Dari kiri ke kanan: German Vice-Chancellor Franz von Papen, representing Germany, Giuseppe Pizzardo, Cardinal Pacelli, Alfredo Cardinal Ottaviani,
Para Jesuit telah mempersiapkan Perang Dunia II secara rahasia dan Hitler adalah mesin perang yang dibentuk dan dibiayai oleh Vatikan untuk menaklukkan dunia demi KeKatolikan Roma. Hitler, Mussolini, dan Franco merupakan pahlawan bagi iman Katolik Roma. Mereka dirancang untuk menang dan menaklukkan dunia, dan membentuk kerajaan seribu tahun bagi Paus. Di belakang layar, para Jesuit mengatur Gestapo. Semuanya ini didokumentasikan dalam ‘The Secret History of The Jesuits’.
Bacalah pernyataan pers dari diktator Spanyol, Franco, yang diterbitkan pada tanggal 3 Mei 1945, yang merupakan hari kematian Hitler. Artikel itu mengatakan, ”Adolf Hitler, seorang anak Gereja Katolik, meninggal karena mempertahankan Kekristenan.” Kemudian lanjutnya, ”Diatas kematiannya tetap meninggalkan seorang figur dengan moral yang berkemenangan. Karena kemartirannya, Tuhan memberikan Hitler mahkota Kemenangan.”
Hitler sendiri menyatakan, ”Saya belajar banyak dari Ordo Jesuit. Sampai sekarang, tidak satupun di dunia ini yang lebih besar daripada organisasi gereja Katolik. Saya kagum dengan organisasi ini dan menerapkannya dalam kehidupan partai saya.”
16 November 1922, Parlemen Italia memilih Benito “Il Duce” Mussolini menjadi pemimpin. Sebelumnya Mussolini telah mengadakan negosiasi-negosiasi rahasia dengan para agen Pius XI. Salah satunya adalah Pastor Tacchi Venturi, sekretaris Serikat Yesus (Jesuit) dan bapak rohani Mussolini, yang telah melakukan misinya dengan sangat baik.
Berawal di Italia ini, tahun 1922 paham fasisme mulai disebarkan oleh Jesuit di Eropa. Mussolini menetapkan Katolik Roma sebagai agama negara, menghadiahkan Tahta Suci 1.750.000.000 lira (± _ 20.000.000) dan kekuasaan atas daerah kota Vatikan. Italia telah membiarkan dirinya jatuh ke tangan Roma yang licik.
Benito Mussolini, pemimpin gerakan fasisme Italia, terlahir ke dunia di kota Predappio, Italia pada tanggal 21 Mei 1883. Pada tahun 1914, Musolini menerbitkan suratkabar yang beraliran fasis dan mendirikan organisasi fasis.
Seusai Perang Dunia I, gerakan fasisme ini berkembang menjadi gerakan politik dan pada tahun 1921, Mussolini terpilih sebagai anggota parlemen Italia.
Tahun berikutnya, ketika pemerintahan Luigi Facta gagal, Mussolini diperintah oleh Raja untuk membentuk pemerintahan. Selama memerintah, Mussolini menerapkan dikatorisme dan sistem sensor yang sangat ketat.
Dari Italia, paham fasisme memasuki Jerman. Adolf Hitler menerimanya dengan terbuka. Tahun 1923, Facism (pimpinan Mussolini) bergabung dengan National-Socialism (pimpinan Hitler); Mussolini sangat bersahabat dengan Hitler.
Di Italia, partai Katolik Don Sturzo mendukung Mussolini untuk berkuasa. Sedangkan di Jerman, Monseigneur Kaas, kepala partai “Catholic Centre” juga melakukan hal yang sama kepada Hitler, dan dalam kedua peristiwa itu konkordat ditandatangani.
30 Januari 1933, Adolf Hitler, pemimpin Partai Nazi di Jerman, menjadi kanselir dan membentuk Pemerintahan ke-Tiga (The Third Reich) yang brutal. Dia mendirikan kamp-kamp konsentrasi didirikan di berbagai tempat untuk menghabisi kaum Yahudi. Juga terdapat 45 kamp konsentrasi di Jerman, dengan 40.000 tahanan yang berasal dari berbagai latar belakang pandangan politik, tetapi kebanyakan adalah yang liberal.
26 April tahun 1933, polisi rahasia pemerintah atau Gestapo, didirikan oleh rezim Nazi Jerman. Pendiri Gestapo adalah Herman Goering, seorang perwira tinggi Jerman yang merupakan orang dekat Hitler. Tujuan didirikannya Gestapo adalah untuk menangkap dan menghukum orang-orang yang dianggap penentang Nazi dan Hitler.
Pada tanggal 20 Juli 1933, Terjadi perjanjian (konkordat) antara Jerman dan Tahta Suci (Vatikan). Para Uskup bersumpah untuk setia kepada para pemerintah Jerman (Nazi) dan negara. Ini menunjukkan betapa sangat erat dan saling mendukung hubungan antara Gereja Katolik dengan NAZI Jerman itu.
Yang ikut dalam penandatanganan itu adalah Kardinal Pacelli (kemudian menjadi Paus Pius XII). Sebelum tahun 1933 dia adalah Sekretaris Negara Vatikan. Juga ada Franz von Papen, seorang nazi yang kejam dan seorang Katolik Roma yang setia dan juga diplomat penting Hitler dan agen Vatikan yang menolong Hitler untuk berkuasa. Lalu ada pula seorang wali gereja Vatikan yang kurang terkenal, Montini, yang kemudian menjadi Paus Paulus VI.
Hitler adalah seorang yang setia kepada Vatikan. Dia berjanji untuk “mencekik” para anti-paus. Mereka (Pius XI, Pius XII, Hitler) mengirimkan kaum liberal dan orang Yahudi ke kamp konsentrasi. Nasib bangsa Yahudi sudah ditentukan (oleh Hitler): dibunuh atau disuruh bekerja sampai kehabisan tenaga kemudian dibinasakan.
Walter Schellenberg, mantan kepala spionase Nazi membuat pernyataan ini: “Organisasi S.S. dibentuk oleh Himmler berdasarkan prinsip-prinsip dari Ordo Jesuit. Peraturan dan Latihan Kerohanian yang disusun oleh Ignatius Loyola adalah model yang ditiru habis oleh Himmler. Julukan Himmler sebagai kepala tertinggi S.S. adalah setara dengan Jenderal Jesuit dan seluruh struktur S.S. adalah tiruan dari hierarki ordo dalam Gereja Katolik.”
Adolph Hitler mengatakan: “Saya yakin akan kekuasaan besar dan pentingnya Kekristenan, dan saya tidak akan membiarkan agama lain manapun muncul ke permukaan. Maka dari itu saya beralih dari Ludendorff dan menolak buku yang ditulis Rosenberg. Buku itu ditulis oleh seorang Protestan. Buku itu bukan buku partai. Buku itu tidak ditulis olehnya sebagai bagian dari Partai. Biarkan saja para Protestan berdebat dengan dia… Sebagai seorang Katolik saya tidak pernah merasa suka berada dalam gereja Injili ataupun di dalam strukturnya. Makanya saya akan menemui kesulitan jika saya mencoba untuk menjalin hubungan dengan gereja-gereja Protestan. Penginjil-penginjil atau orang-orang Protestan akan menolak saya. Tetapi anda tidak perlu khawatir: Saya akan melindungi hak dan kebebasan dari gereja-gereja tersebut dan tidak akan membiarkan mereka dicampuri, jadi anda tidak perlu khawatir tentang masa depan Gereja Injili.”
Hitler juga bersedia berdiskusi dengan uskup mengenai pandangannya terhadap pertanyaan yang berkenaan dengan bangsa Yahudi: “Mengenai bangsa Yahudi, saya hanya menjalankan kebijakan yang sama yang telah diterapkan oleh Gereja Katolik selama 1500 tahun, dimana sudah ditetapkan bahwa bangsa Yahudi adalah bangsa yang berbahaya dan harus dipaksa masuk ke dalam ghetto (perkampungan khusus untuk orang Yahudi), karena Gereja mengetahui seperti apa orang Yahudi itu. Saya tidak meletakkan sebuah ras diatas agama, saya betul-betul melihat sesuatu yang berbahaya dari ras ini terhadap Gereja dan negara, dan mungkin saya telah memberikan pelayan agung terhadap kekristenan.”
Anda akan temukan dalam Mein Kampf (buku karangan Hitler), dia berkata: “Disini, aku meyakini bahwa aku bertindak sebagai utusan dari Pencipta kita. Dengan melawan bangsa Yahudi, berarti aku melakukan pekerjaan Tuhan”.
Hitler mengatakan kembali dalam perayaan natal Nazi tahun 1926: “Kristus adalah pejuang terbesar yang lebih awal dalam pertempuran melawan musuh dunia, yaitu bangsa Yahudi… Pekerjaan yang dimulai oleh Kristus tetapi tidak bisa diselesaikan, Aku –Adolf Hitler– akan menyelesaikannya.”
Penulis biografi John Toland menulis tentang agama Hitler: “Masih seorang anggota didalam kebaikan yang berdiri pada Gereja Roma di samping kebencian tentang hirarki nya, ia membawa di dalam pengajarannya bahwa orang-orang Yahudi adalah pembunuh Tuhan. Pembasmian, oleh karena itu, harus dilakukan”
Jadi, Hitler itu melakukan pembantaian terhadap bangsa Yahudi karena dia dendam, Tuhannya Hitler yaitu Yesus Kristus telah dibunuh oleh orang Yahudi. Oleh karena itu sebagai seorang Kristen (Katolik) yang taat, maka Hitler membalaskan dendam kematian Yesus itu dengan mengirim orang-orang Yahudi ke kamp-kamp konsentrasi dan memasukkan mereka ke kamar gas untuk menghirup gas beracun sampai mati.
Di Reichstag dalam pidatonya tahun 1938, Hitler lagi mengemukakan religius asal dari Perang Salib nya. “Aku percaya hari ini bahwa aku sedang bertindak sebagai perwujudan dari Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Dengan memerangi bangsa Yahudi, aku sedang memperjuangkan pekerjaan Tuhan.”
Hitler menganggap dirinya sendiri sebagai sebagai seorang Katolik sampai kematiannya. “Aku sekarang sebagaimana sebelumnya adalah seorang Katolik dan akan selalu begitu,” ia menceritakan hal itu kepada Gerhard Engel, salah satu dari jenderalnya, pada 1941.
Manakala Hitler berhasil selamat dari percobaan pembunuhan terhadapnya di Munich pada bulan November, 1939, ia memberi pujian untuk hal itu. “Sekarang aku dengan sepenuhnya telah berisi,” ia berseru. “Fakta bahwa aku meninggalkan Burgerbraukeller lebih awal dari biasanya adalah suatu bukti-bukti yang menguatkan bahwa Pemeliharaan baik telah memberi aku kesempatan untuk menyelesaikan tujuanku.” surat-surat kabar Katolik mengumumkan bahwa itu adalah sebuah pekerjaan yang ajaib yang telah melindungi Fuhrer (pemimpin) mereka. Satu kardinal, Michael Faulhaber, mengirim sebuah telegram yang menginstruksikan bahwa sebuah Te Deum harus dinyanyikan di katedral Munich, “untuk berterima kasih kepada Tuhan atas nama archdiocese untuk penyelamatan yang beruntung kepada Fuhrer.” Sri Paus juga mengirim ucapan selamat pribadi khususnya!
Ketika Hitler menyerang Rusia, Sri Paus didepan umum menguraikan serangan Hitler ke Rusia sebagai “keberanian berjiwa besar di dalam pertahanan bagi pondasi kebudayaan Kristen.” Beberapa uskup Jerman secara terbuka mendukung invasi Hitler ke Rusia, dan menyebutnya sebagai “Perang salib Eropa.” Seorang uskup mendesak semua orang Katolik untuk berjuang untuk “sebuah kemenangan yang akan mengijinkan Eropa untuk terbebas lagi dan akan berjanji semua bagi negara-negara sebuah masa depan yang baru.”
Tiga orang pahlawan iman Katolik Roma adalah Hitler, Mussolini dan Franco. Semuanya menandatangani konkordat dengan Vatikan. Ketiganya merupakan pahlawan bagi iman Katolik Roma dan dirancang untuk menang dan menaklukkan dunia, dan membentuk kerajaan seribu tahun bagi Paus.
Mussolini membentuk aliansi militer dengan Nazi Jerman pada tahun 1939 dan tak lama kemudian meletuslah Perang Dunia Kedua. Nazi pertama-tama mencaplok Sudetenland, dengan bantuan Partai Sosial Kristen dan Republik tersebut pun terbagi. Tetapi Hitler berkeinginan untuk mencaplok Slovakia dan berkuasa penuh atasnya. Hal ini tidak terlalu sulit bagi Hitler karena sebagian besar pemimpin politik Slovakia adalah pengikut Katolik, termasuk seorang pastor bernama Hlinka (seorang Jesuit).
Kita mengetahui, berdasarkan Kanon (hukum dalam lembaga Katolik), tidak seorang pastor pun bisa mempunyai kedudukan baik di publik maupun di dunia politik tanpa persetujuan Tahta Suci. Jadi karena persetujuan Tahta Sucilah, seorang pastor dapat mempunyai kedudukan dalam parlemen Cekoslowakia.
Pada tanggal 1 September 1939. Pagi-pagi buta, Komando Tertinggi Jerman mengeluarkan perintah harian yang berbunyi: “Saat penuh cobaan telah tiba. Tatkala semua upaya lain telah habis, maka senjatalah yang harus memutuskan. Kami memasuki pertempuran ini dengan menyadari bahwa keadilanlah yang menuntun kami. Kami percaya akan Fuehrer, pemimpin kami. Maju, BERSAMA TUHAN, demi Jerman.”
Saya sengaja menulis kata-kata “bersama Tuhan” diatas dengan huruf kapital, adalah untuk menunjukkan bahwa erat sekali kaitan antara motivasi agama -dalam hal ini Katolik- dengan ambisi-ambisi NAZI.
Pada saat Nazi menyapu habis negara Balkan, dalam perjalanannya untuk menyerang Rusia, Yugoslavia menjadi negara yang dikuasai oleh Nazi. Paus pada saat itu memandang rendah para kaum Orthodoks Rusia. Mereka adalah orang-orang Serbia dan harus berbaris untuk kemudian dibunuh di Yugoslavia. Mereka hanya diberi satu pilihan: menjadi Katolik atau mati.
Hitler mengakui bahwa dia belajar banyak dari Ordo Jesuit. Organisasi S.S. dibentuk berdasarkan prinsip-prinsip Ordo Jesuit, baik itu berdasarkan peraturan-peraturannya, maupun latihan spiritual yang “diresepkan” oleh Ignatius de Loyola; sedangkan struktur perintah/birokrasi meniru susunan hirarki Gereja Katolik. Salah satu prinsip yang dijunjung tinggi pihak kepausan adalah pembunuhan yang terorganisir, yaitu inkuisisi. Apakah inkuisisi hanya terjadi di masa lalu? Tidak! Apakah bisa terjadi pada masa sekarang? Ya. Mengapa? Karena prinsip yang dijunjung tinggi itu tidak berubah!
Hitler, Joseph Goebbel, Himmler dan sebagian besar anggota Nazi adalah Katolik. Hitler sendiri menganggap Himmler, pimpinan Gestapo, sebagai Ignatius de Loyola-nya Nazi. Hitler mempunyai alasan untuk menyebutnya
demikian. Kurt Heinrich Himmler, Reichsfuhrer (Jenderal) S.S., Gestapo dan pasukan polisi Jerman adalah seorang yang paling banyak diisi oleh paham Kekatolikan dibandingkan dengan anggota-anggota Katolik lainnya dalam grup Hitler. Ayahnya seorang direktur sekolah Katolik di Munich (Muenchen), guru pribadi Pangeran Ruprecht dari Bavaria. Saudara laki-lakinya seorang biarawan Benedictine. Pamannya memegang posisi penting di Mahkamah Bavaria.
Para Katolik adalah para tuannya Nazi Jerman yang melaksanakan prinsip-prinsip kepausan. Gereja Roma merasa berhak untuk memusnahkan siapa saja, baik dengan cara lambat atau cepat, yang menghalanginya, yaitu orang-orang liberal dan kaum Yahudi, dikirim ke Auschwitz, Dochau, Belsen, Buchenwald dan kamp-kamp kematian lainnya.
Vatikan sendiri cuci tangan terhadap kekejaman ini, seperti yang dinyatakan oleh Pius XII kepada Dr.Nerin F. Gun, jurnalis Swiss yang mempertanyakan mengapa paus tidak menolong orang-orang malang tersebut: “Kami mengetahui bahwa, karena asalan politik, adanya pembunuhan kejam terjadi di Jerman, tetapi kami tidak pernah diinformasikan seperti apa penindasan Nazi yang tidak berperikemanusiaan itu”.
Tahta Suci diketahui terlibat dalam pendeportasian 528 misionaris Protestan dari penjara, oleh orang-orang Jepang, di Kepulauan Pasifik dan diasingkan ke kamp-kamp konsentrasi di Filipina. Cukup banyak bukti yang menyatakan keterlibatan Gereja Roma dalam hal-hal yang dilakukan Oustachi, Nazi, pemusnahan kaum Ortodoks dan bangsa Yahudi. Gereja Roma tidak pernah mengakui bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama. Gereja Katolik harus bertanggung jawab karena telah menghabisi nyawa ratusan juta manusia sejak awal berdirinya agama mereka.
Mussolini giving the Roman salute. Mussolini funneled arms and money to Hitler
to help his rise to power.
Nazi Coin with Catholic church on it
No comments:
Post a Comment