunia sekarang, maka hampir satu dati tiga orang pada masa kini adalah pemeluk agama ini (baca The Religions of mens p. 27 4). Umat sejumlah 800 juta tersebut diperoleh setelah Kristen menggerakkan missi dan zendingnya selama ± 2.000 tahun sejak kelahiran Yesus dengan melalui perjuangan yang cukup berat baik moril maupun materiil. Kenyataan yang demikian hebatnya ini bagi orang di luar Kristen, bukan suatu hal yang mengherankan, sebab memprogandakan suatu ideologi bagaimanapun kualitasnya bila disertai yang cukup lengkap seperti dalam komunisme baik dalam bentuk fisik, materil maupun moril, apalagi bila ditambah dengan pengertian yang mendalam tentang situasi dan kondisi-kondisi hidup manusia sesuai dengan tempat dan waktu, maka banyak orang tertarik juga kepada propaganda tersebut. Sebab tiap pribadi manusia itu mempunyai kelemahan-kelemahan yang dapat ditembus, apa lagi bila dihubungkan dengan cita-cita dan pengalaman-pengalaman pribadi dalam hidupnya.
Kembali kepada doktrin, aliran dan sekte-sekte dalam Kristen diatas , kita akan menemukan persoalan-persoalan pelik yang sukar untuk diatasi, sebab masing-masing aliran mempunyai garis-garis prinsipil yang berada antara satu dengan lainnya dalam masalah syariat dan aqidah ,di mana dalam praktek propagandanya saling mempersalahkan di antara mereka sendiri.



8. PANDANGAN GEREJA ROMA KATHOLIK
Gereja Roma Katholik menetapkan konsepsi bahwa gereja harus mempunyai 2 kekuasaan ialah :
(1) Gereja sebagai lembaga yang mempunyai kekuasaan mengajar.
(2) Gereja sebagai lembaga yang mempunyai kekuasaan melakukan sekramen atas orang lain.
Adapun 2 konsepsi tersebut dapat dijelaskan masing-masingnya sebagai berikut :
Kekuasaan gereja untuk mengajar umat manusia berlandaskan atas fikiran bahwa Tuhan turun ke dunia dalam bentuk anak manusia Yesus Kristus adalah bertugas mengajar umat manusia kepada jalan keselamatan dalam hidup di dunia dan hidup kekal di masa datang.
Mereka bersikap bahwa perlu ajaran-ajaran Yesus diperluas sampai kepada generasi selanjutnya bahkan kepada bangsa yang masih kafir (non Kristen). Sikap inilah yang mendorong untuk menciptakan suatu lembaga pengajaran yang terorganisirkan permanen yang terkenal dengan "Gereja". Dengan telah adanya Injil saja ajaran Yesus belum bisa menjamin kelangsungan hidupnya; karena dalam usaha pemahaman isi lnjil itu memerlukan penafsiran-penafsiran yang seragam. Untuk itu Gerejalah yang mempunyai wewenang luas. Dengan istilah lain Yesus mendirikan gereja untuk mengembangkan ajaran­ajarannya secara luas di atas bumi, dan gerejalah satu-satunya penguasa yang berwenang menetapkan benar dan salah dalam masalah moral. Sikap dimikian didasarkan atas sabda Yesus kepada Petrus sebagai berikut : "Saya mengatakan kepada­mu, kamu adalah Petrus, dan di atas batu karang inilah akan saya bangun gereja; saya akan memberimu kunci kerajaan surga itu; apa saja yang kamu ikatkan di atas dunia ini, akan diikat pula di surga dan apa saja yang kamu lepaskan di atas dunia ini, akan dilepaskan pula di surga nanti (matius 16: 18 19).
Jadi dengan demikian jelaslah bahwa pengakuan gereja terhadap adanya kekuasaan ini adalah mutlak. Kemudian siapakah yang menjadi tokoh utama dalam lembaga tersebut ? Hal ini dapat diketahui dalam sejarah; bahwa tokoh yang mula-mula menjadi pilihan Yesus adalah Saint Peter (Petrus). Atas dasar pikiran demikian, maka Petrus dipandang sebagai wakil Yesus Yang pertama, dan wakil tersebut sedikit banyak mempunyai hak dan kewajiban sama dengan yang diwakilinya sebagaimana juga halnya dengan wakil-wakil yang ditunjuk secara berjenjang dari Paus, Uskup sampai pastur dan seterusnya.
Menurut sejarah pertumbuhan agama Kristen di Eropa, gereja sulit terlepas dari pengaruh kebudayaan Romawi dan Yunani di mana ciri-cirinya adalah sekulair. Padahal penyiar Kristen di Eropah terdiri dari orang-orang Romawi, seperti Paulus, Petrus dan lain-lain. Maka mulai abad 2 dan selanjutnya agama Kristen yang semula sangat mementingkan moral atau kerajaan sorga, atau mementingkan aspek-aspek kehidupan rohaniah, telah mulai dipengaruhi oleh kehidupan sekulair (keduniawian). Pada saat-saat demikian, praktek hidup menjauhi duniawi, termasuk juga perkawinan, dipandang sebagai tindakan yang terpuji dan disukai Allah. Sehingga dengan demikian hidup zuhud, bertapa atau ascetik sebagai pendeta merupakan tradisi yang dipertahankan dalam Gereja, karena hal tersebut dipandang sebagai cara hidup yang mulia. Untuk menanggulangi gelombang sekulair yang mempengaruhi gereja Kristen, maka akhirnya gereja Roma Katholik mengeluarkan "Ikrar sumpah biara" yang terdiri dari sumpah kemiskinan, sumpah kesucian dan sumpah kepatuhan. Sumpah-sumpah tersebut berarti sebagai berikut:
1. Sumpah kemiskinan = Bersumpah meninggalkan kekayaan dunia untuk hidup dalam biara. Hal ini dipersamakan dengan dalil dalam Injil yakni ketika Yesus Kristus bertemu dengan seorang pemuda kaya raya, di mana pemuda itu lebih sayang kepada harta benda­nya daripada Allah, dan pemuda tersebut dengan kekayaannya itu merasa dirinya telah patuh kepada hukum-hukum Allah. Yesus kemudian berkata kepadanya'''Ikutlah aku, hai, pemuda! dan serahkan harta bendamu itu kepada orang miskin.”
2. Sumpah kesucian = Bersumpah untuk hidup suci dari perbuatan-perbuatan orang awam. Jadi harus hidup dalam keadaan luar biasa, misalnya kalau orang biasa boleh kawin, maka pejabat gereja Roma Katolik tak boleh, sebab hal ini akan mengganggu ketekunan berbakti kepada Yesus Kristus dan sebagainya. Bila orang awam makan dan berpakaian bebas, maka imam-imam harns tunduk pada peraturan kebiaraan dalam hal makan dan berpakaian itu.
Larangan untuk hidup celibat ini barangkali meniru cara hidup pendeta Yunani kuno yang tinggal dikuil-kuil dewa­dewa atau di pantheon-pantheon. Hidup mereka juga berdasarkan pada sabda kitab Injil yang menyatakan "Jangan pegang, jangan kecap dan jangan jamah" (Kor : 2 ; 21).
3. Sumpah kepatuhan = Bersumpah untuk tunduk dan patuh kepada pembesar-pembesar gereja Roma Katholik. Segala peraturan yang dibuat gereja wajib mereka ikuti. Sedang protestan menganggap bahwa gereja Roma Katholik telah banyak kemasukan unsur­unsur agama /takhayul/ tradisi Yunani dan Romawi kuno, misalnya tentang anggapan bahwa hidup kerohanian lebih utama dari kejasmanihan.

Bersumber dari keyakinan ihilah timbul teori Klerus (susunan pejabat gereja) sebagai wakil Petrus yang mewakili Yesus. Akhirnya untuk mempertahankan kesucian mental/moral dan kepercayaan pengikut­pengikut agama ini, diciptakan idee "Papal infallibility" yaitu Paus sebagai kepala gereja di seluruh dunia tidak bisa bertindak salah sebagai penguasa pertama yang berhak menetapkan hal ikhwal kehidupan keagamaan umat Kristen. Paus dibantu oleh beberapa Kardinal yang berpusat di Roma. Masing-masing teritorial yang dipandang perlu sesuai dengan tingkat kemampuan dan jumlah pemeluk-pemeluk Kristen dari suatu negara dapat diangkat penguasa gereja yang disebut Uskup yang bertanggung jawab atas daerah Vikariat Apostolis yang diserahkan kepadanya. Masing-masing Uskup bertanggung jawab atas wilayahnya dan mempertanggungjawabkan kepada Paus itu.
Formulasi kekuasaan gereja yang demikian itu akhirnya menimbulkan doktrin ke-Pausan yang menegaskan bahwa “bilamana Paus berbicara secara resmi tentang masalah kepercayaan atau moral, Tuhan menjaganya dari kemungkinan salah karena pada saat itu roh suci melindungi dari kesalahannya".
Doktrin ini menjadi dogma sepanjang masa, yang tak boleh dikritik atau diganggu gugat oleh siapa pun. Jalan pikiran yang demikian ditentang keras oleh gereja Protestan (Reformasi), karena tidak mungkin terjadi waris mewarisi jabatan kerohanian itu baik dari Yesus maupun dari Rasul Petrus. Hal ini dipandang oleh mereka melanggar ketentuan-ketentuan Alkitab.
Selanjutnya dengan kekuasaan gereja yang berpusat pada Paus yang tak bersalah itu, maka Gereja Roma Katholik menetapkan wewenang tentang penyiaran agamanya dalam 2 bentuk yaitu :
1. Traditio Declarativa, berarti gereja satu-satunya lembaga yang berwenang menerangkan isi kitab suci tanpa salah.
2. Tradito Constutiva, berarti gereja berhak membuat tradisi yang melengkapkan kitab suci, yang oleh Roma Katholik dipandang juga sebagai wahyu tersendiri.

Kepercayaan umat/gereja Roma Katholik bahwa Paus, Pontificat Rum tidak mungkin berbuat salah (ma'sum) adalah hasil dari perumusan Paus Leo, Paus Agatho dan Paus Gregorius ke VII yang kemudian pada tahun 1870 Masehi ditetapkan oleh Konsilli Vatican sebagai ajaran resmi sebagai berikut :
"Kami (yakni Paus) mengajarkan dan menetapkan dengan persetujuan konsilli suci ini, bahwa atas ajaran Tuhan yang diwahyukan, bila Uskup Rum berbicra dalam jabatannya, artinya bila ia dalam kedudukannya sebagai gembala dan pengajar seluruh umat Kristen sesuai dengan kekuasaannya yang tertinggi sebagai seorang Rasul, menetapkan suatu ajaran mengenai kepercayaan dan kesusilaan yang harus dipegang seluruh Gereja, maka ia tak mungkin berbuat salah. Demikian itu karena pertolonganTuhan Allah yang dijanjikan kepadanya dengan perantaraan Petrus yang telah beroleh selamat itu dan sebagainya. Dan barangsiapa berani mengyangkal penetapan ini terkutuklah ia (sidang ke 4 bab 4).
Dengan wewenang gereja, maka Paus diangkat sebagai Rasul Yesus, dan punya kekuasaan tertinggi dalam pengajaran Kristen yang berhubungan dengan kepercayaan/kesusilaan, dan tindakan­tindakannya itu tak mungkin salah adalah jelas bahwa Gereja sama derajat dengan Yesus, bahkan dapat melebihinya, karena dapat mengancam dengan kutukan atas orang yang tidak mengakui keputusan yang telah diambilnya.
Dengan wewenang tersebut gereja Roma Katholik dapat menentukan segala-galanya di luar kitab suci. Maka itu sumber hukum gereja ini terdiri dari 2 macam yang disebut dengan "Teori Sumber dua" yakni, kitab suci dan tradisi gereja. Baik kitab suci maupun tradisi gereja diakui syah. Oleh Roma Katholik dianggap keduanya sama kekuatan hukumnya, sedang Protestan menganggap hanya kitab suci yang punya kekuatan hukum , yang harus diterima sebagai norma di atas tradisi.
Menurut Dr. J. Verkyl : Dalam synagoge (tempat ibadat Yahudi) timbul sebuah ajaran tentang tradisi synagoge di samping ajaran tentang hukum Tamat dan Kitab Nabi-Nabi. Menurut Rabbi-rabbi Yahudi, (pendeta) kitab suci sudah tidak memuaskan lagi dan karena itu mereka terus menerus menambahkan tradisi yang disampaikan secara lisan terhadap kitab Suci itu.
Menurut Rabbi-rabbi itu, tradisi berasal dari Allah dan disampaikan kepada ahli-ahli Taurat oleh orang tua-tua yakni, orang-orang yang ada dalam synagoge besar. Tradisi itu kemudian dituliskan dalam kitab Mishna dan Gemara yang kemudian disyahkan sebagai norma-norma yang benar yang tak dapat disangkal dengan berbagai akal. Kedua kitab tersebut disesuaikan dengan isi kitab suci. Itulah sebabnya Yesus dan Rasul-rasul menyangkal terhadap kebenaran tradisi-tradisi Yahudi itu kemudian juga gereja Kristen Protestan .
Dr. Verkuyl sebagai tokoh gereja Protestan mencela tindakan Roma Katholik tentang penyalahgunaan kekuasaan kegerejaan tersebut sebagai suatu penyelewengan dari kitab suci, sehingga Roma Katholik disamakan dengan penyelewengan-pengyelewengan Rabbi-Rabbi Yahudi zaman dahulu.
Gereja Orthodox Timur juga sangat menentang supremasi dan in­fallibilitas Paus serta tidak setuju terhadap sistem Klerus (susunan pejabat Gereja) sebagaimana yang disyahkan dalam Roma Katholik. Sampai sekarang gereja Roma Katholik masih tetap menganggap bahwa dialah satu-satunya gereja yang menjadi wakil syah dari Yesus Kristus di dunia dan di luar gereja Roma Katholik tidak ada badan yang berhak memberl kebahagiaan kepada orang. Semboyan yang selalu didengungkan baik di kalangan Kristen sendiri maupun di luarnya ialah : "Extra acclassiam nulla sallus" artinya di luar gereja tidak ada kebahagiaan.
Sementara itu di luar gereja Roma Katholik yaitu gereja Reformasi menyerukan dengan lantangnya semboyan sebagai berikut : “Ecclessia reformata, semper reformanda”; artinya : gereja-gereja reformasi harus terus menerus dibangun kembali. Perkataan tersebut mula-mula diucapkan oleh Calvijn, salah seorang tokoh pimpinan reformasi abad 16.
Jadi nyatalah bahwa dalam gereja sendiri banyak terdapat pertentangan faham mengenai prinsip-prinsip agama yang membawa perpecahan sampai saat ini, dan telah berlarut-larut hampir seribu tahun hingga satu sama lain merasa sebagai badan yang terpisah berdiri sendiri dengan keyakinan serta prinsip-prinsip kepercayaan tersendiri pula. Di samping itu, gereja adalah satu-satunya lembaga yang berhak melakukan sakramen atas manusia. Sakramen merupakan pelengkap bagi gereja dalam tugas pengajaran.
Anggapan demikian berdasarkan atas teori bahwa manusia dalam hidupnya selalu membutuhkan kekuatan spiritual yang dapat mendorong, membantu keberhasilan dalam usaha, tanpa bantuan ini suatu kehidupan adalah tidak mungkin.
Menurut pengakuan Roma Katholik, gereja sebagai wakil Tuhan adalah satu-satunya yang syah untuk menyediakan dan memberikan kekuatan spritual tersebut melalui sakramen-sakramen. Pengakuan semacam ini menimbulkan anggapan bahwa pemberian sakramen-sakramen itu hanya dapat dilakukan oleh pejabat-pejabat gereja yang berwenang dan yang disucikan saja. Gereja Roma Katholik dengan pejabat­pejabat sucinya berhak menetapkan bermacam-macam sakramen yang wajib bagi pemeluk-pemeluknya.
Anggapan seperti tersebut di atas ditentang oleh Kristen Protestan dan lain-lain aliran dalam agama Kristen dengan alasan pelbagai macam. Dr. Verkyl menyatakan bahwa gereja Roma Katholik adalah gereja Sakramen karena sejak dilahirkan sampai dikuburkan penganut Roma Katholik selalu diikuti oleh ketujuh sakramen dalam gerejanya bukanlah berpusat pada firman Tuhan melainkan sakramen yang menjadi pusat liturgi.
Menurut sejarah gereja, sejak abad 12 sakramen yang terdapat dalam gereja Roma Katholik telah ditetapkan menjadi 7 macam. Ketujuh sakreamen itu dipandang sejalan dengan tingkat pertumbuhan kehidupan manusia yang bersifat alamiah. Di dalam kehidupan alamiah manusia itulah terkandung kejadian-kejadian yang memerlukan kekuatan spiritual. Hanya sekramen itulah yang dapat memberikan kekuatan tersebut (lihat "Religions of Men" H.Smith p. 304).
Adapun ketujuh sakramen dalam gereja Roma Katholik tersebut ialah : sakramen Permandian, sakramen Perjamuan suci atau Eucharisasi, sakramen Konfermasi, sakramen Pengakuan dosa. Perminyakan terakhir (bagi orang yang meninggal dunia), Pentahbisan imam dan Pernikahan.
1. Sakramen Konfermasi = sakramen untuk memberi kekuatan bathin kepada anak-anak yang memasuki umur dewasa agar punya jiwa teguh.
2. Sakramen Pengakuan dosa = sakramen di dalam mana seseorang mengakui dosanya dihadapan Imam (Pastur) untuk diampuni.
3. Sakramen Perminyakan terakhir = sakramen mensucikan jenazah yang akan dikubur dengan menggosok seluruh tubuhnya dengan minyak sejenis vestin yang telah disucikan (sama halnya dengan pemandian jenazah serta pensucian dengan wudhu dan lain-lain dalam Islam).
4. Sakramen Pentahbisan Imam= sakramen pengangkatan imam-imam pastor sebagai pejabat suci gereja.
5. Sakramen pernikahan = upacara pengesahan perkawinan oleh Imam/Pastor yang ditunjuk untuk itu.
6. Sakramen Perjamuan Suci =
Upacara ini disebut juga sakramen Eucharisasi, atau Misa suci. atau makan malam Yesus Kristus. Oleh Protestan dibedakan antara perjamuan suci dengan Misa suci, karena Misa suci dipandang sebagai upacara kafir. Sebenamya kurban Misa itu merupakan kelanjutan daripada sakramen perjamuan suci. Hanya saja tujuan dari kurban Misa ialah memperingati serta ikutbela sungkawa dengan disertai doa-doa atas pengurbanan seseorang. Hal ini dianggap oleh Roma Katholik sebagai kayu salib adalah kurban yang sebenarnya, sedangkan kurban Misa adalah kurban yang relatif, karena yang pertama terjadi aliran darah Yesus Kristus di tiang salib, sedang yang kedua tidak ada darah mengalir, tetapi oleh Roma Katholik kurban yang kedua ini adalah benar dan sejati.
Pandangan demikian berdasarkan atas putusan Konsili Trente yang berbunyi sebagai berikut :
"Bahwa barangsiapa yang mengatakan bahwa kurban Misa itu bukan kurban yang sejati dan betul, terkutuklah".
Gereja Protestan menolak keputusan Konsili Trente itu atas dasar
alasan bahwa kurban darah Yesus Kristus tidak dapat diulangi, kalaupun diulangi dengan kurban Misa, maka hal itu berarti meniadakan kurban Kristus yang telah dilakukan untuk selama-lamanya itu. Penolakan Gereja Protestan tersebut dipertegas lagi dengan pemyataan Catechis­mus Heidelberg bahwa kurban Misa adalah suatu penyangkalan atas kurban yang satu-satunya dan atas penderitaan Kristus.
Tetapi namun begitu, gereja Roma Katholik tetap menolak setiap usaha untuk menggantikan kurban Misa itu dengan Perjamuan suci (dapat dibaca dalam Encycliek "Mediator Dei et Hominum" th 1947). Adapun petjamuan suci merupakan upacara makan minum yang pernah dilakukan oleh Yesus Kristus pada suatu malam ketika ia dikhianati oleh orang-orang Yahudi. Dalam perjamuan tersebut terjadilah pertemuan antara Yesus Kristus dengan orang-orang yang berdosa. Mereka pada saat itu mendapatkan pengampunan dosa oleh Kristus dengan diberi roti dan minum anggur sebagai lambang kedamaian.
Perjamuan suci yang ada sekarang diperselisihkan, apakah roti dan anggur harus dipandang benar-benar sebagai daging dan darah Yesus Kristus? Apakah keduanya hanya lambang kedatangan Kristus? Hal ini dipandang sebagai persoalan serius oleh kedua gereja di atas.
Dalam Yahya 6, Yesus Kristus selalu menyebut dirinya sebagai roti dari sorga yang harus dimakan. Ajaran Transsubstansiasi (berubah jadi bahan) dari Roma Katholik tentang roti dan anggur dalam perjamuan suci tersebut sangat ditentang oleh gereja Reformasi, karena hal itu hanya sebagai lambang perhubungan yang erat antara jiwa Yesus Kristus dengan anggota-anggota jemaat Kristen dalam upacara saja. Dalam perjamuan suci Yesus pernah berkata "Ini tubuhku, inilah darahku" (Markus 14 22) ; kata-kata ini dipandang dapat mengubah roti jadi daging-Nya, dan anggur jadi darah-Nya.
Akhimya imam-imam Roma Katholik dalam upacara-upacara suci meniru Yesus Kristus dengan ucapan kata suci "Hocest Corpus meum" = inilah tubuhku; Karenanya maka roti dan anggur lalu berubah menjadi daging dan darah Yesus Kristus.
Dengan demikian maka bagi orang yang telah makan roti serta minum anggur dari Yesus Kristus itu berarti telah bersih dari dosa-dosanya.
Ajaran Prostestan menganggap bahwa faham transubstansiasi adalah salah besar, sebab menurut pendapatnya bahwa bila perjamuan suci diadakan atas dasar keimanan yang sejati, maka Yesus akan datang dalam perjamuan itu melalui roh suci.
Jadi perjamuan tersebut bukan hanya pesta makan untuk mengenang Yesus saja. Roti dan anggur dalam perjamuan tersebut sebagai lambang untuk mengarahkan fikiran orang kepada pensaliban Kristus di Golgotha sehingga batin orang tersebut selalu tertuju kepada hubungan rohaniyah di sorga dan menimbulkan keinginan atas kedatangan kembali Kristus pada akhir zaman.
7. Sakramen Pembaptisan =
Di kalangan Gereja Roma Katholik pembaptisan dilakukan dengan tetesan air suci yang telah disucikan oleh Imam dengan doa-doa.
Sakramen ini dilakukan pada saat bayi lahir, karena dengan sakramen itu bayi ditanamkan dalam Jiwanya rohmat pertama dari Tuhan yang akan mendorongnya ke dalam susunan kehidupan yang supernatural (suci).
Protestan melakukan sakramen pembaptisan atas orang-orang yang
telah mencapai usia dewasa dengan memandikan mereka. Hal. ini dilakukan sebagai apa yang dilakukan oleh Yahya yang memandikan Yesus sebagai upacara pembaptisan menjadi Rasul Tuhan dengan air sungai Yordan pada waktu usia 30 tahun.
Menurut Protestan dari ketujuh sakramen ini, hanya dua sakramen yang syah dari kitab suci Perjanjian Baru yaitu sakramen Perjamuan suci dan sakramen Permandian. Jadi Roma Katholik menambahkan , lima sakramen lagi kepada dua sakramen yang diajarkan Yesus Kristus sendiri. Memang bila kita selidiki ayat-ayat perjanjian Baru maka akan kita temui ayat-ayat seperti Matius 28; 19 dan Markus 14 : 22 - 24 yang menegaskan kepada pengikut-pengikut Kristen bahwa Yesus Kristus hanya menjalankan sakramen pembaptisan (permandian suci) dan sakramen perjamuan suci (Misa suci) atau Eueharisasi atau Komuni suci atau pesta malam Yesus. Karena dorongan keinginan yang meluap­luap dari gereja Reformasi untuk mengembalikan agama Kristen kepada doktrin asli (sumber asli) yang sebenarnya, maka reformasi selalu mengadakan serangan-serangan yang tidak perlu terhadap Gereja Roma Katholik yang dianggap telah banyak menyimpang dari sumber aslinya sehingga dianggap seolah-olah dalam gereja Roma Katholik penuh dengan bid'ah, khurafat, mythos dan kultus individu serta takhayul.
Ajaran sakramen ini telah ditetapkan oleh Konsili (Kongres Ulama di Trente yang terkenal dengan rumusan-rumusannya antara lain: Sakramen adalah alat anugerah, yang bukan saja menandakan dan mematerikan anugrah, tapi mengandung anugrah pula, dan imam yang membagikannya kepada orang beroleh anugerah pula karena imam melakukan ibadah sakrarnen itu (ex opere operato).
Firman Allah hanya mengabarkan tentang adanya anugerah tetapi yang dapat memberikan anugerah itu hanya sakramen itu. Sakramen itu perlu untuk memperoleh keselamatan, supaya seorang manusia dapat dikaruniai anugerah pembenaran; Sakramen itu harus ada atau sekurang-kurangnya orang tersebut mempunyai keingingan menerimanya; Imam saja tidak cukup. Agar sakramen benar adanya, maka pihak yang melayani sekurang-kurangnya harus bersedia mengerjakan apa ,yang dikerjakan Gereja. Tetapi apabila orang yang menjalankan sakramen itu sangat banyak atau sangat besar dosanya, hal itu tidaklah menjadi soal. Yang perlu bagi yang menerima sakramen, hanyalah ia harus bersedia menerima apa yang diberikan Gereja dan tidak baleh menghalangi pekerjaan anugerah itu. Demikian ajaran gereja Roma Katholik.
Adapun Protestan menganggap bahwa Roma Katholik memberi pengertian yang salah terhadap anugerah yang ditandai oleh sakramen, karena Roma Katholik mengartikan anugerah itu sebagai suatu pahala supernatural yang datang dari luar dan yang mengangkat manusia ke alam atas dan yang memberi sifat ketuhanan.
Menurut Kitab suci, yang dimaksud anugerah itu adalah bukan suatu rahmat dari luar, bukan suatu mahkota atas kejadian itu, melainkan ia menghapuskan dosa dan dapat memperbaharui batin secara radikal. Demikian Portestan. Dalam hubungan dengan anugerah, Thomas Van Aquino berkata : "Gratia non tollit, sedperficit naturam" : yang artinya bahwa anugerah (ampunan) bukanlah meniadakan alam, tetapi menyempurnakannya.
Yang dimaksud dengan ucapan tersebut ialah bahwa anugerah tidak dapat mengubah situasi hidup seseorang dalam bentuk lain, tetapi anugerah itu hanya berusaha memperbaikinya saja kepada yang lebih baik.

*Catatan = Sakramen berasal dari bahasa Latin “sacramentum” yang berarti alat yang dipergunakan untuk mensucikan.














DAFTAR PUSTAKA


Arifin, HM. 2002. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar. PT.Golden Trayon Press. Jakarta

Cooley, Frank L. 1987. Mimbar dan Takhta. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta

Ramayulis. 2002. Pengantar Psikologi Agama. Penerbit : Kalam Mulia. Jakarta

No comments:

Post a Comment