Sunday, July 28, 2013

Agama Zoroastrianism (Mazdayasna)

Zoroastrianisme atau Mazdayasna adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana". Di Arab, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan MajusiKata “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab yaitu orang-orang Zoroaster diadaptasi dari kata “ma-gu-sy” atau “magu” Persia kuno yang kemudian menjadi Magus setelah kata ini masuk dalam peristilahan bahasa Yunani. Kata magic dalam bahasa Inggris juga diadopsi dari kata ini. Dengan masuknya kata ini ke dalam bahasa Arab, kata ini kemudian menjadi Majusi.

Apakah Zoroastrianism itu Majusi?

Tentang ini ada beberapa pendapat, ada yang menyatakan kalau majusi dan zoroastrian adalah ajaran yang berbeda. ada yang bilang kalo majusi bukanlah agama monotheis, yang bertuhan dua yaitu ahura mazda, tuhan cahaya. dan ahriman, tuhan kegelapan. Sedangkan zoroastrian adalah agama monotheis, bertuhan ahura mazda dengan cara peribadatan menyembah api. tapi yang disembah bukan api, melainkan ahura mazda dalam simbol api.
Sebelum kedatangan Zoroaster yaitu sebelum masa kekuasaan Media, orang-orang pribumi non-Aria Iran, memiliki agama yang bernama ajaran Mage. Frase Magh (Magusy) dalam bahasa kuno Iran bermakna pelayan. [Husain Taufiqi, Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 56, Nasyr Samt, Teheran, 1386.]

Dalam bahasa Arab “majusi” yang disebut dalam bahasa Arab adalah orang-orang Zoroaster. Namun sejatinya, "Majus” tidak dapat disebut sebagai pengikut Zoroaster. Dewasa ini telah ditetapkan bahwa Majus disebut untuk para pengikut Media yang hidup sebelum masa Zoroaster.

Dalam Kitab Avesta, frase “Majus” digunakan untuk orang-orang yang menentang Zoroaster. Namun karena pada wilayah-wilayah Arab dan negeri Syam (Suriah), para pengikut ajaran Media lebih dikenal sebagai “Magusy” kemudian melekatlah pengikut Zoroaster sebagai Majus.” [Syaikh Mufid, Tashih al-I’tiqâdât, hal. 134, Catatan Kaki.]

Frase “Majus” tidak hanya disebutkan dalam al-Quran dan dengan memperhatikan bahwa mereka berhadap-hadapan dengan orang-orang Musyrik dan berada dalam barisan agam-agama samawi, dapat disimpulkan bahwa mereka memiliki agama, kitab dan nabi. Sebagian riwayat kita juga menyokong masalah ini.

Suatu hari Asy’ats bin Qais bertanya kepada Imam Ali As, “Bagaimana Anda dapat mengambil pajak dari orang-orang Majusi (sementara mengambil jizyah hanya diperbolehkan dari Ahlulkitab) dan orang-orang Majusi tidak memiliki kitab samawi?” Imam Ali As menjawab, “Tidaklah demikian seperti yang engkau sangka! Mereka memiliki kitab samawi dan Tuhan mengutus seorang rasul kepada mereka…” [Abduali bin Jum’ah ‘Arusi Huwaizi, Tafsir Nur al-Tsaqalain, jil. 3, hal. 457, Ismaliyyan, Qum, 1415 H.]

Tidak diragukan lagi bahwa dewasa ini, Majus disebut sebagai para pengikut Zoroaster [Makarim Syirazi, Tafsir Nemune, jil. 14, hal. 44, Dar al-Kutub al-Islamiyah, Teheran, 1374 S. ] atau paling tidak yang membentuk bagian terpenting dari pengikut agama Zoroaster. Namun sejarah Zoroaster sendiri tidak begitu jelas. Para pengikut Zoroster disebut dengan beberapa nama seperti Majusi, Parthia, Gheber.  [Âsynâi ba Adyân-e Buzurgh, hal. 62.]

Berdasarkan pendapat yang populer, Zarasustra (nabi ajaran Zoroaster) lahir pada tahun 660 SM dan diangkat sebagai nabi pada tahun 630 SM (pada usia 30 tahun). Disebutkan bahwa Zarasustra pada tahun 583 SM, ketika ia berusia 77 tahun dibunuh oleh orang-orang dari Turan; sebuah tempat pemujaan api di daerah Balkh (Afganistan).

Sepanjang beberapa ratus tahun yang lalu, para penganut ajaran Zoroaster menjaga agama di antara agama-agama yang ada di dunia lebih banyak yang sifatnya warisan. Pada hakikatnya dewasa ini pengikut agama Zoroaster sangat sedikit jumlahnya dan merupakan komunitas agama yang paling kecil di antara agama-agama hidup di dunia. Pada masa kini, di antara mereka terdapat serataus lima puluh ribu dari mereka yang tinggal di India dan kurang lebih sebanyak lima puluh ribu orang yang bermukim di Yazd, Kerman dan Teheran.

Zoroasterianism Bagian Dari Mazhab Agama Majusi

Sebagian pendapat mengatakan, Zoroastrianisme adalah mazhab dari agama majusi. Dan mazhab majusi tersebut adalah zoroastrianisme, manu, madzdak, tsanwiyah, disahniyah, dan zindiq.
Dalam kalangan penganut Majusi terdapat berbagai aliran dan golongan (Madzahab) seperti kalangan penganut berbagai agama-agama yang lain. Diantara aliran-aliran yang terbesar adalah:

A. AliranZoroaster
Ajaran Zoroaster diantaranya:

a. Kepercayaan kepada Tuhan
Di dalam kepercayaannya keapada Tuhan, Zoroaster berbeda dengan ajaran Majusi terdahulu yang mempercayai dua tuhan, akan tetapi Zoroaster mempercayai hanya satu Tuhan yaitu tuhan kebaikan (Ahuramazda) yang merupakan tuhan mutlak. Sementara tuhan kegelapan atau tuhan kejahatan (Ahriman) menurut ajaran Zoroaster itu bukanlah tuhan. Melaikan roh jahat yang selalu mengajak manusia untuk berbuat jahat.

b. Kitab suci
Zoroaster juga memiliki kitab suci yang mereka namai dengan nama “Avesta”, sebuah kitab suci yang disusun dengan bahwa Persia kuno, (bahasa Pahlawy) yang halus, yang ada pada masa sekarang ini bahasa tersebut hamper tidak bisa dikenal. Sebagian besar kitab tersebut hilang, sebagian yang lain telah diterjemahkan ke bahasa Persia modern yang biasa dibaca oleh orang-orang Zoroaster ketika beribadah.

c. Kepercayaan kepada Akhirat
Agama Zoroaster juga mempercayai kehidupan akhirat. Menurut ajarannya bahwa manusia akan melewati dua kehidupan kehidupan yang pertama adalah kehidupan dunia ini. sementara yang kudua adalah alam akherat setelah manusia mati. Dan manusia akan merasakan bahagia atau sengsara tergantung amal perbutannya di dunia.

d. Yang mempengaruhi keadaan manusia
Menurut ajarannya pula bahwa manusia di pengaruhi dua kekuatan yang saling berlawanan yaitu pengaruh roh kebaikan dan roh keburukan. Manusia diciptakan oleh Ahuramadza yang diberikan kebebasan dalam menentukan kehendak. Sehingga manusia bisa jahat dan bisa baik tergantung mereka mengikuti roh jahat atau roh baik. Jika manusia mengikuti roh baik dengan menjalankan segala kebaikan maka Ahuramadza akan memberikan pahala, sementara jika mengikuti roh jahat dengan melakukan perbuatan yang jahat, maka ia akan mendapatkan dosa.

e. Terjadinya kiamat
Ajaran Zoroaster juga mempercayai akan adanya hari kiamat. Setelah dilakukan perhitungan amal manusia masing-masing maka manusia akan melintasi jalan untuk mencapai surga. Manusia yang memiliki amal yang banyak akan mudah melaluinya, semetera manusia yang banyak dosanya maka ia akan terjatuh dan masuk neraka bersama pengikut AHriman dalam siksa neraka.

f. Tata cara kehidupan
Dalam kehidupan Zoroaster mengajarkan agar manusia untuk menikah, berketurunan, memelihara utsan penghidupan, pertanian dan peternakan. Sama seperti halnya agama yang lain.

g. Akhlak
Zoroaster mengajarkan kepada pemeluknya untuk menolong tuhannya mengalahkan roh jahat dengan melakukan pemurnia pikiran, perkataan dan perbuatan yang baik; kebersiahan hati yang pemurah dan dermawan; pengasih kepada binatang terutama hewan yang berguna; melakukan pekerjaan yang bermanfaat ; menolong kepada sesame manusia terutama orang-orang yang membutuhkan; memberikan pendidikan dan pengajaran yang baik.

Inti dari ajaran Zoroaster terletak pada tiga perkara yaitu “Huhata” yang berate “Pikiran yang bik”, “Hukhata” yang berarti “Perkataan yang baik”, dan “Huharsta” yang berarti “Perbuatan yang baik”.

B. Aliran Manu
Diantara ajaran yang diajarkan oleh aliran ini diantaranya:

a. Tentang baik dan buruk
Menurut ajaran manu ini bahwa segala kehidupan ini adalah kebaikan, karena akhirnya Tuhanlah yang akan menang atas roh kejahatan; oleh karenanya manusia hendaknya membantu Tuhan mengalahkan roh jahat dengan melakukan segala kebaikan.

b. Anjuran menghentikan perkawinan
Selain itu menurut mereka pertempuran antara kebenaran dan kejelekan akan terus berlangsung selama manusia terus berkembang. Oleh karena itu menurut mereka agar semua kejahatan dan kejelekan cepat berakhir maka manusia harus menghentikan perkembang biakanya dengan kata lain tidak menikah agar tidak memiliki keturunan.

c. Zuhud
Menurut ajaran ini pula, manusia harus menjauhi segala kesenangan dunia. Termasuk melarang menikah, menyembelih binatang dan makan daging.

d. ‘Ibadat
Dalam ajarannya pula, aliran Manu mengajarkan peribadatan yaitu sembahyang dan puasa, sebelum sembahyang mereka mengusap anggota badan dengan air, kemudian menghadap matahari, lalu bersujud. Dalam tiap kali sembahyang ada dua belas kali bersujud; pada tiap sujud dilakukan doa; mereka berpuasa 7 hari dalam sebulan.

C. Madzdak
Aliran ini ajarannya mirip dengan ajaran Majusi kuno yakni meyakini adanya dua tuhan, yaitu tuhan baik dan tuhan keburukan. Selain itu ajaran yang paling terpenting dari aliran ini adalah ajaran yang mirip dengan sosialisme yang menyatakan bahwa manusia harus sama derajatnya. Yakni tidak memiliki stara social. Dan menurut mereka penyebab utama dari kejahatan dan peperangan adalah wanita dan harta, yang menyebabkan pengikut aliran ini membuat kekacauan di Naishaburi. Karena mereka memaksa orang-orang hartawan untuk menyerahkan harta mereka dan menyerahkan wanita agar tidak terjadi kekacauan atau peperangan.

D. Tsanwiyah
Diantara ajarannya selain mengakui dua tuhan, mereka juga mengajarkan untuk menyembah api, selain mereka juga menyembah berhala.

E. Disahniyah
Dishaniyah adalah ajaran Majusi yang lahir di luar persi. Yang didiraikan oleh bangsa Siryani (Sirya) yang bernama Bardaishan datau ibnu Dishan yang wafat pada tahun 222 M. ajarannya mirip dengan ajaran Manu yang menyatukan dua ajaran yakni Nasrani dan Majusi. Hanya saja perbedaanya adalah menurut mereka bahwa Isa Al Masih merupakan Allah yang diserupakan dalam bentuk manusia yang diutus untuk manusia. Selain itu ajarannya juga yang berbeda dengan yang lainnya yaitu mereka tidak mempercayai adaanya hari akherat. Sehingga menyebabkan aliran ini yang sangat berbeda dengan yang lainnya.

F. Zindiq
Zindiq adalah sebuah aliran Majusi yang sangat berbeda dengan yang lainnya. Yakni agama Majusiah yang Atheis yakni tidak percaya akan adanya Tuhan. Menurut mereka bahwa alam raya ini terjadi dengan sendirinya, dan tidak akan berakhir, kekal selama-lamanya, dan zaman yang beredar ini akan terus berputar tiada akan berakhir.
Intinya, Walau banyak yang mengatakan Zoroasterianism itu Majusi. Tapi kemungkinan besar Zoroaster itu bagian dari Majusi, yaitu Madzhab dari agama Majusi. Bedanya Zoroaster dengan Majusi adalah. Zoroaster itu monoteis yaitu bertuhan satu yaitu Ahura Mazda, sedang Majusi bertuhan dua yaitu Ahura Mazda (tuhan cahaya) dan Ahriman (tuhan kegelapan). Zoroaster menggunakan api sebagai media penyembahan, sedang api dalam zoroasteriansme bukan tuhannya melainkan mediannya.
Namun, tidak kecil kemungkinan jua kalau Zoroasterianisme itu disebut dengan agama Majusi yang menyembah tuhan api.
Tapi, jumhur mengatakan bahwa Zoroasterianism adalah ajaran murni tauhid(Monoteisme).  Dan Zarathrustra merupakan seorang nabi yang mengajarkan ketauhidan. Yang jelas kita Muslim ini tidak perlu memperdebatkan agama lain. wallahualam.
Lambang

Berkas:Faravahar.svg
Faravahar
Faravahar (atau Ferohar), salah satu simbol dalam Zoroastrianisme sebagai roh penjaga.
Latar Belakang Agama Zoroastrianism

Zarathustra atau Zoroaster adalah pelopor berdirinya Zoroastrianisme di Iran (Persia). Ia hidup sekitar abad ke-6 SM. Zarathustra berasal dari keturunan suku Media. Ia adalah seorang imam yang dididik dalam tradisi Indo-Iran. Sebelumnya, agama yang ada di Iran (Persia) bersumber pada macam-macam ajaran seperti politeisme, paganisme, dan animisme. Zarathustra yang merasa tidak puas dengan ajaran-ajaran yang berkembang di Iran pada waktu itu berusaha membawa pembaruan. Oleh sebab itu, oleh para ahli ia kemudian dianggap sebagai salah satu tokoh pembaru agama tradisional. Zarathustra dikenal sebagai "nabi" yang mempunyai karunia untuk menyembuhkan dan sanggup melakukan berbagai mujizat. Selama bertahun-tahun ia berusaha menemukan penyingkapan-penyingkapan dari kebenaran spiritual.

Zarathustra ingin memperbaiki sistem kepercayaan dan cara penyembahan kepada dewa-dewa yang berkembang di Persia saat itu. Pada usia tiga puluh tahun, Zarathustra menerima sebuah penglihatan. Menurut legenda, ia melihat cahaya besar yang kemudian membawanya masuk dalam hadirat Ahura Mazda. Sejak perjumpaannya dengan Ahura Mazda, Zarathustra menjadi semakin giat menyebarkan ajaran bahwa segala sesuatu yang baik berasal dari Ahura Mazda. Ajarannya yang sangat berbeda dengan kepercayaan yang ada pada waktu itu menyebabkan Zarathustra mendapat tekanan.

Ia pun akhirnya memutuskan untuk melarikan diri dan pergi ke Chorasma atau (Qarazm). Pada tahun 618 SM Raja Chorasma yaitu Vitaspa dan menterinya Yasasp yang menikahi Pauron Chista kemudian menjadi penganut Zoroastrianisme. Barulah Zoroastrianisme mengalami perkembangan dan semakin bertambah banyak yang menjadi pengikutnya. Zarathustra meninggal di usia 77 tahun. Ketika Islam berkuasa di Persia tahun 636-637 Masehi, Zoroastrianisme sempat mengalami kemunduran. Banyak penduduk Persia yang lebih tertarik kepada agama Islam. Sekelompok pemeluk Zoroastrianisme kemudian pergi ke India dan menetap di Bombay. Di sana mereka dikenal dengan sebutan orang-orang Parsi.
Ajaran Zoroasterianism

Credo
Credo (syahadat) di dalam agama Zarathustra itu berbunyi :
Saya mengaku diriku penyembah Mazda, dan pengikut Zarathustra, yang membenci daevas, dan mentaati Hukum Ahura.
( I confess myself a whorshipper of Mazda, a follower of Zoroaster, one who hates the daevas, and who obeys the Law of Ahura). = SBE, 31:202, 212, 247, 367.

Konsep Ketuhanan
Di dalam ajaran Zoroastrianisme, hanya ada satu Tuhan yang universal dan Maha Kuasa, yaitu Ahura Mazda. Ia dianggap sebagai Sang Maha Pencipta, segala puja dan sembah ditujukan hanya kepadanya. Pengakuan ini adalah bentuk penegasan bahwa hanya Ahura Mazda yang harus disembah di tengah konteks kepercayaan tradisional masyarakat Iran yang kuat dengan pengaruh politeisme.

Zoroastrianisme mempunyai prinsip dualisme yang mempercayai bahwa ada dua kekuatan yang bertentangan dan saling beradu yakni kekuatan kebaikan dan kejahatan. Dalam tradisi Zoroastrianisme, yang jahat diwakili oleh Angra Mainyu atau Ahriman, sedangkan yang baik diwakili oleh Spenta Mainyu. Manusia harus selalu memilih akan berpihak pada kebaikan atau kejahatan selama hidupnya. Akan tetapi, dengan paham dualisme ini tidak berarti bahwa Zoroastrianisme tidak mengakui monoteisme karena Ahura Mazdalah satu-satunya Tuhan yang disembah. Ahura Mazda, pada saatnya akan mengalahkan kekuatan yang jahat dan berkuasa penuh. Ahriman dan para pengikutnya akan dimusnahkan untuk selamanya. Meskipun ajaran Zarathustra mengajarkan monoteisme dengan Ahura Mazda sebagai satu-satunya dewa yang harus disembah namun keberadaan dewa-dewa lain pun tetap diakui. Dewa-dewa yang turut diakui keberadaanya ada lima yaitu:
  1. Asha Vahista, dewa tata tertib dan kebenaran yang berkuasa atas api
  2. Vohu Manah, dewa yang digambarkan sebagai sapi jantan ini dikenal sebagai dewa hati nurani yang baik
  3. Keshatra Vairya, yaitu dewa yang berkuasa atas segala logam
  4. Spenta Armaity, yaitu dewa yang berkuasa atas bumi dan tanah
  5. Haurvatat dan Amertat, yaitu dewa-dewa yang berkuasa atas air dan tumbuh-tumbuhan
Konsep Eskatologi: Kehidupan Setelah Kematian
Dalam pemahaman Zoroastrianisme, ajaran setelah kematian hampir mirip Islam. Setiap orang akan mengalami penghakiman setelah meninggal. Penganut Zoroaster meyakini bahwa ketika seseorang meninggal, ia harus dapat membuktikan dirinya telah melakukan lebih banyak kebaikan daripada kejahatan. Mereka percaya setiap roh manusia yang telah meninggal harus melewati Jembatan Cinvat (dalam Islam, Jembatan Sidratul Mustaqim/Muantaha) yaitu jembatan yang menuju ke sorga. Jiwa manusia sesudah meninggal akan tetap tinggal selama tiga hari di dalam tubuhnya dan baru pada hari ke empat dibawa menuju penghakiman di Jembatan Cinvat.

Setelah berhasil melewati jembatan ini maka seseorang akan hidup bahagia dengan rahmat Ahura Mazda. Semakin banyak kebaikan yang dibuat seseorang maka akan semakin lebarlah jembatan itu dan sebaliknya, semakin besar kejahatannya maka semakin sempitlah jembatan itu hingga rohnya tidak dapat melewatinya dan jatuh dari Jembatan Cinvat. Di bawah jembatan inilah terdapat neraka yang penuh api, sebuah tempat yang suram dan penuh kesedihan. Menurut ajaran Zoroastrianisme, dunia akan mengalami pembaruan menuju kesempuranaan dan jiwa-jiwa baik yang masih hidup dan sudah mati akan dibebaskan selamanya dari kuasa jahat. Pembaruan dunia dan kebangkitan kembali seluruh ciptaan disebut Frashokeveti.
Konsep mengenai Etika Hidup
Dalam pandangannya mengenai etika hidup yang ideal, ada tiga hal utama yang ditekankan dalam Zoroastrianisme yaitu pikiran yang baik, perkataan yang baik dan perbuatan yang baik. Zoroastrianisme memberikan kebebasan bagi setiap penganutnya untuk memilih hidup yang baik atau jahat bagi dirinya sendiri. Menurut mereka dunia yang akan datang akan mengalami pembaruan. Pembaruan dunia ini tidak dapat dapat dikerjakan oleh satu orang saja tetapi membutuhkan keterlibatan banyak orang. Oleh karena itu, Zoroastrianisme sangat menekankan tanggung jawab moral dari masing-masing orang untuk melakukan kebaikan. Dosa bagi penganut Zoroastrianisme adalah penolakan untuk bersekutu dengan aspek kebaikan dari Ahura Mazda. Mereka meyakini bahwa tidak ada yang ditakdirkan atau dikodratkan sebelumnya. Apa yang dilakukan, dikatakan dan dipikirkan selama hidup akan menentukan apa yang akan terjadi setelah meninggal. Mereka pun menolak konsep pertapaan karena mereka memahami bahwa dunia itu baik. Tidak ada ruang untuk penyangkalan diri dan bertapa karena menolak dunia berarti menolak ciptaan dan menolak ciptaan berarti menolak Sang Pencipta.
Kematian Dalam Zoroasterianism
Zoroastrianisme tidak mengizinkan penguburan dan pembakaran tubuh orang yang telah meninggal karena dianggap akan menodai air, udara, bumi dan api. Mereka menyelenggarakan ritus kematian dengan menempatkan mayat di atas Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence). Di sana terdapat pembagian tempat yang jelas bagi kaum laki-laki, perempuan dan anak-anak. Adapun tahap-tahap yang dilakukan saat upacara kematian adalah sebagai berikut:
  1. Mayat dibiarkan di dalam sebuah ruangan di rumah selama tiga hari sebelum dibawa ke Dakhma, tempat untuk melaksanakan upacara kematian.
  2. Sesudah itu, mayat lalu dibawa ke Dakhma atau Menara Ketenangan.
  3. Di sana mayat akan ditelanjangi dan ditidurkan di atas menara yang terbuka dan dibiarkan agar dimakan oleh burung-burung.
  4. Sisa-sisa tulang kemudian dibuang ke dalam sumur.


Dakhma atau Menara Ketenangan (Tower of Silence)
Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi.

Oleh sebab itu orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang belulang, maka tulang-tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.

Perhatian: Foto-foto Mayat yang Kurang Mengenakkan! 
Pada foto-foto di bawah ini Anda akan melihat mayat berada di bibir kuil sedangkan di tengah bangunan adalah tulang-tulang yang dagingnya sudah di makan oleh burung Nasar. Sungguh sebuah pemandangan yang mengerikan.

Bagi Anda yang merasa tidak kuat melihatnya, harap untuk tidak meneruskan melihat gambar di bawah ini!

Ritus Naojote

Ritus Naojote merupakan sebuah ritus yang dijalani oleh anak-anak yang berusia antara tujuh hingga sepuluh tahun. IstilahNaojote berasal dari kata nao yang berarti baru dan jote atau zote yang artinya mempersembahkan doa-doa. Dalam ritus ini, anak-anak laki-laki dan perempuan diberikan Sadre dan Kusti, pakaian kudus yang harus dipakai seumur hidup. Setelah mengikuti ritus Naojote, anak-anak dianggap sudah punya kewajiban dan tanggung jawab untuk menjalankan ritus-ritus keagamaan dalam Zoroastrianisme.
Tempat Ibadah

Para penganut Zoroastrianisme beribadah di dalam kuil yang disebut dengan Kuil Api. Disebut demikian karena di dalam kuil, api dibiarkan menyala terus-menerus sebagai lambang kehadiran dewa. Api bukan saja menyimbolkan kehadiran Tuhan tetapi juga sebagai simbol kesucian.
Kuil Zoroasteriansm di Iran
Upacara Keagamaan Sehari-Hari dan Berbagai Hari Raya

Untuk melangsungkan upacara keagamaan sehari-hari, penganut Zoroaster tidak diharuskan pergi ke kuil. Mereka dapat berdoa di mana saja seperti di gunung-gunung, sungai-sungai, ladang-ladang ataupun di rumah. Mereka dapat menyampaikan nazar, penyesalan dosa,ungkapan terima kasih, dan sebagainya. Waktu yang dirasakan tepat untuk melakukan upacara agama sehari-hari adalah di pagi hari.  Zoroastrianisme mempunyai beberapa hari raya atau disebut Gahambars. Perayaan Tahun Baru (Naw Ruz atau Noruz) merupakan hari raya yang dirayakan paling meriah. Selain itu, ada juga Festival Seribu Hari (Sada) yang dirayakan di dekat sungai, Pengenangan akan orang-orang yang telah meninggal, dan perayaan Ulang Tahun Zoroaster.

Kitab Suci

Kitab suci orang-orang penganut Zoroaster adalah kumpulan tulisan-tulisan sakral yang dikenal dengan Avesta yang terbagi menjadi empat bagian. Keempat bagian itu terdiri atas:
  1. Kitab Yasna yaitu kumpulan doa-doa dan aturan-aturan ibadah. Kitab Yasna juga mencakup Ghata yakni kumpulan puji-pujian yang dipercayai sebagai hasil tulisan dari Zoroaster. Ghata terdiri dari 17 puji-pujian yang dibuat dalam bentuk puisi yang sulit diterjemahkan dan hanya bisa dimengerti oleh orang-orang tertentu.Puisi ini menceritakan tentang perjumpaan Zoroaster dengan Tuhan dalam suatu penglihatan.
  2. Kitab Visparat berisi puji-pujian penuh hormat serta permohonan kepada Tuhan.
  3. Kitab Vivevdat (Vendidad) yaitu tulisan-tulisan yang berkaitan dengan ritual pemurnian.
  4. Kitab Khode Avesta, yaitu buku kumpulan doa sehari-hari yang di dalamnya juga mencakup Yashts, kumpulan puji-pujian dan puisi tentang kepahlawanan.
Sekte-sekte dalam Zoroastrianisme

Terbaginya Zoroastrisme ke dalam beberapa kelompok bukan disebabkan karena perbedaan pemahaman teologi. Pembagian sekte-sekte ini karena waktu perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Terdapat tiga sekte dalam Zoroastrianisme:
  • Kelompok Shenshahi yang merayakan Tahun Baru pada musim gugur sekitar bulan Agustus atau September
  • Kelompok Qadimi yang merayakan Tahun Baru pada musim panas, sekitar bulan Juli atau Agustus
  • Kelompok Fasli yang merayakan Tahun Baru pada musim semi yaitu setiap tanggal 21 Maret
Perkembangan Zoroastrianisme Masa Kini
Zoroastrianisme tidak menekankan pentingnya konversi. Mereka berusaha mempertahankan agamanya sebagai agama yang khas dalam komunitas mereka. Akan tetapi, mereka tetap membuka peluang bagi siapa saja yang hendak menjadi penganut Zoroastrianisme. Sepanjang abad 20, banyak orang-orang penganut Zoroastrianisme yang menetap di Iran dan India melakukan migrasi ke negara-negara lain. Kini, komunitas Zoroastrianisme dapat ditemukan di kota-kota besar seperti London,New York,Chicago,Boston dan Los Angeles dan telah hidup berbaur dengan komunitas-komunitas beragama lain.

1 comment: