Saturday, September 21, 2013

Sejarah Tunisia menjelang Islam

SEJARAH TUNISIA MENJELANG ISLAM
Sejarah Tunisia dapat ditelusuri dari berdirinya Kerajaan Carthage (Kartago) sekitar tahun 814 SM. Pada abad ke-2 SM, Kerajaan Kartago mengalami kehancuran hingga mengakibatkan saling bergantinya kekuasaan asing di Tunisia.
Tunisia yang saat itu lebih dikenal dengan nama Afrika kemudian menjadi pusat Kerajaan Romawi di Selatan Mediterania. Kedaulatan¬nya meliputi sebagian wilayah kekuasaan Kerajaan Carthage. Antara 439-533 M, Tunisia dikuasai oleh pasukan Vandal, sebelum ditak¬lukkan kembali oleh Kerajaan Roman Byzantium (533-647 M).
Posisi kekuasaan Kerajaan Carthage (Numidia) dan Kerajaan Roma (Italy) sebelum Perang Punic II (218 SM). Setelah perang itu, Sardenia dan Sicilia dapat dikuasai kembali oleh Carthage. Sicilia berhasil direbut kembali oleh Roma setelah kemenangan mereka di perang Punic III (146 SM), yang mengawali kedaulatan Roma atas wilayah "Africa"
Pertengahan abad ke-7 Uqba bin Nafi r.a., seorang sahabat Rasulullah SAW, masuk Tunisia bersama pasukannya. Tahun 647 M pasukan Uqbah r.a. berhasil menaklukkan Sbeitla (Sufetula) yang menandai bermulanya era Arab-Islam di Tunisia. 13 tahun kemudian, yaitu pada tahun 670 M Uqbah r.a. berhasil menaklukkan kota Kairouan –sekitar 156 km selatan kota Tunis– dan kemudian menja¬di¬kannya sebagai ibu¬kota pemerintahan dan pusat penye¬baran Islam di wilayah Afrika Utara. Seiring perubahan politik masa itu, Kairouan juga menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Dinasti Uma¬wiyah. Pada 698 M, pasukan Islam di bawah pimpinan Hassan bin an-Nu’man dan Musa bin Nashr berhasil me¬naklukkan Carthage, hingga ke¬mudian Islam cepat berkembang di Tunisia. Bahkan pada tahun 711 M –masa keemasan Dinasti Umawiyah– agama Islam telah tersebar ke daratan Eropa dengan berhasil menaklukkan Andalusia (Spanyol dan kawasan Iberia di sekitarnya).
SEJARAH NEGARA ARAB
Masyarakat Arabia terbagi menjadi dua kelompok yaitu penduduk kota dan penduduk gurun atau Badui. Penduduk kota bertempat tinggal menetap, mereka telah mengenal cara mengelola tanah pertanian, tata cara perdagangan, bahkan hubungan perdagangan mereka sampai ke wilayah luar negeri.
Dibandingkan dengan kelompok Badui, penduduk perkotaan lebih berbudi dan berperadaban. Kelompok masyarakat Badui berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mereka biasanya beristirahat di suatu tempat dengan mendirikan kemah atau tenda. Mengendarai unta, menggembalakan domba dan keledai, berburu dan menyerbu musuh, menurut adat mereka merupakan pekerjaan yang pantas untuk laki-laki.
Masyarakat Badui memiliki rasa kesetiaan yang besar terhadap sesama warga suku. Patriotisme Badui tidak didasari rasa kebangsaan ataupun semangat kedaerahan, melainkan dilandasi oleh fanatisme kesukuan. Sebuah suku harus mampu melindungi warganya dan warga harus setia terhadap sukunya. Fanatisme kesukuan merupakan faktor penyebab terjadinya peperangan yang berkepanjangan antar mereka sebelum Islam datang.
Kondisi kehidupan Arabia menjelang kelahiran Islam secara umum dikenal sebagai "zaman jahiliah" atau zaman kebodohan. Dinamakan demikian disebabkan kondisi sosial, politik dan keagamaan di sana. Dalam waktu yang cukup lama, masyarakat Arabia tidak memiliki seorang Nabi, kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar yang membimbing mereka. Maka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Pada saat itu, tingkat keberagamaan mereka tidak jauh dengan masyarakat primitif.
Mayoritas masyarakat Arab adalah penyembah berhala kecuali sebagian kecil penganut agama Yahudi dan Nasrani. Mereka tidak mempercayai Tuhan yang Maha Esa dan adanya hari pembalasan. Mereka mempunyai berhala yang banyak. Tidak kurang 360 berhala ditata di sekeliling Ka'bah. Meskipun belum terdapat sistem pendidikan, masyarakat Arabia pada saat itu
tidak mengabaikan kemajuan kebudayaan. Mereka sangat terkenal kemahirannya dalam bidang sastra yaitu bahasa dan syair. Bahasa mereka sangat kaya sebanding dengan bahasa Eropa sekarang ini. Keistimewaan bangsa Arabia di bidang bahasa merupakan kontribusi mereka yang cukup penting terhadap perkembangan dan penyebaran agama Islam.
Semenjak zaman jahiliah, sesungguhnya masyarakat Arab memiliki berbagai sifat pemberani, ketahanan fisik yang prima, daya ingatan yang kuat, kesadaran akan harga diri dan martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpinnya, pola hidup sederhana, ramah-tamah dan mahir dalam bersyair.
Namun sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut seakan tidak ada artinya karena suatu kondisi yang menyelimuti kehidupan mereka, yakni ketidakadilan, kejahatan dan keyakinan terhadap tahayul.
Wanita menempati kedudukan yang terendah sepanjang sejarah umat manusia. Mereka sama sekali tidak mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki hak apapun. Mereka juga tidak memiliki hak warisan terhadap harta kekayaan almarhum ayah dan suaminya atau kerabatnya. Demikianlah sangat rendah dan hina kedudukan wanita sebelum Nabi Muhammad saw lahir.
SEJARAH MESIR SEBELUM ISLAM
Mesir jaman pra Islam adalah wilayah yg paling berharga dlm Kerajaan timur Romawi. Mesir adalah keranjang roti Roma nomor dua setelah Konstantinopel. Tanahnya subur dan sumber ekspor gandum, jagung, anggur, minyak, tekstil, gelas, kosmetik dan obat2an. Pada saat invasi Arab, jumlah penduduk Koptik diperkirakan sekitar 9 juta.
Kebanyakan dari kita menyamakan orang Mesir dgn Arab. Mohammed Atta, pemimpin serangan 9/11 adalah orang Mesir yg memimpin sekelompok teroris Arab. Dmeikian pula dgn Yasser Arafat yg lahir di Kairo, yg membohongi dunia dgn pengakuannya sbg orang Palestinia. Bandit2 ini dan jutaan orang Mesir sekarang menganggap diri sbg orang Arab. Mereka tidak sadar bahwa mereka adalah hasil Arabisasi akibat invasi Arab pada abad ke 7 yg menghancurkan Bizantin yg menguasai Mesir. Orang mesir adalah keturunan Firaun yg mendirikan peradaban klasik Mesir disepabjang lembah Nil dan membangun kota2 cantik spt Luxor, Memphis, Karnak dan Thebes. Firaum spt Ramses, Nefertiti mendirikan pyramid megah yg menyimpan misteri alam semesta yg dibangun sesuai dgn konstelasi bintang.
Agama orang Mesir kuno didasarkan kpd animisme, sbg mana juga orang Yunani-Romawi, Hindus, Mesoamerican dsb. Mulai abad ke 6SM sampai abad 4M, Mesir dikuasai raja Persia dari dinasti Achemenia, Hakkamanishiya. Orang Persia adalah Zoroastrian, tetapi mereka tidak mencampuri urusan keagamaan orang Mesir.
Pada abad ke 4, Persia dijatuhkan oleh Panglima Yunani, Alexander, yg kemudian mendirikan kota Alexandria di Delta Nil, sbg pelabuhan masuk bagi orang Yunani yg berlayar lewat Laut Mediteran. Bahkan kekuasaan raja Yunani dibawah Ptolemys dlm 3 abad berikutnya tidak mengusik agama orang Mesir. Rakyat Mesir tetap dibiarkan memuja dewa2 mereka, dewa matahari, Ra atau Amon Ra, Horus, dewa langit yg memiliki kepala spt burung gagak dan bertubuh manusia, dsb. Pada thn 1 Masehi, Mesir menjadi bagian dari kerajaan Romawi dibawah Julius Caesar setelah bunuh dirinya ratu Cleopatra. Namun orang Romawipun tidak mempedulikan kepercayaan penduduk asli. Jadi setelah berbagai invasi oleh Persia, Yunani, Romawi, agama Mesir tetap bertahan sbg agama unik dan orijinal. Hanya setelah kaisar Romawi, Konstantin memeluk agama Kristen pada abad ke 4, rakyat Mesir mulai memeluk Kristen. Saat Muslim Arab menginvasi Mesirf, penduduk asli Mesir seluruhnya Kristen, walau bekas2 agama lama masih sangat kuat dan mempengaruhi ritual Kristen.
Orang Mesir menganggap diri bangsa Hamitik, berbeda dgn orang Arab yg termasuk bangsa Semitik. Bangsa Hamitik terdiri dari bangsa Mesir, Nubia (Sudan), Abyssinia (Ethiopia), Somali dan Masai (Kenya dan Tanzania). Kebudayaan kuno Mesir oleh karena itu juga TIDAK disebut sbg peradaban Arab dan para firaun juga tidak dianggap sbg raja2 Arab.
Sifat Arab hanya nampak setelah invasi Arab th 639-641M. Arab-lah yg memberi nama ‘Koptik’ pada penduduk asli Mesir. Copt adalah kata Inggris yg berasal dari kata Arab ‘Gibt’ atau ‘Gypt’ dari kata Yunani ‘Egyptos’ atau Egypt. Kata Yunani ‘Egyptos’ berasal dari kata Mesir kuno ‘Ha-Ka-Ptah’ atau kuil dewa Ptah, salah satu dewa utama Mesir. Kata Copt atau Coptic berarti Egyptian/orang Mesir, namun sekarang, penduduk muslimn Mesir memanggil diri Arab dan kata Copt atau Coptic merujuk pada penduduk Kristen Mesir.

No comments:

Post a Comment