Sunday, October 9, 2011

Hulagu Khan dan Kejatuhan Empayar Abbasiyah

Apa yang akan kuceritakan ini terjadi beberapa tahun yang lalu, sewaktu aku masih
kuliah sebagai mahasiswa teknik di Bandung tahun 90-an. Kejadiannya sendiri akan
kuceritakan apa adanya, tetapi nama-nama dan lokasi aku ubah untuk menghormati
privasi mereka yang terlibat.

Menginjak tahun kedua kuliah, aku bermaksud pindah tempat kos yang lebih baik. Ini
biasa, mahasiswa tahun pertama pasti dapat tempat kos yang asal-asalan. Baru tahun
berikutnya mereka bisa mendapat tempat kos yang lebih sesuai selera dan kebutuhan.
Setelah "hunting" yang cukup melelahkan akhirnya aku mendapatkan tempat kos yang
cukup nyaman di daerah Dago Utara. Untuk ukuran Bandung sekalipun, daerah ini
termasuk sangat dingin apalagi di waktu malam. Kamar kosku berupa paviliun yang
terpisah dari rumah utama. Ada dua kamar, yang bagian depan diisi oleh Sahat,
mahasiswa kedokteran yang kutu buku dan rada cuek. Aku sendiri dapat yang bagian
belakang, dekat dengan rumah utama.

Bapak kosku, Om Rahmat adalah seorang dosen senior di beberapa perguruan tinggi.
Istrinya, Tante Nita, wanita yang cukup menarik meskipun tidak terlalu cantik. Tingginya
sekitar 163 cm dengan perawakan yang sedang, tidak kurus dan tidak gemuk. Untuk
ukuran seorang wanita dengan 2 anak, tubuh Tante Nita cukup terawat dengan baik dan
tampak awet muda meski sudah berusia di atas 40 tahun. Maklumlah, Tante Nita rajin
ikut kelas aerobik. Kedua anak mereka kuliah di luar negeri dan hanya pulang pada akhir
tahun ajaran.

Karena kesibukannya sebagai dosen di beberapa perguruan tinggi, Om Rahmat agak
jarang di rumah. Tapi Tante Nita cukup ramah dan sering mengajak kami ngobrol pada
saat-saat luang sehingga aku pribadi merasa betah tinggal di rumahnya. Mungkin karena
Sahat agak cuek dan selalu sibuk dengan kuliahnya, Tante Nita akhirnya lebih akrab
denganku. Aku sendiri sampai saat itu belum pernah berpikir untuk lebih jauh dari
sekedar teman ngobrol dan curhat. Tapi rupanya tidak demikian dengan Tante Nita....

"Doni, kamu masih ada kuliah hari ini?", tanya Tante Nita suatu hari.
"Enggak tante..."
"Kalau begitu bisa anterin tante ke aerobik?"
"Oh, bisa tante..."

Tante Nita tampak seksi dengan pakaian aerobiknya, lekuk-lekuk tubuhnya terlihat
dengan jelas. Kamipun meluncur menuju tempat aerobik dengan menggunakan mobil
Kijang Putih milik Tante Nita. Di sepanjang jalan Tante Nita banyak mengeluh tentang
Om Rahmat yang semakin jarang di rumah.

"Om Rahmat itu egois dan gila kerja, padahal gajinya sudah lebih dari cukup tapi terus
saja menerima ditawari jadi dosen tamu dimana-mana..."
"Yach, sabar aja tante.. itu semua khan demi tante dan anak-anak juga," kataku mencoba
menghibur.
"Ah..Doni, kalau orang sudah berumah tangga, kebutuhan itu bukan cuma materi, tapi
juga yang lain. Dan itu yang sangat kurang tante dapatkan dari Om."

Tiba-tiba tangan Tante Nita menyentuh paha kiriku dengan lembut,
"Biarpun begini, tante juga seorang wanita yang butuh belaian seorang laki-laki... tante
masih butuh itu dan sayangnya Om kurang peduli."

Aku menoleh sejenak dan kulihat Tante Nita menatapku dengan tersenyum. Tante Nita
terus mengelus-elus pahaku di sepanjang perjalanan. Aku tidak berani bereaksi apa-apa
kecuali, takut membuat Tante Nita tersinggung atau disangka kurang ajar.

Keluar dari kelas aerobik sekitar jam 4 sore, Tante Nita tampak segar dan bersemangat.
Tubuhnya yang lembab karena keringat membuatnya tampak lebih seksi.

"Don, waktu latihan tadi tadi punggung tante agak terkilir... kamu bisa tolong pijitin tante
khan?" katanya sambil menutup pintu mobil.
"Iya... sedikit-sedikit bisa tante," kataku sambil mengangguk. Aku mulai merasa Tante
Nita menginginkan yang lebih jauh dari sekadar teman ngobrol dan curhat. Terus terang
ini suatu pengalaman baru bagiku dan aku tidak tahu bagaimana harus menyikapinya.
Sepanjang jalan pulang kami tidak banyak bicara, kami sibuk dengan pikiran dan
khayalan masing-masing tentang apa yang mungkin terjadi nanti.

Setelah sampai di rumah, Tante Nita langsung mengajakku ke kamarnya. Dikuncinya
pintu kamar dan kemudian Tante Nita langsung mandi. Entah sengaja atau tidak, pintu
kamar mandinya dibiarkan sedikit terbuka. Jelas Tante Nita sudah memberiku lampu
kuning untuk melakukan apapun yang diinginkan seorang laki-laki pada wanita. Tetapi
aku masih tidak tahu harus berbuat apa, aku hanya terduduk diam di kursi meja rias.

"Doni sayang... tolong ambilkan handuk dong..." nada suara Tante Nita mulai manja.

Lalu kuambil handuk dari gantungan dan tanganku kusodorkan melalui pintu sambil
berusaha untuk tidak melihat Tante Nita secara langsung. Sebenarnya ini tindakan bodoh,
toh Tante Nita sendiri sudah memberi tanda lalu kenapa aku masih malu-malu? Aku
betul-betul salah tingkah. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita keluar dari kamar
mandi dengan tubuh dililit handuk dari dada sampai paha. Baru kali ini aku melihat Tante
Nita dalam keadaan seperti ini, aku mulai terangsang dan sedikit bengong. Tante Nita
hanya tersenyum melihat tingkah lakuku yang serba kikuk melihat keadaannya.

"Nah, sekarang kamu pijitin tante ya... ini pakai body-lotion..." katanya sambil berbaring
tengkurap di tempat tidur. Dibukanya lilitan handuknya sehingga hanya tertinggal BH
dan CD-nya saja. Aku mulai menuangkan body-lotion ke punggung Tante Nita dan mulai
memijit daerah punggungnya.

"Tante, bagian mana yang sakit..." tanyaku berlagak polos.
"Semuanya sayang... semuanya... dari atas sampai ke bawah. Bagian depan juga sakit
lho...nanti Doni pijit ya..." kata Tante Nita sambil tersenyum nakal.

Aku terus memijit punggung Tante Nita, sementara itu aku merasakan penisku mulai
membesar. Aku berpikir sekarang saatnya menanggapi ajakan Tante Nita dengan aktif.
Seumur hidupku baru kali inilah aku berkesempatan menyetubuhi seorang wanita.
Meskipun demikian dari film-film BF yang pernah kutonton sedikit banyak aku tahu apa
yang harus kuperbuat... dan yang paling penting ikuti saja naluri...

"Tante sayang..., tali BH-nya boleh kubuka?" kataku sambil mengelus pundaknya. Tante
Nita menatapku sambil tersenyum dan mengangguk. Aku tahu betul Tante Nita sama
sekali tidak sakit ataupun cedera, acara pijat ini cuma sarana untuk mengajakku bercinta.
Setelah tali BH-nya kubuka perlahan-lahan kuarahkan kedua tanganku ke-arah
payudaranya. Dengan hati-hati kuremas-remas payudaranya... ahh lembut dan empuk.
Tante Nita bereaksi, ia mulai terangsang dan pandangan matanya menatapku dengan
sayu. Kualihkan tanganku ke bagian bawah, kuselipkan kedua tanganku ke dalam celana
dalamnya sambil pelan-pelan kuremas kedua pantatnya selama beberapa saat. Tante Nita
dengan pasrah membiarkan aku mengeksplorasi tubuhnya. Kini tanganku mulai berani
menjelajahi juga bagian depannya sambil mengusap-usap daerah sekitar vaginanya
dengan lembut. Jantungku brdebar kencang, inilah pertamakalinya aku menyentuh vagina
wanita dewasa... Perlahan tapi pasti kupelorotkan celana dalam Tante Nita.

Sekarang tubuh Tante Nita tertelungkup di tempat tidur tanpa selembar benangpun...
sungguh suatu pemandangan yang indah. Aku kagum sekaligus terangsang. Ingin rasanya
segera menancapkan batang kemaluanku ke dalam lubang kewanitaannya. Aku
memejamkan mata dan mencoba bernafas perlahan untuk mengontrol emosiku.

Seranganku berlanjut, kuselipkan tanganku diantara kedua pahanya dan kurasakan
rambut kemaluannya yang cukup lebat. Jari tengahku mulai menjelajahi celah sempit dan
basah yang ada di sana. Hangat sekali raanya. Kurasakan nafas Tante Nita mulai berat,
tampaknya dia makin terangsang oleh perbuatanku.

"Mmhh... Doni... kamu nakal ya..." katanya.
"Tapi tante suka khan...?"
"Mmhh.. terusin Don... terusin... tante suka sekali."

Jariku terus bergerilya di belahan vaginanya yang terasa lembut seperti sutra, dan
akhirnya ujung jariku mulai menyentuh daging yang berbentuk bulat seperti kacang tapi
kenyal seperti moci Cianjur. Itu klitoris Tante Nita. Dengan gerakan memutar yang
lembut kupermainkan klitorisnya dengan jariku dan diapun mulai menggelinjang
keenakan. Kurasakan tubuhnya sedikit bergetar tidak teratur. Sementara itu aku juga
sudah semakin terangsang, dengan agak terburu-buru pakaiankupun kubuka satu-persatu
hingga tidak ada selembar benangpun menutup tubuhku, sama seperti Tante Nita.

Kukecup leher Tante Nita dan dengan perlahan kubalikkan tubuhnya. Sesaat kupandangi
keindahan tubuhnya yang seksi. Payudaranya cukup berisi dan tampak kencang dengan
putingnya yang berwarna kecoklatan memberi pesona keindahan tersendiri. Tubuhnya
putih mulus dan nyaris tanpa lemak, sungguh-sungguh Tante Nita pandai merawat
tubuhnya. Diantara kedua pahanya tampak bulu-bulu kemaluan yang agak basah, entah
karena baru mandi atau karena cairan lain. Sementara itu belahan vaginanya samar-samar
tampak di balik bulu-bulu tersebut. Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin suaminya
bisa sering meninggalkannya dan mengabaikan keindahan seperti ini.

"Tante seksi sekali..." kataku terus terang memujinya. Kelihatan wajahnya langsung
memerah.
"Ah.. bisa aja kamu merayu tante... kamu juga seksi lho Don... lihat tuh burungmu sudah
siap tempur... ayo jangan bengong gitu... terusin pijat seluruh badan tante....," kata Tante
Nita sambil tersenyum memperhatikan penisku yang sudah mengeras dan mendongak ke
atas.

Aku mulai menjilati payudara Tante Nita sementara itu tangan kananku perlahan-lahan
mempermainkan vagina dan klitorisnya. Kujilati kedua bukit payudaranya dan sesekali
kuhisap serta kuemut putingnya dengan lembut sambil kupermainkan dengan lidahku.
Tante Nita tampak sangat menikmati permainan ini sementara tangannya meraba dan
mempermainkan penisku.

Aku ingin sekali menjilati kewanitaan Tante Nita seperti dalam adegan film BF yag
pernah kutonton. Perlahan-lahan aku mengubah posisiku, sekarang aku berlutut di atas
tempat tidur diantara kedua kaki Tante Nita. Dengan perlahan kubuka pahanya dan
kulihat belahan vaginanya tampak merah dan basah. Dengan kedua ibu jariku kubuka
bibir vaginanya dan terlihatlah liang kewanitaan Tante Nita yang sudah menanti untuk
dipuaskan, sementara itu klitorisnya tampak menyembul indah di bagian atas vaginanya.
Tanpa menunggu komando aku langsung mengarahkan mulutku ke arah vagina Tante
Nita. Kujilati bibir vaginanya dan kemudian kumasukkan lidahku ke liang vaginanya
yang terasa lembut dan basah. "Mmhhh.. aahhh" desahan nikmat keluar dari mulut Tante
Nita saat lidahku menjilati klitorisnya. Sesekali klitorisnya kuemut dengan kedua bibirku
sambil kupermainkan dengan lidah. Aroma khas vagina wanita dan kehangatannya
membuatku makin bersemangat, sementara itu Tante Nita terus mendesah-desah
keenakan. Sesekali jari tanganku ikut membantu masuk ke dalam lubang vaginanya.

"Aduuh.. Donii... enak sekali sayang... iya sayang... yang itu enak.. emmhh .. terus
sayang... pelan-pelan sayang... iya... gitu sayang... terus.. aduuh.. aahh... mmhh.." katanya
mencoba membimbingku sambil kedua tangannya terus menekan kepalaku ke
selangkangannya. Tidak berapa lama kemudian pinggul Tante Nita mulai berkedut-kedut,
gerakannya terasa makin bertenaga, lalu pinggulnya maju-mundur dan berputar-putar tak
terkendali. Sementara itu kedua tangannya semakin keras mencengkeram rambutku.

"Doni.. Tante mau keluaar... aah.. uuh..aahh...oooh.... adduuh... sayaaang... Doniiii....
terus jilat itu Don... teruus... aduuuh... aduuuh...tante keluaaar..." bersamaan dengan itu
kepalaku dijepit oleh kedua pahanya sementara lidah dan bibirku terus terbenam
menikmati kehangatan klitoris dan vaginanya yang tiba-tiba dibanjiri oleh cairan
orgasmenya. Beberapa saat tubuh Tante Nita meregang dalam kenikmatan dan akhirnya
terkulai lemas sambil matanya terpejam. Tampak bibir vaginanya yang merah merekah
berdenyut-denyut dan basah penuh cairan.

"Doni.. enak banget.... sudah lama tante nggak ngerasain yang seperti ini..." katanya
perlahan sambil membuka mata. Aku langsung merebahkan diri di samping Tante Nita,
kubelai rambut Tante Nita lalu bibir kami beradu dalam percumbuan yang penuh nafsu.
Kedua lidah kami saling melilit, perlahan-lahan tanganku meraba dan mempermainkan
pentil dan payudaranya. Tidak berapa lama kemudian tampaknya Tante Nita sudah mulai
naik lagi. Nafasnya mulai memburu dan tangannya meraba-raba penisku dan meremas-
remas kedua buah bola pingpongku.

"Doni sayang... sekarang gantian tante yang bikin kamu puas ya..." katanya sambil
mengarahkan kepalanya ke arah selangkanganku. Tidak berapa lama kemudian Tante
Nita mulai menjilati penisku, mulai dari arah pangkal kemudian perlahan-lahan sampai
ke ujung. Dipermainkannya kepala penisku dengan lidahnya. Wow.. nikmat sekali
rasanya... tanpa sadar aku mulai melenguh-lenguh keenakan. Kemudian seluruh penisku
dimasukkan ke dalam mulutnya. Tante Nita mengemut dan sekaligus mempermainkan
batang kemaluanku dengan lidahnya. Kadang dihisapnya penisku kuat-kuat sehingga
tampak pipinya cekung. Kurasakan permainan oral Tante Nita sungguh luar biasa,
sementara dia mengulum penisku dengan penuh nafsu seluruh tubuhku mulai bergetar
menahan nikmat. Aku merasakan penisku mengeras dan membesar lebih dari biasanya,
aku ingin mengeluarkan seluruh isinya ke dalam vagina Tante Nita. Aku sangat ingin
merasakan nikmatnya vagina seorang wanita untuk pertama kali....

"Tante... Doni pengen masukin ke punya tante... " kataku sambil mencoba melepaskan
penisku dari mulutnya. Tante Nita mengangguk setuju, lalu ia membiarkan penisku
keluar dari mulutnya. "Terserah Doni sayang... keluarin aja semua isinya ke dalam veggie
tante... tante juga udah pengen banget ngerasain punya kamu di dalam sini...."

Perlahan kurebahkan Tante Nita disebelahku, Tante Nita langsung membuka kedua
pahanya mempersilahkan penisku masuk. Samar-samar kulihat belahan vaginanya yang
merah. Dengan perlahan kubuka belahan vaginanya dan tampaklah lubang vagina Tante
Nita yang begitu indah dan menggugah birahi dan membuat jantungku berdetak keras.
Aku takut kehilangan kontrol melihat pemandangan yang baru pertama kali aku alami,
aku berusaha keras mengatur nafasku supaya tidak terlarut dalam nafsu.... Perlahan-lahan
kupermainkan klitorisnya dengan jempol sementara jari tengahku masuk ke lubang
vaginanya. Tidak berapa lama kemudian Tante Nita mulai menggerak-gerakkan
pinggulnya, "Doni sayang.. masukin punyamu sekarang, tante udah siap..."

Kuarahkan penisku yang sudah mengeras ke lubang vaginanya, aku sudah begitu
bernafsu ingin segera menghujamkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita yang
hangat. Tapi mungkin karena ini pengalaman pertamaku aku agak kesulitan untuk
memasukkan penisku. Rupanya Tante Nita menyadari kesulitanku. Dia memandangku
dengan tersenyum.....

"Ini pengalaman pertama ya Don...."
"Iya tante...." jawabku malu-malu.
"Tenang aja... nggak usah buru-buru... tante bantu..." katanya sambil memegang penisku.
Diarahkannya kepala penisku ke dalam lubang vaginanya sambil tangan yang lain
membuka bibir vaginanya, lalu dengan sedikit dorongan ke depan...masuklah kepala
penisku ke dalam vaginanya. Rasanya hangat dan basah.... sensasinya sungguh luar biasa.

Akhirnya perlahan tapi pasti kubenamkan seluruh penisku ke dalam vagina Tante Nita,
aah.. nikmatnya. "Aaahh...Donii.. eemh..." Tante Nita berbisik perlahan, dia juga
merasakan kenikmatan yang sama. Sekalipun sudah diatas 40 tahun vagina Tante Nita
masih terasa sempit, dinding-dindingnya terasa kuat mencengkeram penisku. Aku
merasakan vaginanya seperti meremas penisku dengan gerakan yang berirama. Luar
biasa nikmat rasanya.... Perlahan kugerakkan pinggulku turun naik, Tante Nita juga tidak
mau kalah, pinggulnya bergerak turun naik mengimbangi gerakanku. Tangannya
mencengkeram erat punggungku dan tanganku membelai rambutnya sambil meremas-
remas payudaranya yang empuk. Sementara itu bibir kami berpagutan dengan liar....

Baru beberapa menit saja aku sudah mulai merasa seluruh tubuhku bergetar dijalari
sensasi nikmat yang luar biasa... maklumlah ini pengalaman pertamaku... kelihatannya
tidak lama lagi aku akan mencapai puncak orgasme.

"Tante...Doni sudah hampir keluar.... aaah...uuh..." kataku berusaha keras menahan diri.
"Terusin aja Don... kita barengan yaa.... tante juga udah mau keluar... aahh... Doni...
tusuk yang kuat Don... tusuk sampai ujung sayang... mmhh...."

Kata-kata Tante Nita membuatku makin bernafsu dan aku menghujamkan penisku
berkali-kali dengan kuat dan cepat ke dalam vaginanya.

"Aduuh...Doni udah nggak tahan lagi..." aku benar-benar sudah tidak dapat
mengendalikan diri lagi, pantatku bergerak turun naik makin cepat dan penisku terasa
membesar dan berdenyut-denyut bersiap mencapai puncak di dalam vagina Tante Nita.
Sementara itu Tante Nita juga hampir mencapai orgasmenya yang kedua.

"Ayoo Don... tante juga mau...ahhhh...ahhh kamu ganas sekali....... aaaahhh.... Doniii....
sekarang Don.... keluarin sekarang Don... tante udah nggak tahan...mmmhhh".
Tante Nita juga mulai kehilangan kontrol, kedua kakinya dijepitkan melingkari pinggulku
dan tangannya mencengkeram keras punggungku.

Dan kemudian aku melancarkan sebuah tusukan akhir yang maha dahsyat...

"Tante...aaaa...aaaagh....Doni keluaaaar.....aagh.." aku mendesah sambil memuncratkan
seluruh spermaku ke dalam liang kenikmatan Tante Nita. Bersamaan dengan itu Tante
Nitapun mengalami puncak orgasmenya,
"Doniii.... aduuuh......tante jugaa....aaaah... I'm cumming honey... aaaahh.....aah...."

Kami berpelukan lama sekali sementara penisku masih tertanam dengan kuat di dalam
vagina Tante Nita. Ini sungguh pengalaman pertamaku yang luar biasa.... aku betul-betul
ingin meresapi sisa-sisa kenikmatan persetubuhan yang indah ini. Akhirnya aku mulai
merasakan kelelahan yang luar biasa, seluruh persendianku terasa lepas dari tempatnya.
Kulepaskan pelukanku dan perlahan-lahan kutarik penisku yang mulai sedikit melemah
karena kehabisan energi. Lalu aku terbaring lemas di sebelah Tante Nita yang juga
tergolek lemas dengan mata masih terpejam dan bibir bawahnya sedikit digigit. Kulihat
dari celah vaginanya cairan spermaku meleleh melewati sela-sela pahanya. Rupanya
cukup banyak juga spermaku muntah di dalam Tante Nita.

Tak lama kemudian Tante Nita membuka matanya dan tersenyum padaku,
"Gimana sayang...enak?" katanya sambil menyeka sisa spermaku dengan handuk. Aku
hanya mengangguk sambil mengecup bibirnya.

"Tante nggak nyangka kalau kamu ternyata baru pertama kali "making-love". Soalnya
waktu "fore-play" tadi nggak kelihatan, baru waktu mau masukin penis tante tahu kalau
kamu belum pengalaman. By the way, Tante senang sekali bisa dapat perjaka ting-ting
seperti kamu. Tante betul-betul menikmati permainan ini. Kapan-kapan kalau ada
kesempatan kita main lagi mau Don...?"

Aku hanya diam tersenyum, betapa tololnya kalau aku jawab tidak. Tante Nita
membaringkan kepalanya di dadaku, kami terdiam menikmati perasaan kami masing-
masing selama beberapa saat. Tapi tidak sampai 5 menit, energiku mulai kembali. Tubuh
wanita matang yang bugil dan tergolek dipelukanku membuat aku kembali terangsang,
perlahan-lahan penisku mulai membesar. Tangan kananku kembali meraba payudara
Tante Nita dan membelainya perlahan. Dia memandangku dan tersenyum, tangannya
meraih penisku yang sudah kembali membesar sempurna dan digenggamnya erat-erat.

"Sudah siap lagi sayang...? Sekarang tante mau di atas ya...?" katanya sambil
mengangkangi aku. Dibimbingnya penisku ke arah lubang vaginanya yang masih basah
oleh spermaku. Kali ini dengan lancar penisku langsung meluncur masuk ke dalam
vagina Tante Nita yang sudah sangat basah dan licin. Kini Tante Nita duduk diatas
badanku dengan penisku terbenam dalam-dalam di vaginanya. Tangannya
mencengkeram lenganku dan kepalanya menengadah ke atas dengan mata terpejam
menahan nikmat.
"Aahh...Doni... penismu sampai ke ujung... uuh.... mmhh... aahhh" katanya mendesah-
desah. Gerakan Tante Nita perlahan tapi penuh energi, setiap dorongannya selalu
dilakukan dengan penuh energi sehingga membuat penisku terasa masuk begitu dalam di
liang vaginanya. Pantat Tante Nita terus bergerak naik turun dan berputar-putar, kadang-
kadang diangkatnya cukup tinggi sehingga penisku hampir terlepas lalu dibenamkan lagi
dengan kuat. Sementara itu aku menikmati goyangan payudaranya yang terombang-
ambing naik-turun mengikuti irama gerakan binal Tante Nita. Kuremas-remas
payudaranya dan kupermainkan pentilnya sehingga membuat Tante Nita makin
bergairah. Gerakan Tante Nita makin lama makin kuat dan dia betul-betul melupakan
statusnya sebagai seorang istri dosen yang terhormat. Saat itu dia menampilkan dirinya
yang sesungguhnya dan apa adanya... seorang wanita yang sedang dalam puncak birahi
dan haus akan kenikmatan. Akhirnya gerakan kami mulai makin liar dan tak terkontrol...

"Doni... tante sudah mau keluar lagi.... aaah... mmmhh.. uuuughhh..."
"Ayoo tante... Doni juga udah nggak tahan..."

Akhirnya dengan sebuah sentakan yang kuat Tante Nita menekan seluruh berat badannya
ke bawah dan penisku tertancap jauh ke dalam liang vaginanya sambil memuncratkan
seluruh muatan... Tangan Tante Nita mencengkeram keras dadaku, badannya
melengkung kaku dan mulutnya terbuka dengan gigi yang terkatup rapat serta matanya
terpejam menahan nikmat. Setelah beberapa saat akhirnya Tante Nita merebahkan
tubuhnya di atasku, kami berdua terkulai lemas kelelahan. Malam itu untuk pertama
kalinya aku tidur di dalam kamar Tante Nita karena dia tidak mengijinkan aku kembali ke
kamar. Kami tidur berdekapan tanpa sehelai busanapun. Pagi harinya kami kembali
melakukan persetubuhan dengan liar... Tante Nita seolah-olah ingin memuaskan seluruh
kerinduannya akan kenikmatan yang jarang didapat dari suaminya.

Semenjak saat itu kami sering sekali melakukannya dalam berbagai kesempatan. Kadang
di kamarku, kadang di kamar Tante Nita, atau sesekali kami ganti suasana dengan
menyewa kamar hotel di daerah Lembang untuk kencan short-time. Kalau aku sedang
"horny" dan ada kesempatan, aku mendatangi Tante Nita dan mengelus pantatnya atau
mencium lehernya. Kalau OK Tante Nita pasti langsung menggandeng tanganku dan
mengajakku masuk ke kamar. Sebaliknya kalau Tante Nita yang "horny", dia tidak
sungkan-sungkan datang ke kamarku dan langsung menciumi aku untuk mengajakku
bercinta.

Semenjak berhasil merenggut keperjakaanku Tante Nita tidak lagi cemberut dan uring-
uringan kalau Om Rahmat pergi tugas mengajar ke luar kota. Malah kelihatannya Tante
Nita justru mengharapkan Om Rahmat sering-sering tugas di luar kota karena dengan
demikian dia bisa bebas bersamaku. Dan akupun juga semakin betah tinggal di rumah
Tante Nita.

Pernah suatu malam setelah Om Rahmat berangkat keluar kota, Tante Nita masuk ke
kamarku dengan mengenakan daster. Dipeluknya aku dari belakang dan tangannya
langsung menggerayangi selangkanganku. Aku menyambut dengan mencumbu bibirnya
dan membaringkannya di tempat tidur. Saat kuraba payudaranya ternyata Tante Nita
sudah tidak memakai BH, dan ketika kuangkat dasternya ternyata dia juga tidak memakai
celana dalam lagi. Bibir vaginanya tampak merah dan bulu-bulunya basah oleh lendir.
Samar-samar kulihat sisa-sisa lelehan sperma dengan baunya yang khas masih tampak
disana, rupanya Tante Nita baru saja bertempur dengan suaminya dan Tante Nita belum
merasa puas. Langsung saja kubuka celanaku dan penis yang sudah mengeras langsung
menyembul menantang minta dimasukkan ke dalam liang kenikmatan. Tante Nita
menanggapi tantangan penisku dengan mengangkangkan kakinya. Ia langsung membuka
bibir vaginanya dengan kedua tangannya sehingga tampaklah belahan lubang vaginanya
yang merekah merah.
"Masukin punyamu sekarang ke lubang tante sayang....." katanya dengan nafas yang
berat dan mata sayu.

Karena aku rasa Tante Nita sudah sangat "horny", tanpa banyak basa-basi dan "foreplay"
lagi aku langsung menancapkan batang penisku ke dalam vagina Tante Nita dan kami
bergumul dengan liar selama hampir 5 jam! Kami bersetubuh dengan berbagai macam
gaya, aku diatas, Tante Nita diatas, doggy-style, gaya 69, kadang sambil berdiri dengan
satu kaki di atas tempat tidur, lalu duduk berhadapan di pinggir ranjang, atau berganti
posisi dengan Tante Nita membelakangi aku, sesekali kami melakukan di atas meja
belajarku dengan kedua kaki Tante Nita diangkat dan dibuka lebar-lebar, dan masih
banyak lagi. Aku tidak ingat apa masih ada gaya persetubuhan yang belum kami lakukan
malam itu. Dinginnya hawa Dago Utara di waktu malam tidak lagi kami rasakan, yang
ada hanya kehangatan yang menggetarkan dua insan dan membuat kami basah oleh
keringat yang mengucur deras. Begitu liarnya persetubuhan kami sampai-sampai aku
mengalami empat kali orgasme yang begitu menguras energi dan Tante Nita entah berapa
kali. Yang jelas setelah selesai, Tante Nita hampir tidak bisa bangun dari tempat tidurku
karena kakinya lemas dan gemetaran sementara vaginanya begitu basah oleh lendir dan
sangat merah. Seingatku itulah malam paling liar diantara malam-malam liar lain yang
pernah kulalui bersama Tante Nita.

Petualanganku dengan Tante Nita berjalan cukup lama, 2 tahun, sampai akhirnya kami
merasa Om Rahmat mulai curiga dengan perselingkuhan kami. Sebagai jalan terbaik aku
memutuskan untuk pindah kos sebelum keadaan menjadi buruk. Tetapi meskipun
demikian, kami masih tetap saling bertemu paling sedikit sebulan sekali untuk melepas
rindu dan nafsu. Hal ini berjalan terus sampai aku lulus kuliah dan kembali ke Jakarta.
Bahkan sekarang setelah aku beristri, kalau sedang mendapat tugas ke Bandung aku
masih menyempatkan diri menemui Tante Nita yang nafsu dan gairahnya seolah tidak
pernah berkurang oleh umurnya yang kini sudah kepala lima.

No comments:

Post a Comment