Monday, March 5, 2012

Mengenal Tokoh The Gladiator, Maximus Decimus Meridius

Maximus Decimus Meridius adalah anak Gubernur Provinsi Baetica, Hispania yang lahir pada tahun 152. Nama belakangnya, yakni Meridius, adalah juga nama bapaknya sendiri, sementara ibunya bernama Lucretia, putri Senator Romawi: Bodaus.

Maximus pada umur delapan tahun bersekolah di Hispalis di bawah bimbingan Fulvus, seorang Filsuf terkemuka. Pada usia 17 tahun Maximus bergabung sebagai tentara rendahan berpangkat Standar Bearer dan ikut bertempur melawan bangsa Celtic Britannia dan bangsa Partia di Kapadokia.

Pada tahun 171, saat berlibur ke villa milik Sergius Manus, tuan tanah Spanyol dari provinsi Gemina yang adalah juga teman ayahnya, Maximus jatuh cinta dengan sang putri, Cecilia. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai seorang putra bernama Decimus. Keluarga kecil ini tinggal di sebuah peternakan di perbukitan Fulginia yang jaraknya beberapa hari perjalanan dari Roma. Sebagai tentara, Maximus jarang sekali bersama keluarganya, namun demikian dia sangat mencintai mereka dan sering berkirim surat.


Karena kecerdasan dan keberaniannya, karir Maximus terbilang cemerlang. Dalam waktu singkat dia naik pangkat menjadi opsir, perwira dan akhirnya jendral pertama di bawah kesatuan Lucius Veras. Dua pertempuran yang paling membuat naik tajam adalah saat memimpin pasukannya melawan Veture di Gaul dan di Germania Marcomanni. Dia pergi selama empat tahun sampai kemenangan final melawan bangsa Barbar di dekat Danube sungai.

Pada tahun 176, Kaisar pada saat itu, yakni Marcus Aurelius akhirnya menunjuknya sebagai pimpinan Legiun sekaligus tangan kanan jika sang Kaisar turun langsung memimpin pertempuran. Maximus menjadi Jenderal termuda dalam sejarah Romawi. Marcus Aurelius wafat di kamp Vindobona karena sesak nafas. Bagi Maximus, kaisar telah dibunuh oleh Commodus, putranya sendiri. Untuk itu dia menolak mengucapkan sumpah kesetiaan pada Kaisar barunya. Dia ditangkap dan siap dihukum mati.

Maximus berhasil melarikan diri setelah sebelumnya terlibat perkelahian meski mengalami luka serius. Saat pulang ke rumah lagi-lagi Maximus mengalami tragedi besar. Seluruh keluarga dan para pengikutnya telah dibunuh atas perintah Kaisar Commodus. Karena kehabisan darah ditambah beban psikologis yang berat, Maximus tak sadarkan diri. Ketika sadar, Maximus ternyata telah di tangkap dan dikurung oleh kawanan pencuri. Tubuhnya kemudian di jual kepada penadah budak.

Maximus wafat di usia 40 setelah dicurangi oleh Commodus lewat perkelahian di Coloseum Roma pada tahun 192.

Begitulah, saking detilnya treatment karakter tokoh dalam film Gladiator ini banyak yang mengira bahwa ini tokoh nyata, padahal bukan. Faktanya, Kaisar Commodus sama sekali bukan sister-complex seperti yang digambarkan dalam film. Dia bahkan mampu memerintah sebagai kaisar dari 180 – 192. Dia juga tidak membunuh ayahnya sendiri karena sejumlah kurun waktu sempat menemani sang ayah di medan perang. Marcus Aurelius juga dikenal piawai dalam hal keuangan/kekayaan sehingga membuat sejumlah terobosan terkait devaluasi. Gilanya lagi, ternyata Commoduslah yang tak terkalahkan di arena gladiator. 100 singa dalam satu hari pernah dia bunuh di arena. Juga 3 ekor gajah. Kaisar Commodus tewas diracun dan dicekik di kamar mandinya dalam sebuah konspirasi penggulingan kekuasaan. Tak ada secuilpun fakta ada seseorang bernama MAXIMUS DECIMUS MERIDIUS berhasil membunuhnya dalam sejarah Roma. Maka tak heran sejumlah web sejarawan luar negeri menyebut film Gladiator sebagai film pengacau sejarah.

Kehebatan kreator film dalam mencampur adukkan fiksi dan kenyataan memang top. Seperti juga film-film fiksi yang berlatar belakang sejarah seperti Da Vinci Code, Titanic, dan lain sebagainya.

No comments:

Post a Comment