Friday, September 16, 2011

FASISME YANGTIDAK MENGENAL AGAMA DAN SOSIAL

Kaum Fasis di Dunia Ketiga


Fasisme telah ditaklukkan pada Perang Dunia II. Persekutuan antara Nazi Jerman, fasis Italia dan Jepang telah dikalahkan, dan rezim-rezim fasis diruntuhkan. Hitler bunuh diri, Mussolini digantung oleh rakyatnya sendiri, dan pemerintah Jepang membubarkan diri sendiri. Fasisme, yang berkembang selama paro pertama abad ke-20, roboh sebelum mencapai paro berikutnya.

Namun, keruntuhan fasisme tidak berarti masalah ini terhapus sepenuhnya dari muka bumi. Setelah Perang Dunia II, fasisme sebenarnya terus berkembang di Dunia Ketiga. Para diktator dan junta yang berkuasa di Amerika Latin dan Afrika, pada dasarnya juga menjalankan sistem fasis.


Kekejaman Fasisme di Amerika Latin

Kaum fasis Dunia Ketiga tidak pernah ragu melakukan kekejian yang mengingatkan pada pembantaian oleh Nazi. Misalnya, diktator Chili Jendral Pinochet, yang naik ke kekuasaan melalui sebuah kudeta militer terhadap Presiden Allende pada tahun 1973, mengubah negerinya menjadi sungai darah. Pinochet membunuh Allende dengan serangan tank dan pesawat jet terhadap Istana Presiden. Namun, rakyat Chili diberitahu bahwa Allende telah melakukan bunuh diri karena menolak untuk menyerah. Setelah itu, Pinochet dengan kejam melenyapkan para pendukung Allende dan kaum oposisi. Junta pimpinannya membunuh ribuan orang pada tahun pertama kekuasaannya, dan sekitar 90.000 dari 9 juta rakyat Chili ditangkap. Teror terhadap penduduk, jasad-jasad yang ditumpuk di rumah mati, atau ditembak dan dibuang ke Sungai Mapocho, penahanan para tersangka di Stadion Santiago, penyanderaan, operasi-operasi pencarian dan penjarahan yang seringkali terjadi, hanyalah sebagian dari kejahatan rezim Pinochet. Lembaga-lembaga pendidikan "dibersihkan", dan mata kuliah sejarah serta geografi di universitas disensor oleh penguasa fasis.


LAUTAN DARAH AKIBAT KEKEJAMAN PINOCHET: Pinochet hanya menyebabkan banjir darah dan kematian di Chile. Rezim Pinochet akan diingat dalam sejarah untuk penyiksaan dan pembunuhan yang dilakukannya, serta "pelenyapan." Gambar kiri. Pinochet dalam sebuah konferensi pers setelah kup yang ia lakukan tahun 1973. Gambar kanan. Sang diktator Chile sebelum melepaskan kekuasaannya.

Pada tahun 1984, 3000 "tersangka" dikurung di Stadium Santiago untuk diinterogasi. Selama tahun-tahun pertama rezim Pinochet berkuasa, ribuan orang dibunuh, dan 90.000 orang dari 9 juta penduduk ditahan, dan banyak di antara mereka yang disiksa. Itulah tindakan fasisme yang ditunjukkan Pinochet pada rakyat Chile.

Kediktatoran fasis yang serupa dengan rezim Pinochet juga berhasil meraih kekuasaan di negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Guatemala, El Salvador, Nikaragua, Honduras dan Paraguay, dan juga membawa kekejaman yang mengerikan. Ribuan penentang junta di Argentina "menghilang". Berdasarkan bukti-bukti yang ada, lebih dari 2.000 tahanan politik dibawa dengan pesawat-pesawat terbang kemudian dilempar ke lautan dari jarak ribuan kaki di udara. Mantan pasukan pengawal presiden, Federico Talavera, yang muncul di televisi Argentina tanggal 27 April 1995, mengakui penyiksaan-penyiksaan yang dilakukan pada masa itu, menyebutkan di antaranya bahwa wanita-wanita hamil dilemparkan ke laut dan anjing-anjing yang dilatih secara khusus untuk menggigit alat kelamin manusia. Menurut pengakuannya, anjing-anjing itu akan memasukkan alat kelamin para tahanan politik ke dalam mulutnya dan menunggu perintah. Bila si tahanan politik menolak untuk bicara, maka anjing itu disuruh untuk menggigitnya.

Kebrutalan di Guatemala juga tak kalah menakutkan. Pada tahun 1960-an dan 1970-an, rezim fasis yang menggulingkan presiden pertama dan satu-satunya yang terpilih, Jacobo Arbenz pada tahun 1954, mengubah negeri itu menjadi ladang-ladang pembunuhan.

Konferensi Uskup Katolik Romawi menggambarkan kebijakan pemerintah sebagai "pembantaian etnis". Dalam buku Killing Hope:US Military and CIA Interventions Since World War II, penulis Amerika William Blum menjelaskan cara-cara penyiksaan yang digunakan oleh rezim Guatemala.

Siapa saja yang berupaya untuk mengorganisir suatu serikat kerja atau upaya lain untuk memperbaiki nasib petani, atau semata dicurigai mendukung gerilya, menjadi sasaran… orang-orang bersenjata tak dikenal menggerebek rumah mereka dan menggiring mereka ke tempat yang tak diketahui… tubuh-tubuh mereka yang habis disiksa, atau dipotong-potong, atau dibakar ditemukan terkubur di kuburan massal, atau mengambang dalam kantong-kantong plastik di danau atau sungai, atau terkapar di pinggir jalan, dengan tangan terikat di punggung… tubuh-tubuh dijatuhkan ke lautan Pasifik dari pesawat terbang. Di daerah Gual, disebutkan bahwa tidak ada yang memancing lagi; terlalu banyak mayat tersangkut di jaring… mayat-mayat tanpa kepala, atau dikebiri, atau dengan mata ditusuk peniti… sebuah desa yang dikepung, karena dicurigai menyuplai gerilya dengan orang, makanan, atau informasi, semua lelaki dewasa dibawa dari keluarganya, tanpa pernah dilihat lagi… atau semua orang dibantai, desa tersebut dibuldoser untuk menutupi jejak… jarang korban sebenarnya merupakan anggota kelompok gerilya. Salah satu metode penyiksaan adalah memasukkan kepala ke dalam kerudung penuh insektisida; ada pula kejutan listrik — paling efektif adalah ke bagian kemaluan. 133


FASISME AFRIKA SELATAN
Rezim "apartheid" di Afrika Selatan mengikuti kebijakan rasis sekeras kebijakan Nazi Jerman. Penduduk asli berkulit hitam, yang merupakan mayoritas, ditindas dan disiksa selama bertahun-tahun oleh penduduk minoritas.

Pada tanggal 9 Desember 1979, saudaraku patrocino yang berusia 16 tahun ditangkap dan disiksa selama beberapa hari dan kemudian dibawa bersama 20 pemuda lainnya ke lapangan di Chajul… Seorang perwira pasukan pembunuh dari (Presiden) Lucas Garcia menyuruh para tahanan berbaris… Aku bersama ibuku, dan kami melihat Patrocino; lidahnya telah dipotong dan juga jari-jari kakinya. Perwira serigala itu berpidato. Setiap kali ia berhenti, tentara memukuli para tahanan Indian. Ketika dia selesai dengan omong kosongnya, tubuh saudaraku dan tahanan-tahanan lain menggembung, penuh darah, tak dapat dikenali. Keadaannya sangat mengerikan, namun mereka masih hidup. Mereka kemudian dilempar ke tanah dan diguyur dengan bensin. Tentara-tentara itu membakar tubuh-tubuh yang kuyup itu dengan obor, sedang kapten itu tertawa seperti seekor hyena dan memaksa para penduduk Chajul untuk menonton.134

Ini hanyalah sedikit contoh. Rezim fasis di Guatemala, yang pertama kali dikendalikan oleh Jenderal Romeo Lucas Garcia, dan kemudian oleh Jenderal Efrain Rios Montt, dengan metode serupa, membunuh lebih dari 100,000 orang. William Blum menjelaskan tentang korban-korban yang "matanya dicongkel, buah pelirnya dipotong dan dijejalkan ke mulut mereka, serta tangan dan kaki mereka dipotong" oleh satuan keamanan, juga para wanita yang "dipotong buah dadanya".

Rezim fasis yang serupa juga memegang kekuasaan di negara-negara Afrika, seperti Zaire, Uganda, dan Afrika Selatan, untuk waktu yang lama. Rezim Afrika Selatan mengadopsi sebuah ideologi rasis yang bengis, yang mengingatkan kepada Jerman Nazi. Mayoritas kulit hitam di Afrika Selatan, penduduk asli negeri itu, dieksploitir oleh minoritas kulit putih selama bertahun-tahun.

Pendeknya, paro kedua abad ke-20 sama penuhnya dengan kekejaman fasis sebagaimana paro pertama. Rezim-rezim fasis, serupa dengan yang telah digulingkan di Eropa, tumbuh di Amerika Latin dan Afrika, sekali lagi membawa dunia menjadi medan pertempuran di mana, "yang kuat bertahan dan yang lemah tersingkir".

Fasis Timur Tengah: Saddam Hussein

Pada saat ini, di awal abad ke-21, banyak diktator fasis dari tahun 1960-an dan 1970-an telah menghilang. Namun, fasisme dapat mendongakkan kepalanya kapan saja, di berbagai tempat dan dalam bermacam keadaan. Timur tengah pada khususnya telah menderita oleh kekejaman berbagai rezim dan organisasi fasis. Seorang diktator fasis saat ini tengah mengancam wilayah tersebut: Saddam Hussein.

Untuk memahami karakter fasis Saddam Hussein dengan lebih baik, akan sangat berguna jika kita mengkaji masa lalunya.

Peristiwa yang membawanya ke tampuk kekuasaan di Irak berawal dengan sebuah kudeta militer. Pada bulan Pebruari 1963, sekelompok perwira dan militan jalanan, yang menyebut diri mereka Partai Baath (Kebangkitan), mendepak Jenderal Kassem yang saat itu memegang pemerintahan. Di antara para militan ini terdapat seorang anggota muda di antara tim beranggota enam orang yang ditugaskan untuk membunuh Jenderal Kassem: Saddam Hussein al-Tikriti, atau Saddam Hussein dari Tikrit. Walaupun ia bukanlah seorang tentara, Saddam biasanya mengenakan seragam tentara, dan setelah kudeta, dia ditunjuk oleh pemerintahan Baath untuk memimpin sebuah kelompok yang bertanggung jawab atas terorisme dan pembunuhan. Hal pertama yang dilakukannya adalah mengembangkan metode-metode penyiksaan baru dan efektif untuk menginterogasi para penentang kudeta. Pemerintahan yang berkuasa setelah kudeta runtuh pada bulan November tahun itu juga. Saat itu terungkaplah fasilitas penyiksaan milik Saddam, yang penuh dengan berbagai sarana penyiksaan yang ia ciptakan sendiri.

PEMBUNUHAN MASSAL OLEH SADDAM DI HALABJA


Saddam Hussein menyerang desa Halabja di Irak utara dengan senjata-senjata kimia pada tahun 1988, karena tidak mau tunduk pada pemerintahannya. Sekitar 5.000 penduduk sipil Kurdi di desa itu mati dengan mengenaskan, terbakar oleh senjata-senjata ini. Mayat ibu-ibu yang tengah memeluk bayi mereka dan mayat anak-anak kecil di tengah jalan, memperlihatkan bahwa sang diktator Irak adalah seorang fasis kejam yang memiliki filosofi yang sama dengan Hitler dan Mussolini.

Pemerintahan Baath berlangsung kurang dari sepuluh bulan, dan digulingkan oleh kudeta lain. Tetapi partai tersebut melakukan kudeta kedua pada 17 Juli 1968. Kali ini mereka bertahan.

Pemimpin kudeta Baath kedua adalah "si ahli penyiksaan" Saddam Hussein. Dia menempatkan keluarga dekatnya pada posisi-posisi kunci dalam rezim, dan akhirnya memegang kekuasaan sepenuhnya dengan menghabisi pesaing-pesaingnya. Si penyiksa tanpa rasa kasihan telah menjadi diktator Irak.

Setelah berkuasa, Saddam melanjutkan perang dan konflik terus-menerus. Pada tahun 1988, dia melancarkan sebuah serangan yang mengejutkan dan tak dapat dibenarkan terhadap Iran, dan menduduki wilayah negara itu. Perang ini berlangsung selama delapan tahun dan menelan korban ratusan ribu bangsa Irak dan Iran. Dua tahun setelah perang berakhir, dia menginvasi Kuwait, yang juga tak dapat dibenarkan, sehingga berkobarlah Perang Teluk. Seperti Hitler, yang melancarkan serangan biadab selama empat tahun untuk memperluas territorial Jerman, Saddam meneror mereka yang ada di sekitarnya.

Lebih jauh lagi, dia tanpa rasa sesal menggunakan cara-cara yang paling menindas terhadap rakyatnya sendiri. Sepanjang pemerintahannya, mereka yang dipandang sebagai penentang rezimnya, dan berbagai kelompok politik dan etnis, mengalami segala macam represi. Sebuah edisi majalah Newsweek menggambarkan karakteristik fasis Saddam sebagai berikut:

Para penentangnya menyebut Saddam tiran yang haus darah—Tukang Jagal dari Baghdad. Saddam Hussein memerintah Irak dengan tangan besi, didukung oleh jutaan tentara dan legiun spion, pembunuh dan penyiksa. Saddam, sebagaimana yang dikenal di seluruh Timur Tengah, benar-benar kejam dalam mengejar kejayaan diri dan negerinya. Ia tidak pernah ragu menggunakan gas beracun untuk mengalahkan musuh-musuhnya, baik di dalam maupun luar negeri.135

Saddam telah begitu banyak menumpahkan darah bangsa Irak. Di akhir perang Irak-Iran, satu juta dari 17 juta rakyat Irak terbunuh dan terluka. Lebih dari satu juta orang meninggalkan negeri itu karena alasan politis dan ekonomi. Organisasi hak asasi manusia Middle East Watch menyatakan bahwa banyak orang Irak yang direlokasi atau dideportasi, ditahan dan dihukum tanpa alasan yang jelas. Selain itu, penyiksaan, eksekusi tahanan politik dan pembunuhan-pembunuhan misterius tersebar luas. Berdasarkan data Amnesti Internasional, metode-metode penyiksaan, bahkan terhadap anak-anak, meliputi memanggang korban di atas api, memotong hidung, tangan dan kaki, payudara dan alat kelamin, dan menghunjami tubuh dengan paku.136

LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL SADDAM
Sementara rakyat Irak hidup dalam kemiskinan dan kelaparan, Saddam hidup dengan penuh kemegahan di 50 istana yang dibangunnya. (Di samping ini adalah sebuah maket salah satu istana Saddam). Putra Saddam, Uday, mewarisi paranoid yang diderita Saddam. Fasisme di Irak diturunkan dari "ayah ke anak."

Kekejian yang dilakukan Saddam di Halabja pada tahun 1988 memperlihatkan perlakuan fasisnya terhadap rakyat dari berbagai jenis etnik. Ia menggunakan gas saraf terhadap penduduk Kurdi, membunuh banyak orang tak bersalah, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang tua. Amnesti Internasional melaporkan bahwa 5.000 orang Kurdi terbunuh dalam sebuah serangan gas beracun di sebuah desa Halabja, dan ribuan lainnya tewas dalam serangan serupa di tempat lain di negeri itu. 137

Siksaan yang dialami lawan-lawan politik Saddam bahkan lebih buruk lagi. Seorang dokter yang melarikan diri dari Irak menuturkan: "Saya seorang dokter di sebuah rumah sakit di Selatan. Hanya dokter yang diperbolehkan memeriksa orang-orang yang dibawa dari penjara. Sebagian besar dari mereka hanyalah bongkahan daging, dan kebanyakan telah meninggal. Tidak ada tahanan politik yang mampu hidup setelah penyiksaan. Saya melarikan diri ketika sadar bahwa saya akan ditahan."138

Bahkan keluarga dan rekan terdekat Saddam sendiri menjadi korban kekejamannya. Saudara tirinya, Barzan Tikriti, kabur ke Uni Emirat Arab karena takut akan dibunuh oleh Saddam dan putranya Uday. Dua menantu Saddam, Hussein dan Saddam Kamel, melarikan diri ke Yordania karena takut padanya. Saddam kemudian menjamin bahwa hidup mereka tidak akan terancam. Namun begitu kakak-beradik itu kembali ke Baghdad, mereka dan ayah mereka langsung dibunuh. Setelah itu, tubuh ibu mereka ditemukan terpotong-potong, semua terjadi di depan mata dunia.

Pemimpin Irak juga menggunakan cara-cara yang kejam untuk mengintimidasi para penentang yang lari dari negeri itu. Misalnya, Jenderal Najib Salihi, yang lari ke Yordania pada tahun 1995, melaporkan bahwa keluarga dekatnya diperkosa dan video rekaman pemerkosaan itu dikirim kepadanya. Ia juga mengungkapkan, hal serupa dilakukan pula terhadap banyak lagi penentang rezim itu.

Dari contoh-contoh tersebut kita dapat melihat bahwa kekuasaan Saddam di Irak seluruhnya berdasarkan intimidasi, teror dan penyiksaan, sementara rakyat di bawah rezim fasisnya hidup dalam kelaparan, pengangguran, dan kemiskinan. Anak-anak kecil sekarat akibat kelaparan dan kekurangan obat-obatan, sedangkan yang lainnya menemui ajal atau kepunahan. Walaupun begitu, rakyat tidak bersuara menentang Saddam, baik karena takut atau pengaruh hipnosis massa, justru sebaliknya menyalahkan "mereka", yakni musuh-musuh Saddam, untuk kemiskinan yang mereka derita.


Saddam menyamakan dirinya dengan Nebuchadnezar, pemimpin pagan di masa Babilonia kuno. (Gambar atas. Uang logam yang dicetak Saddam, untuk menunjukkan persamaannya dengan Nebuchadnezar). Sebagaimana semua kaum fasis, Saddam bernostalgia dengan kekejaman paganisme kuno.

Pada diri Saddam, kita juga dapat melihat beberapa karakteristik fasis lainnya. Di antaranya adalah bagaimana ia membandingkan dirinya dengan diktator pagan di masa silam, sebagaimana dilakukan Nazi dan kaum fasis lainnya. "Sparta" yang dipilih Saddam adalah Babilonia, sebuah kerajaan pagan di Timur Tengah kuno. Dia menganggap dan menggambarkan dirinya sebagai pewaris dari Raja Babilonia Nebukadnezar, yang "tiada lawan dari ufuk hingga ke langit". 139 Di irak, diselenggarakan upacara-upacara yang melambangkan kebangkitan Kerajaan Babilonia, dengan cara yang mengingatkan kepada berbagai upacara pagan yang dilakukan Nazi. Nebukadnezar, yang menghancurkan kuil Sulaiman dan menggiring Bani Israil ke Babilonia sebagai tawanan, dikenal sejarah dengan dua karakteristik, yakni sebagai seorang panglima yang kejam dan seorang arsitek besar. Dia juga penuh rasa bangga diri yang mendekati psikopat. Dia memerintahkan agar namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan dalam konstruksi bangunan-bangunan yang didirikannya. Saddam meniru ini, ia menyuruh namanya ditulis pada setiap batu bata yang digunakan untuk membangun istana-istana yang ia dirikan dengan penuh gaya, walau rakyatnya tengah menderita akibat kemiskinan dan kesengsaraan yang ia timpakan.

Namun, sebagian besar rakyat Irak telah dipengaruhi secara psikologis oleh fasisme Saddam, sehingga mereka tidak menganggap pembangunan istana-istana itu sebagai suatu kesalahan atau ketidakadilan atas diri mereka. Sebaliknya, mereka memandang istana-istana ini, di mana Saddam hidup dalam kemewahan yang melimpah, sebagai bentuk kehormatan nasional, dan sesuatu yang dapat dibanggakan kepada bangsa lain.

Contoh lain dari karakter fasis Saddam adalah bahwa dia terkadang memakai kedok agama untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya, walaupun ia tidak memiliki keyakinan religius.

Namun, jelaslah bahwa penggunaan simbol-simbol keagamaan untuk tujuan yang tidak sepatutnya (seperti melestarikan kekuasaan Saddam dan menyebarkan kejahatan) merupakan kemunafikan yang besar. Tugas bangsa Irak, dan tentunya juga setiap orang, tatkala berhadapan dengan fasisme, adalah tidak terpedaya oleh metode-metode propagandanya, tetapi membedakan antara orang yang ikhlas dengan kaum fasis yang berpura-pura ikhlas, dan kemudian bertindak sesuai itu. Tidak sukar untuk membedakan antara keduanya, karena seorang fasis tidak pernah menjadi seorang yang benar-benar ikhlas.

Kebangkitan Fasisme Secara Diam-diam


Kekalahan dan keruntuhan fasisme selama Perang Dunia II membuat kebanyakan orang percaya bahwa "fasisme telah dimusnahkan seluruhnya". Namun, bukan itu masalahnya. Benar bahwa wakil fasis yang paling terkemuka telah digulingkan, namun landasan ideologi mereka (Darwinisme, suka kekerasan, dan rasisme) masih bertahan hidup. Karena itu, kematian Hitler dan Mussolini tidak berarti kematian fasisme. Sebaliknya, kepercayaan luas bahwa "fasisme sudah lenyap" hanya memberikan lahan bagi perkembangan kelompok-kelompok fasis yang baru. Fasisme masih hidup, terkadang dengan nama aslinya, kala lain dengan menyamarkan dirinya. Nyatanya, fasisme meraih kebangkitan yang istimewa selama tahun 1990-an.

Bab ini akan mengkaji kebangkitan baru fasisme dan ancaman yang diberikannya kepada dunia. Pertama, kita akan melihat bagaimana rasisme tetap hidup dan terpelihara di Eropa, lalu mencermati perkembangbiakan organisasi-organisasi neo-Nazi. Akhirnya, kita akan mengidentifikasi ideologi di balik fenomena ini, wajah yang tersembunyi di balik kecenderungan rasisme yang meningkat.

Neo-Nazi

Menurut angka resmi di Jerman, terjadi 10.037 insiden bersifat rasis atau xenofobia pada tahun 1999. Insiden rasis di tahun 2000 berjumlah lebih dari 10.000 kali. Insiden sejenis terjadi di Inggris sebanyak 10.982 antara April dan September saja. Setengah dari kejahatan ini berupa ancaman atau intimidasi. Namun kebanyakannya berakhir dengan kematian, cidera, pembakaran atau penghancuran hak milik. Mereka yang bertanggung jawab adalah gerombolan-gerombolan fasis yang dikenal sebagai Neo-Nazi.

Gerakan neo-Nazi mulai terorganisir pada tahun 1990-an. Sebelumnya, ada kelompok skinhead di Inggris pada tahun 1970-an. Ciri paling jelas dari gerakan skinhead adalah penyerangan terhadap orang-orang di daerah-daerah miskin yang dihuni oleh pengungsi dan orang asing. Hanya sebagian dari insiden ini bersifat rasis. Tetapi pada tahun 1990-an, kebanyakan kelompok skinhead mengikuti rasisme dan mulai melakukan penyerangan rasis dan fasis sebagai pendukung Nazisme.

Saat ini, gerakan neo-Nazi tumbuh kuat dan meluas. Mereka aktif di 33 negara di enam benua. Jumlahnya sekitar 70.000 orang. anggota gerombolan-gerombolan jalanan umumnya berusia antara 13 dan 25 tahun dan menggunakan internet untuk berkomunikasi.

KAUM FASIS MASA KINI: NEO-NAZI

Sejak tahun 1990-an, serangan-serangan rasis oleh kelompok yang dikenal sebagai Skinheads semakin meningkat. Gerombolan-gerombolan ini terdiri dari kaum muda berpendidikan rendah, kurang percaya diri, dan cenderung melakukan semua jenis kejahatan dan kekerasan.

Target neo-Nazi berbeda di setiap negara. Menurut sebagian riset, mereka mengadakan perlawanan terhadap orang Turki di Jerman, terhadap kaum jipsi di Hungaria, Slowakia, dan Republik Ceko, terhadap orang Asia di Inggris, orang Afrika Utara di Prancis, orang dari Timur Laut di Brazil, dan terhadap semua kelompok minoritas dan pengungsi di Amerika. Di beberapa negara, para pengangguran dan mereka yang tinggal di daerah-daerah miskin dapat menjadi sasaran.

Kaum muda yang meniru Nazi ini umumnya pecandu obat terlarang, dan bajingan jalanan yang menganggur. Mereka mudah dikenali dengan berbagai lambang Nazi pada pakaian mereka, kepala mereka yang gundul, dan tato-tato mereka, yang umumnya memperlihatkan kebencian mereka terhadap ras-ras lain. Dalam slogan, bahasa, dan lagu mereka, mereka memuji-muji Hitler dan bersumpah untuk mewujudkan impiannya: sebuah dunia yang dipimpin oleh ras Aria.

Macam orang yang menjadi anggota gerombolan ini adalah berusia muda, dari keluarga tidak harmonis, tidak terdidik, tanpa pengawasan, dan dengan kepercayaan diri yang rendah. Dengan merendahkan orang lain, melalui kekerasan dan rasa takut, mereka mencoba menipu diri sendiri untuk mempercayai bahwa mereka berasal dari sebuah kelompok yang lebih unggul dari lainnya.



FASISME MELALUI MUSIK

Gerakan neo-Nazi berkembang sebagai sebuah subkultur yang mulai berpengaruh terhadap segmen-segmen populasi yang bermasalah dan kurang berpendidikan. Musik adalah sebuah faktor dalam perkembangan fasisme baru ini. Cita-cita tipikal fasisme, seperti kecintaan pada kekerasan, rasisme dan agresi, dibangkitkan dalam kelompok-kelompok ini melalui band-band rock dan heavy metal, yang terpengaruh oleh ideologi neo-Nazi.

Di antara karakteristik mereka, kita dapat menyebutkan kebencian, intimidasi, tindak tanduk yang mengancam, sifat suka merusak, dan suka merugikan. Para penjahat besar di antara mereka dipandang sebagai pahlawan.

Neo-Nazi juga punya jenis musik khas mereka sendiri. Kalangan ini memandang musik sebagai alat propaganda. Lirik-lirik lagu mereka mengungkapkan perilaku mereka yang rasis, paranoid, dan agresif. Judul-judul lagu dan nama-nama grup musik mereka juga membawa pesan-pesan serupa; dengan nama-nama seperti "Vampire", "White Noise", Battleground", "Razor Edge", dan "White Warriors".

Grup-grup ini dapat menyelenggarakan konser di mana pun yang mereka inginkan di negara-negara Eropa, seperti Jerman, Belgia, dan Inggris, dengan dihadiri oleh ribuan orang muda, dan dipenuhi berbagai penghormatan Nazi.

Neo-Nazi juga memiliki penggemar sendiri di luar organisasi mereka. Para holigan sepak bola berada di puncak daftar. Skinhead dan berbagai holigan lainnya menghadiri pertandingan-pertandingan olah raga dan meneriakkan lagu-lagu yang menentang kelompok etnik atau kebangsaan lain, bahkan menyerang penggemar regu lawan, dan memulai perkelahian tangan kosong di tempat, yang seringkali berakhir dengan kematian. Gerombolan-gerombolan ini, walaupun sebenarnya bukan neo-Nazi, dapat juga dengan mudah digerakkan untuk aksi-aksi neo-Nazi. Bagi para petinggi neo-Nazi, mereka dipandang sebagai orang-orang yang mudah dimanipulasi, karena mereka juga menyukai musik neo-Nazi, dan karenanya di bawah ramuan propaganda Nazi yang tepat, mudah dikerahkan dan dipanggil beraksi kapan pun. Dengan cara ini gerakan rasis terus meracuni kaum muda dan menarik para penganut baru.

KEKEJAMAN HOOLIGAN

Kaum hooligan adalah refleksi lain dari perkembangan mentalitas fasis. Kelompok-kelompok ini bertanggung jawab atas serang-serangan yang terkadang menyebabkan kematian. Sebanyak 39 pendukung kesebelasan Italia terbunuh dalam perkelahian saat mereka meninggalkan pertandingan di Brussels. Dalam perempat final Piala Dunia di Swis tahun 1954, ketika Hungaria mengalahkan Brazil, ruang ganti pemain berubah menjadi tempat perkelahian. Pertandingan ini masih diingat sebagai "Battle of Berne."

Gerakan-gerakan neo-Nazi di Eropa dapat menjadi begitu kuat berkat dukungan rahasia yang mereka peroleh dari masyarakat lainnya dan dari para politisi. Banyak partai yang aktif di Eropa saat ini di bawah bermacam-macam nama sebenarnya melakukan kecenderungan fasis dan secara aktif mendukung kaum neo-Nazi. Di luar politisasi ini, kaum neo-Nazi beranggapan mereka dapat mencapai tujuan mereka dengan kekerasan dan aksi jalanan.

Sebagaimana telah kita pahami sepanjang buku ini, hal ini merupakan karakteristik khas fasisme. Kaum fasis mengira mereka tidak akan dapat memenangkan pertarungan ide dalam suatu lingkungan demokratis. Mereka sebaliknya meyakini hukum rimba, dan bahwa kebenaran adalah milik yang kuat, bukan yang bekerja keras. Dalam pandangan mereka, agresi dan penindasan adalah faktor terkuat.

Ancaman Rasis di Eropa Modern

Neo-Nazi merupakan representasi dari gerakan rasis radikal yang lebih luas di Eropa. Mereka layaknya "sisi tajam" dari kapak fasis. Tetapi kapak ini juga memiliki akar, dan ini mewakili suatu golongan sosial dan politis yang lebih luas daripada neo-Nazi sendiri. Rasisme neo-Nazi adalah cerminan dari kecenderungan rasis yang terus tumbuh di Eropa.

Yang paling menarik, rasisme masih merupakan bahaya laten di dalam kebudayaan Eropa yang menekankan pentingnya demokrasi dan hak asasi manusia. Berdasarkan riset yang dilakukan pada tahun 1997, kaum rasis meliputi 33 persen dari populasi umum Eropa. Angka ini paling tinggi di Belgia, Prancis, dan Austria. Lima puluh lima persen orang Belgia menggambarkan diri mereka sebagai "cukup" atau "sangat" rasis, di Prancis sebesar 48 persen dan di Austria 42 persen. Di Jerman jumlah kaum rasis adalah sekitar 34 persen. Jadi, ketika kaum neo-Nazi melemparkan bom Molotov dan menyanyikan "Usir orang asing!" mereka sebenarnya membawa pemikiran dari 35 persen populasi. 140

JEJAK-JEJAK RASISME DI SELURUH DUNIA


Tampaknya kecenderungan rasis di Eropa makin merata mestilah berhubungan dengan gerakan-gerakan neo-Nazi, yang memperoleh lahan lebih jauh setiap hari, sebagaimana juga halnya paganisme.

Dan begitulah adanya.

"Supremasi Kulit Putih" dan Ideologi Fasis Baru

Tatkala istilah "organisasi fasis" disebutkan di masa kini, umumnya orang pertama kali teringat kepada neo-Nazi Jerman. Tetapi sebenarnya terdapat lebih banyak lagi organisasi sejenis. Ada beberapa kelompok aktif di Amerika Serikat yang diberi bobot "teoretis" lebih dari neo-Nazi Jerman. Kelompok-kelompok ini umumnya mengusung slogan "Supremasi Kulit Putih". Dan, yang terpenting, slogan mereka bukanlah "kebencian terhadap orang asing" yang bersumber dari kesulitan ekonomi, tetapi dikemukakan lebih sebagai doktrin filosofis dan ilmiah.

ORGANISASI FASIS DI AMERIKA SERIKAT

Dari kiri ke kanan. Simbol dan slogan-slogan organisasi-organisasi kaum rasis dan fasis di Amerika.

KU KLUX KLAN DAN KAUM NAZI AMERIKA
Organisasi-organisasi rasis dan fasis tersebar dengan cepat di Amerika Serikat. Ku Klux Klan (gambar atas dan bawah) yang membenci bangsa kulit hitam, Aryan Nation (bangsa Aria), dan American Nazi Party (Partai Nazi Amerika), adalah kelompok-kelompok fasistik aktif. Gary Lauck, seorang neo-Nazi Amerika memegang sebuah buku yang mendukung neo-Nazi Jerman. Bawah tengah. Richard Butler, pendiri Aryan Nation, bersama para anggota organisasi fasisnya (kanan).

Berbagai kelompok fasis seperti Ku Klux Klan, Partai Nazi Amerika, gerakan Negara Aria, dan Aliansi Nasional, semua datang di bawah payung "Supremasi Kulit Putih". Sasaran kelompok-kelompok ini, yang menyebarkan propaganda ekstensif melalui internet, adalah mempertahankan rasisme sebagai doktrin dan pandangan dunia, dan memfasilitasi penyebarannya.

Landasan bagi doktrin seperti itu dengan gamblang dinyatakan di dalam manifesto salah satu kelompok, yakni Aliansi Nasional. Hal yang benar-benar menarik adalah bahwa manifesto ini adalah kolaborasi dari apa yang telah kita kaji sepanjang buku ini, bahwa fasisme pada dasarnya adalah sebuah ideologi pagan dan Darwinisme.

Aliansi Nasional yang fasis menekankan perbedaan antara mereka dengan "kepercayaan-kepercayaan Semitik" (Islam, Kristen, dan Yahudi), dan menyatakan bahwa mereka hanya mempercayai alam, bahwa mereka adalah pengikut evolusi, sedangkan "kepercayaan-kepercayaan Semitik" didasarkan atas iman kepada Tuhan:

Kami memandang diri kami padu dengan sebuah dunia yang satu di sekitar kita, yang berevolusi sesuai dengan hukum alam. Secara sederhana: Hanya ada satu realitas, yang kita sebut Alam…. Kita adalah bagian dari Alam dan hukum Alam berlaku atas kita. Dalam cakupan hukum-hukum ini kita dapat menentukan nasib kita…. Dengan kata lain, kita sendiri bertanggung jawab atas segala sesuatu yang kita punya kekuasaan untuk memilih: khususnya, untuk kondisi lingkungan kita dan untuk nasib ras kita. Pandangan ini mungkin berlawanan dengan pandangan Semitik…. Mereka percaya bahwa manusia tidak perlu menguatirkan masa depan, di luar perencanaan untuk kebutuhan mereka, karena tuhan mereka telah mengendalikan segala sesuatunya. 143

Agama jelas bertentangan dengan fasisme. Fasisme menganggap manusia sebagai "produk dari alam", sedangkan agama mengajarkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan, dan bahwa Tuhan menentukan nasibnya.

Di dalam manifesto Aliansi Nasional, logika evolusionis di balik ideologi rasisnya diuraikan dalam kalimat-kalimat berikut:

Dunia kita bersifat hirarki. Masing-masing kita adalah anggota dari ras Aria (atau Eropa), yang, seperti ras-ras lain, mengembangkan ciri-ciri khasnya selama ribuan tahun dalam masa seleksi alam tidak hanya mengadaptasikannya kepada lingkungannya tetapi juga mengalami kemajuan sepanjang jalur evolusionernya. Ras-ras yang berevolusi di lingkungan yang lebih sukar di Utara, di mana untuk bertahan hidup selama musim dingin membutuhkan perencanaan dan disiplin-diri, mengalami kemajuan lebih pesat dalam perkembangan kemampuan mental yang lebih tinggi….144

Dengan kata lain, ras Aria diklaim lebih unggul daripada yang lainnya karena ia telah "berevolusi lebih jauh". Aliansi Nasional bahkan melangkah lebih jauh lagi, dengan mengklaim bahwa rasisme adalah "tugas terhadap alam", dan melandaskan pernyataan ini dalam ajakan kepada filsafat Nietzsche.

Pertama, kita memiliki kewajiban terhadap Alam yang kita merupakan bagiannya untuk ikut serta seefektif yang kita mampu dalam pencarian abadinya akan tingkat perkembangan yang lebih tinggi, bentuk kehidupan yang lebih tinggi. Kewajiban ini telah diketahui dan diungkapkan oleh para penyair dan filsuf kita sepanjang sejarah kita. Friedrich Nietzsche menjelaskan kepada kita bahwa kewajiban kita yang pertama adalah untuk membantu mempersiapkan dunia untuk kedatangan jenis manusia yang lebih tinggi. Alam telah menyaring dan mengasah kualitas-kualitas istimewa yang terwujud di dalam ras Aria sehingga kita dapat memenuhi misi yang diberikan kepada kita dengan lebih baik. Walaupun Alam juga mengembangkan bentuk-bentuk kehidupan yang lain, termasuk ras-ras manusia lainnya, kita memiliki kewajiban khusus terhadap ras kita: memastikan kelangsungan hidupnya, menjaga berbagai karakteristiknya yang khas, untuk memperbaiki kualitasnya. 145

Aliansi Nasional, yang berbasis di Amerika Serikat, memproduksi berbagai buku dan majalah di Swedia, Prancis, Jerman, Portugis, dan Rusia, dan secara pesat menyebarkan ideologinya yang bersifat pagan dan Darwinis. Sampul majalah organisasi fasis National Vanguard dihiasi dengan gambar patung-patung dewa Yunani kuno. Artikel-artikelnya sering kali mengutip dari karya Darwin, dan menampilkan, berdasarkan mekanisme seleksi nasional evolusioner Darwin, klaim-klaim seperti "sebuah ras terus-menerus berperang dengan dunia selainnya memiliki keuntungan bertahan hidup yang nyata dibandingkan ras-ras yang berperilaku hidup dan biarkan hidup." 146

Di berbagai publikasi dan web site organisasi-organisasi fasis lainnya, dapat ditemukan pernyataan-pernyataan serupa, dan pendapat-pendapat Darwinis, juga propaganda yang membela budaya paganisme yang jahat terhadap agama-agama ketuhanan.

Rasisme fasistik, yang kelahirannya bertepatan dengan kebangkitan kembali paganisme dan teori evolusi di abad ke-19, terus tumbuh di abad ke-21, dengan berlandaskan pada khayalan-khayalan yang sama.


Fasisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Sebagaimana telah kita pahami, rasisme, salah satu karakteristik fasisme yang fundamentil, sedang bangkit di Eropa, dan di baliknya terdapat penyebaran Darwinis-paganisme. Tetapi apakah moralitas pagan, yang menghalalkan kecintaan akan kekerasan, pertumpahan darah, dan kebengisan, pokok inti lainnya dari fasisme, juga bertahan hidup?

Ya, ia hidup, dan tumbuh pesat.

Dalam bukunya yang berjudul Modern Fascism: Liquidating the Judeo-Christian Worldview, sejarawan Amerika Gene Edward Veith menjelaskan bagaimana budaya fasis masih terus hidup dan bergerak.

Pada tahun 1930-an, para artis avant-garde mengguncangkan kaum borjuis dengan teori-teori estetik mereka yang memuja kekerasan dan melepaskan berbagai emosi primitif. Saat ini, jika Anda menyukai contoh-contoh dari estetika fasis masa awal, cukup dengan menonton film laris Hollywood yang terbaru, menyaksikan MTV, atau pergi ke konser Heavy Metal. Di sini Anda akan melihat realisasi dari ide-ide artistik fasis: kesenangan dari kekerasan; gairah pemberontakan moral; pemujaan tubuh Aria. Simbahan darah yang mengerikan dari sebuah film pembunuhan; orang bertubuh kekar yang mengambil alih hukum dengan menembaki musuhnya dengan senapan mesin; massa remaja yang melakukan slam-dance saat Metallica menyanyikan 'Scream, as I'm killing you!' (‘Menjeritlah, karena aku sedang membunuhmu!’)—seni semacam itu adalah saripati dari estetika fasis. 147

Ada pengaruh fasistik yang tersembunyi di dalam "budaya populer" pada kehidupan kita sehari-hari. Budaya ini, dengan kegemarannya akan kekerasan yang kita saksikan di film-film, kartun-kartun, konser-konser rock dan klip-klip musik, merupakan hasil dari ideologi fasis-Darwinis. Cara pandang ini menganggap manusia sebagai sebuah spesies hewan, dan berpendapat bahwa satu-satunya hukum alam meliputi "pembunuhan, pertarungan, dan kehancuran". Semua yang ditampilkannya sebagai benar, cerdas, dan ilmiah sedang mendorong manusia di masa kini menuju aksi-aksi kekerasan dan tingkah laku yang agresif, kasar, biadab, dan haus darah, sebagaimana ia telah mendorong manusia kepada kebiadaban Nazi di Jerman tahun 1930-an.

Kita cukup mencermati media untuk mengetahui tempat fasisme di dalam kehidupan sehari-hari kita. Anggota keluarga yang saling menikam karena masalah-masalah remeh, penggemar fanatik yang berbaku hantam sampai mati setelah sebuah pertandingan sepak bola, anak-anak yang dengan culas membunuh ayah mereka untuk memperoleh harta warisan, psikopat yang menculik seorang bocah kecil dan menyiksanya sampai mati, hanya mengatakan bahwa mereka melakukannya "untuk bersenang-senang"…

Terdapat begitu banyak contoh seperti ini yang bagi kebanyakan orang mulai dipandang sebagai "normal" dan "tak terhindarkan". Pada kenyataan sebenarnya, mereka hanyalah produk akhir dari "mentalitas" yang tengah berkembang luas. Keseluruhan negara dicuci otak sejak usia dini, dibesarkan dengan ungkapan-ungkapan palsu seperti "Hidup adalah perjuangan, hanya yang kuat yang menang", atau "Kalahkan mereka, sebelum mereka mengalahkanmu", dan yang tanpa henti melihat pesan-pesan itu di dalam film-film yang mereka tonton, lagu-lagu yang mereka dengarkan, dan berita-berita yang lazim di media.

Para pelaku kejahatan yang dilaporkan dalam kisah-kisah ini biasanya datang dari kelas masyarakat yang tak terdidik. Kelas "elite" dalam masyarakat yang terpancing oleh mentalitas yang sama, juga melakukan kejahatan serupa, tetapi melakukannya dengan cara yang lebih tersembunyi, atau dengan gaya yang sesuai dengan jalur pekerjaan mereka, dan karenanya tak semudah itu dapat diidentifikasi.

Kecenderungan kepada kekerasan yang membuat gelisah di tengah masyarakat modern sudah umum diketahui, tetapi belum ada solusi yang ditemukan untuk mengatasinya. Salah satu halangan penting adalah fakta bahwa kekerasan ini dianggap "normal". Alasan kedua adalah karena kebanyakan orang tidak menyadari sumbernya yang sebenarnya. Mereka mengira masalah itu dapat diselesaikan dengan menggunakan langkah-langkah hukum dan keamanan. Namun mereka keliru. Tentu saja, langkah-langkah "teknis" semacam itu diperlukan, namun solusi yang sejati adalah dengan menemukan sumber dari kemerosotan di dalam masyarakat ini, dan mengobati penyakit ini secara ideologis.

Sumber dari kemerosotan ini, sebagaimana coba dijelaskan oleh buku ini, adalah Darwinisme. Ide-ide seperti "Hidup adalah perjuangan, hanya yang kuat yang menang", dan "Jika kamu tidak mengalahkan mereka, mereka akan mengalahkanmu" berakar pada Darwinisme, semua itu pada akhirnya bertanggung jawab atas peningkatan "fasisme dalam kehidupan sehari-hari" dewasa ini di seluruh penjuru dunia.

Sebagian orang mungkin keberatan dengan diagnosa ini, dan berkata, "kebanyakan orang yang melakukan tindak kekerasan belum pernah mendengar tentang Darwinisme". Dan ini benar, sebagian. Mereka yang melakukan berbagai aksi kekerasan ini memang mungkin belum pernah mendengar tentang Darwinisme. Tetapi mereka yang memerintah golongan masyarakat itu dan membentuk cara pandang mereka memang memperoleh inspirasi mereka dari Darwinisme. Kelompok ini kuat dan dominan di berbagai universitas, media, lembaga ilmiah, dalam seni dan literatur, dalam film dan televisi, dan dalam banyak bidang yang memengaruhi cara berpikir orang. Dan merekalah yang menyebarkan ide bahwa "Hidup adalah perjuangan, hanya yang kuat yang menang".

Komunitas ini, yang memandu masyarakat ke arahnya, meyakini Darwinisme secara membuta, dan memandang diri mereka bukanlah ciptaan dan abdi Tuhan dengan berbagai kewajiban kepada-Nya, tetapi sebagai hewan yang lebih maju, yang berevolusi dari kera, dengan tujuan satu-satunya adalah "konflik". Ideologi Darwinis ini secara teratur ditampilkan di koran-koran, majalah-majalah, dan di televisi.

Akan tetapi, orang-orang seperti itu, yakni komunitas yang memproduksi apa yang mereka sebut berita, kaum "elite" yang membantu menciptakan pandangan ini, jelas-jelas keliru. Bertentangan dengan klaim-klaim Darwinisme, manusia bukanlah hewan yang muncul secara kebetulan dan yang tujuan hidupnya satu-satunya adalah untuk bertarung. Manusia diciptakan oleh Tuhan, dan bertanggung jawab untuk hidup sesuai patokan moral yang telah diturunkan-Nya. Dan, sekali lagi bertentangan dengan propaganda Darwin, ilmu pengetahuan mengungkapkan kebenaran bahwa alam semesta diciptakan oleh Tuhan, atau kreasionisme, bukan Darwinisme.

Agar lepas dari budaya yang terpengaruh fasis dan mengingkari penciptaan oleh Tuhan, filsafat Darwinisme ini harus dibasmi, dan orang-orang dibebaskan dari tipudayanya. Satu hal yang penting adalah membungkam suara-suara yang berbisik kepada orang lain agar percaya: "Lakukan kekejaman, tumpahkan darah, bunuh, inilah nalurimu, kamu hanyalah seekor binatang, dan setelah kau mati hidupmu akan selesai". Ketika suara ini dibungkam, mereka yang telah terhipnotis akan melihat kebenaran dan memahami tujuan hidup mereka.

No comments:

Post a Comment