Sisa-sisa bencana kaum sodom
Cerita tentang sodom termasuk cerita tertua di dunia disampin cerita-cerita tentang Firaun, bencana banjir Nuh. Kisah sodom merupakan salah satu cerita yang juga dimuat dalam kitab Al quran maupun Injil. Cerita ini menggambarkan kisah dua kota yang namanya yang identik dengan dosa, kemaksiatan, kemerosotan moral. Sodom dan Gomora. Selama bertahun-tahun, cerita tentang apa yang menimpa mereka menjadi perumpamaan tentang degradasi moral yang harus dibayar dengan harga mahal.
Mungkin penggambaran mengenai kehidupan manusia di dua kota ini sangat relevan dewasa ini, dimana manusia telah melakukan berbagai tindakan yang sangat jauh dengan hakekat mereka sebagai makhluk ciptaan yang Maha suci, bobroknya moral, seakan-akan mereka tidak memiliki batasan dalam perbuatan. Dimana Perintah-perintah dari Sang Pencipta dan norma-norma dalam kehidupan bermaysarakat sudah seakan menjadi dongeng turun temurun yang hanya sebatas mereka dengar dan mereka langgar.
Sekitar 4000 tahun yang lalu, Sodom dan Gomora juga memiliki reputasi demikian. Walau Kitab suci tak pernah menyebutkan apa perbuatan mereka secara mendetil sehingga bisa bernasib seperti itu. Walaupun demikian, Kitab suci sangat jelas memberikan penggambaran mengenai hukuman yang mereka terima dari Sang Pencipta.
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi." (QS Huud ayat 82)
"Malaikat-malaikat tersebut menawarkan untuk menolong Lot, istrinya dan kedua anak perempuannya untuk melarikan diri dari penghancuran Sodom dan Gomora, dengan syarat bahwa mereka tidak boleh menoleh ke belakang. Istri Lot mengabaikan perintah ini dan berubah menjadi tiang garam. Lot dan kedua anak perempuannya lolos ke bukit-bukit" (Kejadian 19:15-28)
Jika cerita mengenai Sodom dan Gomora memang terjadi seperti apa yang dikisahkan di dalam Al-Quran maupun Injil, maka sangat mungkin terjadi di suatu lahan kosong terpencil di sebelah lautan tanpa kehidupan. Tapi, dimanakah tempat itu?
Seperti yang kita ketahui, banyak tempat yang dikisahkan didalam kitab suci sulit untuk ditentukan dimana lokasi yang sebenarnya. Contohnya didalam Kitab Taurat yang membahas tentang lima kota lembah. Sampai saat ini kita hanya bisa berspekulasi bahwa kelima kota tersebut berada disekitar laut mati.
Cerita mengenai Sodom dan Gomora ini terjadi di zaman Abraham/Ibrahim a.s, berabad-abad sebelum Musa a.s keluar dari tanah Mesir. Abraham kepala suku nomaden yang menghindari kota-kota, mungkin itu sebabnya amat sedikit sekali yang kita ketahui. Diceritakan suku Abraham terus-menerus saling bertengkar mengenai padang rumput. Untuk menyelesaikannya, Abraham dan keponakannya Lot/Luth a.s setuju untuk berpisah. Dan Nabi Luth kemudian berdiam di Lembah dekat kota Sodom. Jadi kota Sodom seharusnya sudah cukup mapan saat Luth pindah ke sana. Apabila Kota Sodom itu merupakan pemukiman khas jaman perunggu, berarti setidaknya ada kurang lebih 1000 orang yang tinggal di balik dinding kota tersebut.
Tak ada yang menemukan petunjuk kota seperti itu pernah ada, sebab tak pernah ada orang yang sungguh-sungguh mencari-nya. Hingga pada tahun 1924, Ahli purbakala bernama William Albright berangkat menuju ke Laut Mati untuk melakukan penelitian disana. Beberapa orang yang bersamanya jelas mencari keberadaan sisa-sisa Sodom dan Gomora. Mereka mengitari pantai tenggara dari laut mati hingga mereka ahirnya tiba di sutus purbakala Bab-edh-dhra.
Bab-edh-dhra (dibaca : Babhedra), merupakan situs jaman perunggu, namun tak ada petunjuk jika situs itu meupakan suatu kota. Tampaknya daerah itu merupakan suatu daerah pemakaman. Namun Albright tak memiliki sumber daya untuk menggalinya.
Jadi hampir 50 tahun berlalu sebelum ada yang kembali ke situs tersebut untuk melakukan penggalian. Ahli Purbakala Paul Lapp memimpin penggalian di tahun 1967, dan Thomas Schaub termasuk salah satu penggalinya.
Bab-edh-dhra merupakan makam terbesar khas jaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Disini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain seperti kain. Situs ini sungguh menakjubkan, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga penghancuran Sodom. Namun, tak ada apapun untuk mengaitkan pemakaman kuno itu dengan Sodom.
Misterinya, sekitar tahun 2350 SM, penguburan itu mendadak berhenti tak ada yang tahu mengapa. Ada sejumlah sebab mengapa suatu situs tak ditempati lagi, beberapa bisa disimpulkan, beberapa lagi tidak. Penyebab pada umumnya mungkin persediaan air mengering, lingkungan berubah, iklim berubah atau orang-orangnya dibasmi total.
Selama beberapa musim, ahli purbakala memperluas pencarian mereka untuk mencari tanda-tanda kota yang hilang. Tak lama kemudian mereka menemukan sesuatu, ada jejak kehidupan manusia di sisi bukit yang menghadap ke arah pemakaman. Banyak batu tersusun membentuk tembok yang mereka temukan disana, pecahan-pecahan tembikar dan sisa-sisa tanah liat yang sangat banyak. Itulah awal langkah mereka untuk mencari jejak Sodom dan Gomora seperti yang dikisahkan di dalam kitab suci.
Mungkin penggambaran mengenai kehidupan manusia di dua kota ini sangat relevan dewasa ini, dimana manusia telah melakukan berbagai tindakan yang sangat jauh dengan hakekat mereka sebagai makhluk ciptaan yang Maha suci, bobroknya moral, seakan-akan mereka tidak memiliki batasan dalam perbuatan. Dimana Perintah-perintah dari Sang Pencipta dan norma-norma dalam kehidupan bermaysarakat sudah seakan menjadi dongeng turun temurun yang hanya sebatas mereka dengar dan mereka langgar.
Sekitar 4000 tahun yang lalu, Sodom dan Gomora juga memiliki reputasi demikian. Walau Kitab suci tak pernah menyebutkan apa perbuatan mereka secara mendetil sehingga bisa bernasib seperti itu. Walaupun demikian, Kitab suci sangat jelas memberikan penggambaran mengenai hukuman yang mereka terima dari Sang Pencipta.
"Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu (terjungkir-balik sehingga) yang di atas ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi." (QS Huud ayat 82)
"Malaikat-malaikat tersebut menawarkan untuk menolong Lot, istrinya dan kedua anak perempuannya untuk melarikan diri dari penghancuran Sodom dan Gomora, dengan syarat bahwa mereka tidak boleh menoleh ke belakang. Istri Lot mengabaikan perintah ini dan berubah menjadi tiang garam. Lot dan kedua anak perempuannya lolos ke bukit-bukit" (Kejadian 19:15-28)
Jika cerita mengenai Sodom dan Gomora memang terjadi seperti apa yang dikisahkan di dalam Al-Quran maupun Injil, maka sangat mungkin terjadi di suatu lahan kosong terpencil di sebelah lautan tanpa kehidupan. Tapi, dimanakah tempat itu?
Seperti yang kita ketahui, banyak tempat yang dikisahkan didalam kitab suci sulit untuk ditentukan dimana lokasi yang sebenarnya. Contohnya didalam Kitab Taurat yang membahas tentang lima kota lembah. Sampai saat ini kita hanya bisa berspekulasi bahwa kelima kota tersebut berada disekitar laut mati.
Cerita mengenai Sodom dan Gomora ini terjadi di zaman Abraham/Ibrahim a.s, berabad-abad sebelum Musa a.s keluar dari tanah Mesir. Abraham kepala suku nomaden yang menghindari kota-kota, mungkin itu sebabnya amat sedikit sekali yang kita ketahui. Diceritakan suku Abraham terus-menerus saling bertengkar mengenai padang rumput. Untuk menyelesaikannya, Abraham dan keponakannya Lot/Luth a.s setuju untuk berpisah. Dan Nabi Luth kemudian berdiam di Lembah dekat kota Sodom. Jadi kota Sodom seharusnya sudah cukup mapan saat Luth pindah ke sana. Apabila Kota Sodom itu merupakan pemukiman khas jaman perunggu, berarti setidaknya ada kurang lebih 1000 orang yang tinggal di balik dinding kota tersebut.
Tak ada yang menemukan petunjuk kota seperti itu pernah ada, sebab tak pernah ada orang yang sungguh-sungguh mencari-nya. Hingga pada tahun 1924, Ahli purbakala bernama William Albright berangkat menuju ke Laut Mati untuk melakukan penelitian disana. Beberapa orang yang bersamanya jelas mencari keberadaan sisa-sisa Sodom dan Gomora. Mereka mengitari pantai tenggara dari laut mati hingga mereka ahirnya tiba di sutus purbakala Bab-edh-dhra.
Bab-edh-dhra (dibaca : Babhedra), merupakan situs jaman perunggu, namun tak ada petunjuk jika situs itu meupakan suatu kota. Tampaknya daerah itu merupakan suatu daerah pemakaman. Namun Albright tak memiliki sumber daya untuk menggalinya.
Jadi hampir 50 tahun berlalu sebelum ada yang kembali ke situs tersebut untuk melakukan penggalian. Ahli Purbakala Paul Lapp memimpin penggalian di tahun 1967, dan Thomas Schaub termasuk salah satu penggalinya.
Bab-edh-dhra merupakan makam terbesar khas jaman perunggu yang mereka gali, panjangnya 15 meter dan lebarnya 7 meter. Disini mereka juga menemukan makam berisi perhiasan emas dan menggali lebih 700 tembikar yang merupakan hadiah penguburan termasuk tempat parfum kecil dan banyak benda lain seperti kain. Situs ini sungguh menakjubkan, makam ini telah digunakan selama 1000 tahun lamanya, dari zaman Ibrahim hingga penghancuran Sodom. Namun, tak ada apapun untuk mengaitkan pemakaman kuno itu dengan Sodom.
Misterinya, sekitar tahun 2350 SM, penguburan itu mendadak berhenti tak ada yang tahu mengapa. Ada sejumlah sebab mengapa suatu situs tak ditempati lagi, beberapa bisa disimpulkan, beberapa lagi tidak. Penyebab pada umumnya mungkin persediaan air mengering, lingkungan berubah, iklim berubah atau orang-orangnya dibasmi total.
Selama beberapa musim, ahli purbakala memperluas pencarian mereka untuk mencari tanda-tanda kota yang hilang. Tak lama kemudian mereka menemukan sesuatu, ada jejak kehidupan manusia di sisi bukit yang menghadap ke arah pemakaman. Banyak batu tersusun membentuk tembok yang mereka temukan disana, pecahan-pecahan tembikar dan sisa-sisa tanah liat yang sangat banyak. Itulah awal langkah mereka untuk mencari jejak Sodom dan Gomora seperti yang dikisahkan di dalam kitab suci.