Zionisme
adalah akidah dan metode kerja Yahudi yang berasal dari Kitab
Perjanjian Lama secara ringkas. Akidah ini secara rinci dapat Anda
temukan dalam Talmud: ajaran yang paling rasis juga diskriminatif;
sebuah kitab paling berbahaya yang pernah ada di muka bumi.
Louis Daste di dalam bukunya ‘Yahudi dan Organisasi Rahasia’ mengatakan; Dalam
setiap perubahan pemikiran besar terdapat pengaruh Yahudi baik yang
nampak ataupun rahasia. Sepanjang sejarah dunia, Yahudi memasukkan
ribuan racun berbahaya.
Al-Quran
sering menggunakan sebutan Ahlul Kitab untuk kaum Yahudi, dan yang
dimaksud Ahlul Kitab juga termasuk orang-orang Nasrani, jadi Ahlul Kitab
adalah sebutan untuk orang-orang Yahudi dan Nasrani. Di antara beberapa
surat
dalam Al-Quran yang banyak menjelaskan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan kaum Yahudi adalah QS. Al Baqarah, Ali ‘Imran, Al Maidah,
At-Taubah.
“Sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap
orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang
musyrik”. (QS.Al Ma'idah: 82)
Dalam buku “An Interview of Illan Pappe, ” Baudoin Loos menyebutkan seorang sejarawan Yahudi Illan Pappe yang menyandang julukan “Orang Israel yang paling dibenci di Israel”.
Pappe adalah salah satu Yahudi yang memilih memihak pada hati nurani
dan tanpa takut membongkar mitos-mitos Zionisme. Saat ditanya, kenapa
orang Israel bisa melakukan berbagai kekejaman terhadap orang Palestina, Pappe menjawab, “Ini
buah dari sebuah proses panjang pengajaran paham, indoktronasi, yang
dimulai sejak usia taman kanak-kanak, semua anak Yahudi di Israel
dididik dengan cara ini. Anda tidak dapat menumbangkan sebuah sikap yang
ditanamkan di sana dengan sebuah mesin indoktrinasi yang kuat, yaitu
menciptakan sebuah persepsi rasis tentang orang lain yang digambarkan
sebagai primitif, hampir tidak pernah ada, dan penuh kebencian: Orang
itu memang penuh kebencian, tapi penjelasan yang diberikan di sini
adalah ia terlahir primitif, Islam, anti-Semit, bukan bahwa ia adalah
seorang yang telah dirampas tanahnya.”[1]
Indoktrinasi terhadap anak-anak Israel
berlanjut hingga ia besar. Ayat-ayat Talmud dijadikan satu-satunya
“pedoman moral” bagi mereka. Yang paling utama adalah indoktrinasi bahwa
hanya bangsa Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang yang lain
adalah hewan.
Penanaman
doktrin rasisme yang terdapat dalam Talmud dilakukan para orangtua kaum
Zionis kepada anak-anak mereka sejak dini. Survei yang diadakan oleh
Ary Syerabi, mantan perwira dari Satuan Anti Teror Israel, terhadap 84
anak-anak Israel usia sekolah dasar, saat dia bergabung dengan London
Institute for Economic Studies.[2]
Ary Serabi ingin mengetahui perasaan apa yang ada di dalam benak anak-anak Israel terhadap anak-anak Palestina sebaya mereka yang sesungguhnya. Kepada anak-anak Israel itu Ary memberikan sehelai kertas dan pensil, lalu kepada mereka Ary berkata, “Tulislah surat buat anak-anak Palestina, surat itu akan kami sampaikan pada mereka. ”
Hasilnya sungguh mencengangkan. Anak-anak Israel yang menyangka suratnya benar-benar dikirim kepada anak-anak Palestina. Mereka menulis surat mereka dengan sebenar-benarnya, keluar dari hati terdalam. Apa saja yang mereka tulis? Salah satu surat ditulis oleh seorang anak perempuan Israel berusia 8 tahun. Ia mengaku menulis surat kepada anak perempuan Palestina seusianya. Isi suratnya antara lain:
“Sharon
akan membunuh kalian dan semua penduduk kampung… dan membakar jari-jari
kalian dengan api. Keluarlah dari dekat rumah kami, wahai monyet
betina. Kenapa kalian tidak kembali ke (tempat) dari mana kalian datang?
Kenapa kalian mau mencuri tanah dan rumah kami? Saya mempersembahkan
untukmu gambar (ini) supaya kamu tahu apa yang akan dilakukan Sharon pada kalian…ha…ha…ha”
Bocah Israel itu menggambar sosok Sharon dengan kedua tangannya menenteng kepala anak perempuan Palestina yang meneteskan darah.
'Protocols of Learned Elders of Zion'
(Protokol Para Pemuka Agama Yahudi) adalah rencana praktis atau kertas
kerja untuk merealisasikan semua kandungan Taurat dan Talmud. Jika
Talmud merupakan buah pahit dari ajaran Perjanjian Lama (Taurat), maka
Protol Yahudi ini merupakan kertas kerja yang meringkas semua ajaran
Talmud kepada rencana strategis modern dan kontemporer.[3]
Metoda
kerja yang dipakai oleh ‘Protokol’ untuk menghancurkan suatu masyarakat
cukup jelas. Memahami metoda itu penting jika seseorang ingin menemukan
makna dari arus serta arus-balik yang membuat orang menjadi frustrasi
ketika mencoba memahami kekacauan keadaan masa kini. Orang menjadi
bingung dan hilang semangat oleh berbagai teori masa kini dan
suara-suara yang centang-perenang. Setiap suara atau teori itu
seakan-akan dapat dipercaya dan menjanjikan masa depan yang lebih baik.
Kalau saja kita dapat memahami makna dari suara yang centang-perenang
dan berbagai teori yang ambur-adul itu, maka hal itu akan menyadarkan
kita bahwa kebingungan dan hilangnya semangat masyarakat merupakan
sasaran yang dituju oleh ‘Protokol’. Ketidakpastian, keragu-raguan,
kehilangan harapan, ketakutan, semuanya ini merupakan reaksi yang
diciptakan oleh program yang diuraikan di dalam ‘Protokol’ yang
diharapkan tercapai. Kondisi masyarakat dewasa ini merupakan bukti
efektifnya program tersebut.[4]
Talmud Berbahaya
Agama Yahudi sebenarnya bersumberkan dua pokok:
1. Kitab Taurat.
Kitab yang kita akui dan mengandung wahyu yang dibawa oleh Nabi Musa. Memang
ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap
berpegang teguh kepada kitab Taurat (Taurat ada dua Versi : Taurat Asli
dan Taurat Versi Perjanjian Lama yang sekarang). Mereka ini disebut
golongan ‘Karaiyah’, kelompok yang sepanjang sejarahnya paling dibenci dan menjadi korban kedzaliman para pendeta Yahudi orthodoks.
2. Kitab Talmud. (bahasa Ibrani: תלמוד)
Jauh
sebelum pena-pena para intelektual dan sejarawan dunia menggores;
sebelum para intelektual kawakan dunia melakukan analisa dan penelitian,
Al Qur'an dan Sunnah telah memaparkan bukti-bukti yang menjelaskan
bahwa para rabbi Yahudi telah mengubah dan menjual ayat-ayat Allah
dengan harga yang sangat murah. Bahkan, mereka telah membuat sebuah
kitab sendiri yang sangat jauh dari akal sehat sebagai tandingan bagi
kitab Taurat. Itulah kitab Talmud, sebuah "buku hitam" Israel yang paling berbahaya bagi manusia dan kemanusiaan secara keseluruhan.[5]
Keimanan
orang Yahudi terhadap Kitab Talmud mengatasi bahkan Kitab Perjanjian
Lama, yang juga dikenal dengan nama Taurat. Bukti tentang hal ini dapat
ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan kepada kaum Yahudi. “Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat. [6]
Para
pendeta Talmud mengklaim sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan
himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara lisan.
Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun
secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang. Nabi Isa a.s. sendiri
mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal), termasuk mereka yang mengajarkannya (para hachom Yahudi
dan kaum Farisi), karena isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan
bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena
ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka Perjanjian Lama
merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru. Para pendeta Farisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para rabbi (guru
agama), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang dari
Tuhan. Talmud mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas Taurat, dan
bahkan tidak mendukung isi Taurat. Seorang peneliti Yahudi, Hyam
Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on Trial’, mengutip pernyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa
Talmud, kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah
melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisI
merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak akan mungkin mampu memahami Taurat.”[7]
Terhadap tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab “tafsir” dari para pendeta). Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan) bersama dengan “Gemarah’, itulah yang disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu ‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ adalah kitab yang paling otoritatif.[8]
Dalam Al-Quran, surat At-Taubah, ayat 30. Orang-orang
Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu putera Allah." Demikianlah itu ucapan mereka
dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang
terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?
Dari
ayat ini nampak jelas bahwa orang-orang Yahudi telah menghina Allah,
karena telah menyamakan Allah dengan makhluk-Nya. Padahal Allah SWT
tidak beranak dan juga tidak diperanakkan, (QS 112:3).
Dalam
tafsir Al Marâghi dijelaskan bahwa ‘Uzair adalah seorang pendeta
(kâhin) Yahudi, ia hidup sekitar 457 SM. Menurut kepercayaan orang-orang
Yahudi ‘Uzair adalah orang yang telah mengumpulkan kembali wahyu-wahyu
Allah di kitab At Taurat yang sudah hilang sebelum masa Nabi Sulaiman
as. Sehingga segala sumber yang yang dijadikan rujukan utama adalah yang
berasal dari ‘Uzair, karena menurut kaum Yahudi waktu itu ‘Uzair adalah
satu-satunya sosok yang paling diagungkan, maka sebagian mereka
akhirnya menisbatkan ‘uzair sebagai anak Allah. Sebagaimana kita ketahui
bersama bahwa penyelewengan dalam masalah akidah merupakan tindakan
yang sangat sesat, karena sekitar 1/3 dari kandungan Al-Quran
menjelaskan tentang akidah/kepercayaan atas semua rukun iman yang harus
diyakini oleh setiap manusia.
Kitab Talmud dan Tindak Tanduk Zionis
Kitab
Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih
penting daripada Kitab Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber
dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi, prinsip,
serta arahan bagi perumusan kebijakan negara dan pemerintah Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa Israel disebut sebagai Negara yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik.
Namun
Talmud merupakan manifesto yang paling berbahaya kepada
perikemanusiaan. Ia lebih berbahaya daripada buku Mein Kampf, karya
Hitler. Ia menggariskan penghancuran total semua agama dan peradaban
yang ada di dunia, demi terciptanya sebuah masyarakat zionis
internasional.
Seorang ilmuwan terkenal dalam bidang kebudayaan Ibrani dan kajian tentang Talmud, Joseph Barcley, menyatakan, "....
Sebagian teks yang ada dalam Talmud adalah ekstrim, sebagiannya lagi
menjijikkan, dan sebagiannya lagi berisi kekufuran...." Karenanya, banyak penguasa negara (Raja dan Kaisar) dan penguasa agama (Paus) di Eropa mengharamkan beredarnya kitab ini.
Sebagian dari yang terkandung di dalam kitab Talmud; Israel
bertanya kepada Tuhan, "mengapa Engkau ciptakan makhluk selain bangsa
pilihanMu?" Tuhan menjawab, "Supaya kamu menaiki belakang mereka,
menghisap darah mereka, membakar mereka yang baik, mencemari yang suci
dan menghancurkan segala yan dibangunkan."
Pelaksanaan
ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang didasarkan pada
ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak terperikan
terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia, khususnya di tanah
Palestina sampai dengan saat ini. Ajaran itu telah dijadikan dalih untuk
membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina.
Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut
“goyyim”, artinya sama dengan binatang, derajat mereka di bawah
derajat manusia. Ras Yahudi adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras
yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam a.s.
Marilah kita periksa beberapa ajaran Talmud.
Beberapa
kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian berikut ini
merupakan dokumen aseli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat
memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum
Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh
dengan kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi
Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh dunia:
Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud
Erubin 2b, “Barangsiapa
yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara
dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.
Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota, dimana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”.
Menganiaya seorang Yahudi Hukumannya ialah Mati
Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.
Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.
Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi
Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi jika lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi, maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.
Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi
Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b).
Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi
Sanhedrin 57a, “Jika
seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati.
Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.
Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.
Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi
Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.
Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia
Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.
Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.
Abodah Zarah 22a – 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.
Ajaran Gila di dalam Talmud
Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu, lalu dimakan”.
Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, “’… Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.
Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.
Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.
Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.
Yebamoth 59b, “Seorang
perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan
menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang telah
bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang pendeta
Yahudi”.
Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorang pun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.
Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan masuk neraka”.
Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.
Gittin 70a, “Para
rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka ia tidak
boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan menempuh
perjalanan sejauh setengah mil, karena iblis yang ada di jamban itu
masih menyertainya selama waktu itu; kalau ia melakukannya juga
(bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.
Gittin 69b, “Untuk
menyembuhkan penyakit kelumpuhan ambil kotoran seekor anjing berbulu
putih dan campur dengan balsem; tetapi bila memungkinkan untuk
menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran anjing itu,
karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas”.
Pesahim 111a, “Sungguh
terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara
dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan datang jika seorang
perempuan sedang haid atau duduk-duduk di perempatan jalan”.
Menahoth 43b – 44a, “Seorang
Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur,
ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang
perempuan, atau seorang budak-belian’ “.
Kisah-kisah Holocaust oleh Romawi
Di dalam Talmud, ayat Gittin 57b ada dikisahkan tentang dibantainya empat juta orang Yahudi oleh orang Romawi di kota
Bethar. Gittin 58a mengklaim bahwa 16 juta anak-anak Yahudi dibungkus
ke dalam satu gulungan dan dibakar hidup-hidup oleh orang Romawi.
(Demografi tentang zaman kuno menyatakan orang Yahudi di seluruh dunia
pada masa penjajahan oleh Romawi tidak sampai berjumlah 16 juta, bahkan 4
juta pun tidak ada).
Pengakuan Talmud
Abodah Zarah 70a, “Seorang
rabbi ditanya, apakah anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh diminum,
atau anggur itu sudah dianggap najis, karena pencurinya adalah
orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila menyentuh guci anggur, maka anggur itu dianggap sudah dinajisi).
Rabbi
itu menjawab, tidak perlu dipedulikan, anggur itu tetap halal
(‘kosher’) bagi orang Yahudi, karena mayoritas pencuri yang ada di
Pumbeditha, tempat dimana guci-guci anggur itu dicuri, adalah orangorang
Yahudi”. (Kisah ini juga ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).
Genosida Dihalalkan oleh Talmud
- Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah 10, “Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’ (“Bahkan orang kafir yang baik sekali pun seluruhnya harus dibunuh”). Sehubungan dengan hal ini orang-orang Israeli sekarang ini setiap tahun mengikuti acara nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk memberikan penghormatan kepada rabbi yang telah mefatwakan untuk menghabisi orang-orang non-Yahudi.[9]
- Di Purim, pada tanggal 25 Februari 1994 seorang perwira angkatan darat Israel, Baruch Goldstein, yaitu seorang Yahudi Orthodoks dari Brooklyn, membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang Rabbi Meir Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa ajaran yang dianutnya menyatakan, “Orang-orang Arab itu tidak lebih daripada anjing, sesuai ajaran Talmud”.[10]
- Ehud Sprinzak, seorang profesor di Universitas Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan Goldstein, “Mereka percaya adalah telah menjadi iradat Tuhan, bahwa mereka diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah istilah Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”.[11]
- Rabbi Yitzak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”.[12]
- Rabbi Jaacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.[13]
Doktrin Talmud : Orang Non-Yahudi Bukanlah Manusia
Talmud
secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk golongan binatang
(bukan-manusia) dan secara khusus menyatakan bahwa mereka bukan dari
keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan
bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut:
Kerithuth (6b p. 78) it says:
"The
teaching of the Rabbis is: He who pours oil over a Goi, and over dead
bodies is freed from punishment. This is true for an animal because it
is not a man. (The same holds for the dead body of any man). But how can
it be said that by pouring oil over a Goi one is freed from punishment,
since a Goi is also a man? But this is not true, for it is written: Ye
are my flock, the flock of my pasture are men (Ezechiel, XXXIV, 31). You
are thus called men, but the Goim are not called men."[14]
Kerihoth 6b, “Menggunakan
minyak untuk mengurapi. Rabbi kita mengajarkan, ‘Barangsiapa
menyiramkan minyak pengurapan kepada ternak atau perahu, ia tidak
melakukan dosa; bila ia menyiramkannyakepada ‘goyyim’, atau orang mati,
dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan ternak dan
perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia
(Ibrani: Adam) tidak boleh disiramkan (Exodus 30 : 32); karena ternak
dan perahu bukan manusia (Adam)’“ “Juga dalam hubungan dengan
yang meninggal (sepatutnya) ia dikecualikan, karena setelah meninggal ia
menjadi bangkai dan bukan manusia lagi (Adam). Tetapi mengapa terhadap
‘goyyim’ juga dikecualikan, apakah mereka tidak termasuk kategori
manusia (Adam)? Tidak, karena telah tertulis: ‘Wahai domba-domba-Ku,
domba-domba di padang
gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’ (Ezekiel 34 : 31): Engkau disebut
manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut sebagai manusia (Adam)’ “[15]
Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk memberikan minyak suci itu kepada ‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti muslim, Kristen, dan sebagainya), karena ‘goyyim’ tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).
Yebamoth 61a, “Telah
diajarkan: Begitulah Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan
orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci untuk mendapatkan ‘ohel’
(memberikan sikap ‘ruku’ terhadap kuburan), karena telah dikatakan,
wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian adalah
manusia (Adam)”, (Ezekiel 34 : 31); “kalian disebut manusia (Adam); tetapi kaum kafir itu tidak disebut manusia keturunan Adam.”
Hukum
Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh bangkai orang
Yahudi atau kuburan Yahudi menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud
sebaliknya mengajarkan, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang goyyim, ia malah tetap suci, karena orang goyyim tidak termasuk golongan manusia keturunan Adam.
Baba Mezia 114b, “Dia
(Rabbah) berkata kepadanya: ‘Apakah engkau bukan pendeta: mengapa
engkau berdiri di atas kuburan? Ia menjawab: ‘Apakah guru belum
mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan: Simeon ben
Yohai berkata: ‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi. Karena telah
tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku, gembalaan di padang rumput-Ku adalah manusia keturunan Adam, dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash Taurat
(Ezekiel 34: 31) disebut sampai berulang-kali pada ketiga ayat-ayat
Talmud di atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak pernah
menyebutkan hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat menekankan kekonyolan ajaran mereka tentang kaum ‘goyyim’.
Hal itu merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan
ideolog antikaum non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah
mendistorsikan ayat-ayat Taurat dalam rangka membenarkan kesesatan
mereka.
Berakoth 58a, “Shila
seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk kepada seseorang yang telah
bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir. Orang yang dicambuk itu pergi
mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada
seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari
pemerintah’. Seorang petugas diperintahkan untuk memanggilnya (Shila).
Ketika ia (Shila) tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang
ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘ Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’
“.
“Petugas
itu berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai saksisaksi?’ Ia (Shila)
menjawab: ‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit
dalam bentuk manusia dan memberikan bukti
Petugas
itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian halnya seharusnya orang itu
dihukum mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami telah diasingkan dari
negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman
mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak kalian’“
“Ketika mereka masih mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak: ‘Kepada-Mulah ya Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’ (I Kisah-kisah 29 : 11).
‘Apa
kehendakmu?’ tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab: ‘Apa yang
kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan
segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah
memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian
mencintai keadilan’ “.
“Petugas
itu berkata kepadanya (Shila): ‘Apakah engkau sedemikian membantu
kepada kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat
dan berkata kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim.’ Tatkala petugas
(orang ‘goyyim’) itu telah pergi, orang-orang yang ada disana berkata
kepadanya (Shila): ‘Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi kaum
pendusta?’. Ia (Shila) menjawab: ‘Bukankah mereka (‘goyyim’) disebut
keledai? Karena telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel 23 : 30).
Ia
(Shila) memperhatikan orang-orang itu akan memberi-tahukan
petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka sebagai
keledai. Maka ia (Shila) berkata: ‘Orang itu adalah penuntut hukum, dan
Taurat telah mengatakan: Jika seseorang datang untuk membunuhmu,
bangkitlah segera dan bunuh dia lebih dahulu.’
Begitulah
tongkat yang diberikan kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan
membunuhnya. Kemudian ia berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi
melalui ayat ini, maka aku melaksanakannya’ “.
Bagian
ini terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip
seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kedzaliman kaum Yahudi.
Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke bumi
untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan, bahwa kaum ‘goyyim’ pada
dasarnya adalah binatang, sehingga karena itu Rabbi Shila (dan nabi
Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah berdusta atau telah
membuat dosa. Ceritera itu menjelaskan, bahwa sekiranya seseorang
(termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang
kaum ‘goyyim’ sama dengan keledai, maka orang Yahudi itu akan menerima hukuan mati, karena dengan mengungkapkan hal itu ia akan membuat kaum ‘goyyim’ murka dan akan menindas agama Yahudi. Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan “nash bukti” sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’ itu
termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada
Kitab Perjanjian Lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang
Mesir memiliki kemaluan yang besar” (sindiran - sama dengan keledai).
Hal ini tidak membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang
Mesir yang dirujuk oleh Taurat sama dengan binatang. Dalam hal ini
Talmud memalsukan Taurat dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa
ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23 : 30
yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a. Lagipula nash asli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja.[16]
Filsuf Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian
Seorang begawan yang sangat dihormati, Moses Maimonides, mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen wajib dihabisi.
Tokoh yang memberikan fatwa seperti itu memiliki kedudukan tertinggi
dalam hierarchie agama Yahudi. Moses Maimonides dipandang sebagai
penyusun hukum dan filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia
acapkali dengan penuh rasa hormat disebut dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe ben Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami Musa anak Maimun”.[17]
Inilah yang diajarkan oleh Maimonides tentang boleh-tidaknya menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan orang Yahudi sekali pun yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.
“Sesungguhnya
bila kita melihat seorang kafir (‘goyyim’) sedang terhanyut dan
tenggelam di sungai, kita tidak boleh menolongnya. Kalau kita melihat
nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh menyelamatkannya.”[18]
Naskah dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah menyebutkan hal yang sama seperti itu.
Dengan
peringatan dari Maimonides itu, telah diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk
tidak boleh menyelamatkan nyawa atau memberikan pertolongan kepada
seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap kaum Yahudi yang sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum non-Yahudi.[19]
“Hal
itu telah merupakan ‘mitvah’ (kewajiban agama) untuk menghabisi para
pengkhianat kaum Yahudi, para ‘minnim’, dan ‘apikorsim’, dan membuat
mereka jatuh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka telah menyebabkan
penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari
Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para
muridnya, dan Tzadok, Baithos, dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah
mereka”.
Komentar penerbit Yahudi itu memuat pernyataan Maimonides bahwa Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’ (“pengkhianat” – majemuknya ‘minnim’).
Komentar itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok, yaitu kaum
Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui
hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut buku ‘Maimonides’ Principles’ pada
halaman 5, Maimonides memerlukan waktu dua-belas tahun untuk
menyimpulkan hukum dan keputusan dari Talmud, dan mensistematisasikan
kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid. Karya itu akhirnya selesai pada
tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’, atau ‘Syari’at Taurat’.
Maimonides mengajarkan pada bagian lain dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum ‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah
manusia (kaum Yahudi), dan bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis
bila bersentuhan … Bangkai dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan
najis bila bersentuhan dengan bayang-bayang seorang Yahudi … seorang
‘goyyim’ tidak sampai menyebabkan penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’
menyentuh, membawa, atau membayangi … ‘goyyim’ itu tidak menyebabkan
najis … mayat seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan menjadi najis; dan
sekiranya seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau menjatuhkan
bayangannya kepada mayat, ia dianggap tidak pernah menyentuh mayat
tersebut.”[20]
Film ‘Schindlers List’ - Contoh Kebohongan Kaum Yahudi
Teks Talmud (khususnya Talmud Babilonia) pada Sanhedrin 37a tidak
mewajibkan orang Yahudi untuk menyelamatkan nyawa orang lain,
terkecuali nyawa orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat ajaran Talmud
tersebut. Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi
kontemporer (Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud yang seolah-olah memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa
membunuh kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi
dunia; dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu
seperti ia telah memelihara seluruh isi dunia”.
(Bandingkan dengan al-Qur’an 5 : 32, “Barangsiapa
yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang
lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan
dia telah membunuh manusia seluruhnya”)
Namun surat-kabar Hesronot Ha-shas mengakui
ayat-ayat di atas tadi bukan kata-kata yang otentik dari Talmud yang
aseli. Dengan kata lain, ayat yang bernada universal tersebut bukanlah nash otentik
dari Talmud. Jadi, sekedar sebagai contoh, “versi universal” ini yang
oleh Steven Spielberg dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang
terkenal itu (dan dikaitkan seolah-olah bersumber dari Talmud pada
judul maupun iklan filmnya) adalah penipuan dan merupakan propaganda,
yang dimaksudkan untuk memberikan olesan kemanusiaan kepada Talmud, yang
pada hakekatnya adalah kitab yang penuh berisi semangat rasisme dan
chauvinisme Yahudi. Dalam nash Talmud yang aseli tertulis pada ayat yang sama, “Barangsiapa memelihara bahkan satu nyawa orang Israeli, maka ia seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama seperti ayat-ayat yang lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi.
Tipuan Orang Yahudi
Sanggahan para rabbi orthodoks
bahwa tidak ada bukti dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat
kebencian di dalam Talmud adalah bohong besar, karena di dalam Baba Kamma 113a, menyatakan bahwa, “Orang Yahudi boleh berbohong untuk menipu kaum ‘goyyim’. The Simon Wiesenthal Center, sebuah pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh dana multi-jutaan dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun 1995, karena rabbi ini menentang ajaran dehumanisasi oleh Talmud terhadap orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”, kata Landes. Buktinya ? “Periksa pernyataan-pernyataan di dalamnya”.
Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’ telah
lama menjadi panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh sehubungan
dengan debat pada abad ke-13 di Paris antara Nicholas Donin, seorang
Yahudi yang beralih memeluk agama Katolik - yang oleh Hyam Maccoby
diakui “mempunyai pengetahuan yang luas tentang Talmud”12 – saat
berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu Yehiel tidak sedang
berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai. Namun ia tanpa malu
tetap saja berdusta sepanjang debat tersebut. Sebagai contoh, ketika
ditanya oleh Donin apakah ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam
Talmud, Yehiel menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam bahasa Ibrani
paham benar jawaban itu dusta belaka. Hyam Maccoby, seorang komentator
Yahudi mengenai debat tersebut, yang hidup di abad ke-20, membela
kebohongan Rabbi Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin
diajukan, apakah Yehiel benar-benar percaya yang Jesus tidak
disebut-sebut di dalam Talmud, atau, bisa juga ia mengajukan pertanyaan
ini sebagai suatu tipuan yang cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak
Yehiel … tentu saja Rabbi Yehiel dapat dimaafkan bila ia tidak mengakui
sesuatu yang tidak sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah
proses tiranik yang menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu
terhadap agama yang lain”.[21]
Beginilah cara orang Yahudi menyanggah sampai dengan hari ini tentang adanya nash Talmud
yang mengandung ayat-ayat yang penuh dengan kebencian. Sebuah kata
tentang “kebohongan Yahudi” diplesetkan dan disulap menjadi “dapat
dimaafkan”, sementara setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab suci
Yahudi oleh peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”.
Sementara itu serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian
Baru dan al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”.
Hanya kritik kaum non-Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan diri bagi orang Yahudi adalah berdusta.
Betapapun banyaknya sanggahan dan kebohongan yang keluar dari ‘The Anti-Defamation League’ (ADL – ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik dari Talmud maupun juga dari mufassir Talmud “paling terkemuka” di mata orang Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides.
Pada
tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur pendidikan teknologi terapan pada
‘Shalom Hartman Institute’ di Jerusalem, telah menulis semacam pengakuan
yang menakjubkan tentang bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam telah
membuat dua jenis kumpulan kitab-kitab: kitab Talmud yang otentik
sebagai bahan pelajaran bagi para pemuda mereka di sekolah-sekolah (‘kollel’) Talmud, dan sebuah lagi versi kitab Talmud yang telah “disensor dan diamendemen” yang ditujukan bagi konsumsi para ‘goyyim’
yang tidak mengerti apa-apa. Rabbi Marx menjelaskan bahwa versi tafsir
Maimonides yang dikeluarkan untuk konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa membunuh seorang manusia, ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx menyatakan, nash yang aseli berbunyi, “Barangsiapa membunuh seorang Israeli”.[22]
Laporan Heshronot Ha-sash menjadi
sangat berharga bagi kita, karena buku ini menyusun suatu daftar
panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau dihilangkan, dan daftar
ayat-ayat yang dipalsukan dewasa ini, yang dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’ seolah-olah ayat-ayat itulah yang otentik. Popper menjelaskan: “Tidak
selalu yang disensor itu ayat-ayat yang panjang, tetapi acapkali satu
kata pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu digunakan dalam
rangka penghapusan dan penggantian”.[23]
Sebagai contoh penterjamah versi Talmud dalam bahasa Inggris terbitan Soncino menterjemahkan kata Ibrani ‘goyyim’ dengan sejumlah kata ganti samaran seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah berhala”, dan sebagainya. Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’ (semua yang non-Yahudi). Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi Soncino dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini adalah untuk menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “
Hal
itu merupakan praktek disinformasi yang lazim dipakai oleh kaum Farisi
untuk menyangkal adanya ayat-ayat yang rasialistik di dalam Talmud yang
telah diungkapkan terdahulu dalam buku ini, dalam rangka mengklaim bahwa
ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang yang anti-Semit”.[24] , antara lain The Babylonian Talmud online Talmud versi Soncino[25] yang dengan editor Rabbi Dr. Isidore Epstein of Jews’ College, London.
Bandingkan penjelasan Seder ZERAIM (זרעים), MOED (מועד), NASCHIM (נשים ), NEZIKIN (נזיקין), KODASCHIM (קדשים), TOHOROTH (טהרות) oleh
Rev. I. B. Pranaitis (Roman Catholic Priest) dalam buku The Talmud
Unmasked, The Secret Rabbinical Teachings Concering Christians [26]
Pada tahun 1994, Lady Jane Birdwood (80th menerbitkan sebuah pamflet berjudul ‘The Longest Hatred’ (‘Kebencian
yang Paling Lama’), berisi seluruh pernyataan kebencian di dalam Talmud
yang diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi kebencian kepada kaum ‘goyyim’
dan Kristen), namun ia ditangkap dan diadili di depan pengadilan pidana
di London, hanya karena sepanjang peradilan yang dituduhkan terhadapnya
sebagai suatu kejahatan (yang tidak mendapatkan perhatian dari media
massa, seorang rabbi diundang sebagai saksi ahli). Rabbi itu
menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud berisi ayat-ayat yang
mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen, dan hanya karena kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita itu dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan denda $1,000.-”.
Dr. Israel Shahak dalam bukunya berjudul ‘Jewish History and Jewish Religion’,
pada bab tentang Jesus di dalam Talmud, menegaskan adanya ayat-ayat
yang menganjurkan kebencian dan rasisme di dalam Talmud. Mereka yang
menyangkal kenyataan ini adalah pembohong besar.[27]
Tanggapan Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud
Dewasa
ini ada persekongkolan yang kuat antara dunia Kristen dan Yahudi.
Anehnya tidak ada, bahkan tidak pernah ada, para Paus Katolik serta
tokoh-tokoh gereja Protestan di era modern ini yang menyerang atau
mengecam ajaran rasisme di Talmud, atau kebencian mendarah mendaging
terhadap Kristen dan kaum ‘goyyim’ (muslim, dan lain-lain) yang
diajarkannya. Sebaliknya pada pimpinan gereja Kristen, baik Katholik
maupun Protestan, malah dewasa ini menganjurkan kepada para pengikut
Jesus Kristus untuk mentaati, menghormati, bahkan membantu pengikut
Talmud. Oleh karena itu kesimpulan kita tidak lain, para pemimpin gereja
Katholik dan Protestan dewasa ini sebenarnya adalah pengkhianat paling
nyata terhadap Jesus Kristus (Nabi Isa a.s.) di muka bumi dewasa ini
(periksa Perjanjian Baru Matius 23: 13 –15; I Thessalonika 2: 14-16;
Titus 1: 14; Lukas 3: 8-9; dan Kitab Wahyu 3: 9).
Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’
Semua orang non-Yahudi dari segala ras dan agama apa pun menurut Talmud adalah ‘super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad Lubavitch, Rabbi Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‘The New Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “ … ada
ironi besar dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada
gerakan Habad khususnya pandangannya tentang kaum ‘goyyim’, yakni
pernyataan Habad yang tanpa tedeng aling-aling berisi penghinaan bernada
rasial terhadap kaum ‘goyyim’. … berdasarkan pendapat para theolog
Yahudi pada abad pertengahan – terutama sekali pemikiran penyair dan
filosuf Judah Ha-Levi pada abad keduabelas di Spanyol, dan tokoh mistik
Yahudi Judah Loewe pada abad keenambelas di Praha – mereka mencari
ketetapan mengenai keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan bukannya
pada keunggulan kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar
kaum Yahudi itu lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu
ditegaskan berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur
Zalman dari Lyadi. Pendiri Lubavitcher.
Hasidisme
itu mengajarkan, bahwa ada perbedaan hakiki antara jiwa orang Yahudi
dengan jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya hanyalah jiwa orang Yahudi yang di
dalamnya terdapat dan memancarkan cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan pada jiwa kaum ‘goyyim’ “, Zalman selanjutnya menyatakan, “sama
sekali berbeda, karena terciptanya memang lebih inferior. Jiwa mereka
sepenuhnya jahat, tanpa mungkin diselamatkan dengan cara apa pun.”
Akibat rujukan tentang kaum ‘goyyim’ menurut ajaran Rabbi Shneur Zalman, tanpa kecuali menyebabkan adanya penyakit dalam jiwa mereka. Dzat darimana jiwa kaum ‘goyyim’
terbuat penuh dengan “sampah” rohani. Itulah sebabnya mengapa jumlah
mereka lebih banyak daripada kaum Yahudi, karena jumlah gabah lebih
banyak daripada berasnya. Semua kaum Yahudi secara hakiki baik, dan
semua kaum ‘goyyim’ secara hakiki jahat.
“Karakterisasi
kaum ‘goyyim’ yang dinyatakan secara hakiki jahat, dan dari segi
kerohanian maupun biologis lebih inferior daripada kaum Yahudi, belum
pernah diralat dalam ajaran Habad masa kini”.[28]
Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum Kristen Wajib Dihukum Mati
Para ulama Taurat menetapkan, bahwa, “Taurat
mewajibkan bahwa ummat yang benar akan mendapatkan tempatnya di Hari
Kemudian. Tetapi, tidak semua kaum ‘goyyim’ akan memperoleh kehidupan
yang abadi meskipun mereka taat dan berlaku shaleh menurut agama mereka …
Dan meskipun kaum Kristen pada umumnya menerima Kitab Perjanjian Lama
Ibrani sebagai kitab yang diwahyukan dari Tuhan, namun mereka
(disebabkan adanya kepercayaan pada apa yang disebut mereka ketuhanan
pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen adalah penyembah berhala menurut
Taurat, oleh karena itu patut dihukum mati, dan mereka kaum Kristen itu
sudah dipastikan tidak akan memperoleh ampunan di Hari Kemudian.”
Takhayul Kaum Yahudi
Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipandang
sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen
terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian
percaya dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara-sumber yang
shahih” untuk mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab
Perjanjian Lama, yang tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para
okultis (juru-ramal).
Yudaisme
adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang menjadi
sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama
Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’, isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal meramal, gematria, nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam).
Jika
seorang Yahudi ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca
mantera untuk keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas
kepalanya untuk memindahkan dosa-dosanya kepada ayam tersebut. Yang
dapat kita katakan mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam
arti yang sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai “bintang Nabi Daud” sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut enam) supra-natural, yang melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang memberikan karakteristik pada kaum laki-laki), yang dihubungkan dengan para Khazar Bohemia pada abad ke-14.
Penyesatan publik dengan penggunaan nama “negara Israel”
yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil persekongkolan
antara kaum Bolshevik Yahudi dengan kaum Zionis yang atheis; nama itu
tidak ada sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan Nabi Daud, tetapi
dikukuhkan melalui pengakuan pertama di PBB yang diberikan oleh diktator
komunis Uni Sovyet Joseph Stalin.
Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya bila berkunjung ke komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’, dimana sebuah patung serupa Halloween meloncat-loncat (seperti ‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’ itu merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan sebagai nash dasarnya, dalam prakteknya upacara ‘Purim’ tidak lain adalah sebuah tradisi kaum kafir Bacchan.[29]
Para rabbi orthodoks
menggunakan kutukan, mantra, imej, dan sebagainya, yang mereka anggap
lebih besar kuasanya dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari
ajaran Sefer Yezriah, (sebuah buku tentang ilmu sihir kaum
Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat menyaksikan ulangan perilaku paganisme
Babilonia kuno setiap kali mereka mengamati ritual para rabbi agama Yudaisme.[30]
Dengan
mengetahui ajaran Talmud yang menjadi dasar konstitusi, prinsip, dan
arah kebijakan negara dan pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa
negara Israel sangat arogan dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.
Doktrin Perang Israel Dalam Talmud
Dalam bukunya yang menggetarkan “From Beirut to Jerusalem” (Kualalumpur, 2002), Dokter warga London kelahiran Malaysia Ang Swee Chai menulis:
“Lebanon dan Beirut adalah nama-nama asing bagiku. Sedangkan Israel sebaliknya. Gereja telah mengajarkanku bahwa anak-cucu bangsa Israel
adalah anak-anak pilihan Tuhan. Teman-temanku sesama Kristiani
mengatakan bahwa berkumpulnya orang-orang Yahudi dari seluruh penjuru
dunia di Negeri Israel adalah pemenuhan janji Tuhan yang terdapat dalam pengabaran-pengabaran di Kitab Injil. ”
“Aku berpihak pada Israel untuk alasan lain, ” lanjutnya,
“Di London, aku menghabiskan waktu berjam-jam menonton acara teve yang
menyiarkan penderitaan luar biasa orang-orang Yahudi di tangan Nazi.
…Penciptaan Negara Israel, yang memberi semua orang Yahudi sebuah rumah
yang membuat mereka terbebas dari penganiayaan dan siksaan, menurutku
adalah suatu tindak keadilan—bahkan suatu keadilan dari Tuhan. ”
Namun
pandangan dokter Ang berbalik seratus delapanpuluh derajat ketika lewat
layar kaca dirinya menyaksikan kebrutalan yang dilakukan tentara Israel terhadap para pengungsi Palestina di Lebanon.
“Ini benar-benar membuatku marah. Aku tidak bisa memahami mengapa Israel
melakukan hal demikian. … Dalam Kitab Perjanjian Lama, raksasa Goliath
adalah termasuk orang Filistin penakluk yang meneror lawan-lawannya.
Kisah David dan Goliath menjadi salah satu kisah kesukaanku. Pada
anak-anak kecil aku suka sekali bercerita bagaimana si kecil David bisa
mengalahkan si raksasa Goliath,” tulis Dokter Ang yang sosok tubuhnya sendiri sangat mungil, tingginya hanya 150 sentimeter.
“Meski
demikian, dari ulasan teve yang selalu kulihat, tampaknya Israel telah
berubah menjadi Goliath; seorang raksasa yang angkuh yang membawa
kehancuran, teror, dan kematian kepada saudaranya, Lebanon.
…Mengebom orang-orang sipil, dan banyak dari mereka adalah perempuan
dan anak-anak, adalah cara pengecut dalam perang. Apakah Tuhan telah
berpaling dari Lebanon?”
Dokter Ang kemudian menulis betapa sedih dirinya menyaksikan kebiadaban yang dipertontonkan ‘bangsa terpilih’ tersebut.
“Pertama karena mereka telah disakiti oleh Israel, kedua karena aku
seorang Kristen, dan ketiga aku adalah dokter. Aku sama sekali tak habis
pikir betapa Israel tega menjatuhkan bom-bom fosfor ke tengah penduduk sipil di dalam kota yang sangat padat tersebut. ”
Tidak Sekadar Membunuh
Penderitaan bangsa Palestina dan Lebanon membuat Dokter Ang berangkat ke Beirut sebagai dokter sukarelawan. Di hari-hari pertama di Lebanon, Dokter Ang telah menjumpai banyak fakta bahwa di wilayah ini Israel telah melakukan semacam uji coba berbagai macam bom-bom terbaru buatan mereka.
Beberapa bom mutakhir Israel
tersebut antara lain: Implosion bomb atau vacuum bomb yang dijatuhkan
dari udara dan ketika meledak mampu menghisap satu blok bangunan sepuluh
lantai ke dalam tanah hanya dalam beberapa detik, membuatnya menjadi
tumpukan beton dan mengubur seluruh penghuninya hidup-hidup.
Selain
itu ada lagi fragmentation bomb atau cluster bomb, yang juga dijatuhkan
dari pesawat tempur. Beberapa puluh meter di atas udara, cluster bomb
yang awalnya terlihat hanya satu akan memecah diri menjadi ratusan
bola-bola besi kecil seukuran bola tenis dan menyebar dalam radius
ratusan meter persegi. Bom-bom kecil ini tidak segera meledak dan
tergeletak di dalam tanah. Jika seorang anak kecil mengutak-atiknya
karena dikiranya sebuah mainan, maka bom ini akan meledak dan membunuh
atau merusak bagian tubuh di anak tersebut. Bom ini biasanya sengaja
dijatuhkan di lokasi padat penduduk.
Lalu ada fosfor bomb yang bersifat membakar. “Zat
fosfornya menempel di kulit, paru-paru, dan usus para korban selama
bertahun-tahun, terus membakar dan menghanguskan serta menyebabkan nyeri
berkepanjangan. Para korban bom ini akan mengeluarkan gas fosfor hingga nafas terakhir, ” ujar Doker Ang.
Dalam bukunya, dokter yang bersuamikan seorang warga Inggris ini mengatakan bahwa Israel
jelas tidak ingin sekadar membunuh musuh-musuhnya namun juga ingin
membuat musuh-musuhnya menderita berkepanjangan sebelum menemui ajal.
Pembantaian Sabra-Shatila
Sabra-Shatila
adalah nama dua buah kamp pengungsian Palestina di wilayah Beirut Barat
yang letaknya berhimpitan. Selain Sabra-Shatila, ada pula kamp
pengungsi Mar Elias, Bour el-Brajneh, dan sebagainya.
Seperti
layaknya kamp-kamp pengungsian Palestina lainnya, kamp pengungsian
Sabra-Shatila yang luasnya tidak begitu besar dihuni oleh ribuan warga
Palestina. Mereka tinggal di dalam kamar-kamar sempit dan kumuh di mana
fasilitas sanitasi dan kesehatan sangat tidak layak.
Beberapa
pekan bertugas di Beirut, untuk menghentikan serangan membabi-buta yang
dilakukan Israel, para pejuang Palestina akhirnya dievakuasi keluar
dari Beirut diangkut dengan kapal-kapal laut di bawah kawalan Perancis
dan Italia. PBB Mengirim sejumlah pasukan penjaga perdamaian. Sebab itu,
Israel kemudian menghentikan serangannya, setidaknya untuk sementara waktu. Ini terjadi beberapa saat mendekati September 1982.
Di
Beirut, orang-orang keluar dari tempat perlindungan dan membersihkan
semua puing-puing dan jalanan. Harapan hidup kembali bersinar di
mata-mata mereka. Bukan itu saja, sesuai permintaan PBB, para ibu-ibu
Palestina juga menyerahkan semua senjata api yang tadinya disimpan di
dalam rumah sebagai alat penjagaan diri kepada lembaga internasional.
“Harapan akan perdamaian terlihat di mata mereka. Para
ibu-ibu Palestina menyerahkan semua senjata yang mereka miliki. Mereka
mulai membersihkan jalan dan puing-puing rumahnya. Anak-anak kecil mulai
bisa berlarian, bermain di jalan-jalan yang masih terlihat kotor oleh
puing-puing yang disingkirkan ke pinggirnya. Mereka sangat yakin bahwa
kehidupan akan pulih seperti sedia kala, ” ujar Dokter Ang.
Namun
apa yang terjadi sungguh di luar dugaan. Setelah jalan-jalan bersih
dari tumpukan karung-karung berisi pasir, bersih dari beton-beton dan
batu-batu yang tadinya sengaja dipasang sebagai barikade, setelah
keluarga-keluarga Palestina di kamp pengungsian tidak lagi memiliki
senjata, maka suatu malam, 14 September 1982, sebuah ledakan besar
terdengar di seantero Lebanon. Calon Presiden Lebanon dari kalangan Kristen, Bashir Gemayel terbunuh.
Esok paginya, saat hari masih gelap, udara Lebanon dipenuhi gelegar raungan pesawat-pesawat tempur Israel. Burung-burung besi itu secara royal menjatuhkan bom-bom yang kembali melantakkan Beirut.
Bumi tempat Dokter Ang Swee Chai berpijak dirasakan bergetar oleh deru ratusan tank Merkava milik Israel yang berkonvoi masuk Beirut dan mengepung kamp pengungsian Sabra-Shatila. Tank-tank ini diikuti oleh tentara infanteri Israel
dan sekutu mereka, Milisi Phalangis, yang terdiri dari orang-orang
Kristen Lebanon bersenjata yang memang dekat dengan kaum Yahudi.
Kamp-kamp
pengungsian yang waktu itu hanya dihuni oleh kaum wanita, jompo, dan
anak-anak kecil serta bayi, karena para pejuang Palestina yang terdiri
dari laki-laki muda telah pergi, kembali senyap. Mereka kembali masuk
kembali ke rumah-rumahnya yang telah hancur dan mengunci diri di
dalamnya. Kepungan yang dilakukan tank-tank dan tentara Israel sangat rapat sehingga seekor kucing pun tak akan bisa meloloskan diri.
Dokter
Ang Swee Chai pagi hari segera menuju Rumah Sakit Gaza yang terletak
tidak jauh dari kamp pengungsian Sabra-Shatila. Sepanjang hari Beirut
Barat dihujani bom yang dimuntahkan dari tank dan pesawat pembom.
“Pukul
empat kurang lima belas menit di sore hari, zona pengeboman telah
mendekati jarak tiga perempat kilometer dari rumah sakit, orang-orang
yang berusaha meninggalkan kamp telah kembali dan mengatakan jika semua
jalan yang mengarah ke kamp telah diblokir oleh tank-tank Israel, ” tulis Dokter Ang.
Tidak sampai sejam kemudian, tentara Israel
menyerbu Rumah Sakit Akka dan menembak mati para perawat, dokter, dan
seluruh pasien. Seluruh perempuan di rumah sakit tersebut diketahui
diperkosa dahulu sebelum dibunuh. Orang-orang yang berada di sekitar
rumah sakit berlarian ke sana kemari mencari tempat yang dianggapnya aman. Mereka berteriak-teriak bahwa tentara Israel mengejar mereka dengan tank.
Ketika
malam tiba, suara dentuman meriam dan ledakan besar tidak lagi
terdengar, hanya saja rentetan senapan mesin masih berlangsung sepanjang
malam. Langit di atas kamp Sabra-Shatila terang benderang oleh
peluru-peluru suar yang ditembakkan oleh tank dan helikopter.
Menjelang
pagi, raungan pesawat tempur kembali terdengar disusul suara ledakan
keras di sana-sini. Rentetan tembakan tidak pernah berhenti.
“Ini membuatku bertanya-tanya apakah di kamp itu masih ada pejuang-pejuang Palestina?” tanya Dokter Ang keheranan karena ia tahu betul bahwa tidak ada seorang pejuang Palestina pun yang masih ada di kamp.
Ketika
hari mulai siang, Dokter Ang kedatangan banyak sekali
perempuan-perempuan Palestina yang terluka tembak. Dari mereka Doker Ang
mengetahui jika tentara Israel mengawal anggota-anggota milisi Kristen Phalangis untuk membantai orang-orang Palestina di kamp Sabra-Shatila.
Dalam bukunya, Dokter Ang yang menjadi salah satu saksi mata tragedi pembantaian kamp Sabra-Shatila menulis, “Tentara-tentara Israel
dan sekutunya itu merangsek ke rumah-rumah dan gang-gang kecil sambil
menembakkan senjata mereka dengan royal. Granat dan dinamit mereka
lemparkan ke jendela-jendela rumah yang penuh berisi orang. Para perempuan banyak yang diperkosa sebelum dibunuh. Para
bayi Palestina diremukkan tulang-tulang dan kepalanya sebelum dibunuh.
Banyak anak-anak kecil dilempar ke dalam api yang menyala-nyala, yang
lain tangan dan kakinya dipatahkan oleh popor senjata. Untuk pertama
kalinya, aku menangis di sini. ”
Sejarah
mencatat, pembantaian Sabra Shatila merupakan genosida paling berdarah.
Hanya dalam waktu tiga hari, tidak kurang dari 3.297 orang
Palestina—kebanyakan para perempuan dan anak kecil, bahkan
bayi-bayi—menemui ajal dengan cara yang amat mengerikan. Anehnya, PBB
dan dunia internasional tidak mengecam tragedi besar ini. Media Barat
pun banyak yang berupaya menutup-nutupi fakta yang terjadi.[31]
Dan Pembantaian di Gaza, Terjadilah....Kesadisan zionisme, akhirnya terjadi lagi dan mungkin entah berapa kali lagi akan terjadi. Lebih dari 1.500 nyawa tak berdosa melayang menjadi syuhada dan menjadi penghuni Syurga Firdaus. Inilah bukti bahwa mereka menganggap bahwa Ghoyyim bukan manusia, yang dengan seenaknya dibantai seperti hewan. Dimanapun berada, kita harus waspada.
No comments:
Post a Comment